"Bagaimana menurutmu, Bri?" tanya Jane pada Brianna yang sejak tadi tampak diam. Sebenarnya Brianna tidak menyimak sama sekali pembicaraan bisnis yang diperbincangkan oleh Jane, Fabio dan juga Arthur. Brianna merasa kosong sejak ia kembali bertemu dengan Arthur disini setelah empat tahun berlalu sejak pertemuan terakhir mereka di Universitas yang sama.
"Uhm ..." Brianna menganggukkan kepalanya, tampak keki. "Oke, semuanya oke," ujarnya kemudian. Ia berusaha menutupi rasa gugupnya.
Syukurnya Jane tersenyum dengan jawaban yang Brianna berikan. "Kalau begitu, kita sepakat dengan project ini, Fabio," katanya sembari mengulurkan tangan ke arah Fabio dan disambut oleh pria itu.
Setelah pertemuan itu selesai dan Fabio pun telah pergi, Brianna langsung mengutarakan keinginannya pada Jane bahwa ia ingin pulang lebih dulu. Meski itu terlihat tak sopan, tapi Brianna harus melakukannya karena ia tak nyaman dengan kehadiran Arthur diantaranya dan Jane.
Jane adalah atasan yang pengertian. Dia mengizinkan Brianna untuk pulang, lagipula ia masih harus berbicara dengan putranya, Arthur, yang baru saja kembali dari Canada.
"Hati-hati di jalan, Bri. See you tomorrow," kata Jane mematut senyum lembutnya.
Brianna mengangguk, tanpa memedulikan Arthur disana, ia segera berderap pergi.
"Aku ke toilet dulu, Mom," pamit Arthur tiba-tiba. Jane menatap heran pada sang putra yang tampak beranjak dengan terburu-buru.
Kenyataannya, Arthur bukan ke toilet seperti alasannya pada Jane, pria itu justru mengejar Brianna yang sudah keluar dari area Restoran.
Brianna yang masih berdiri didekat trotoar untuk menunggu taksinya, mau tak mau harus mendengar celetukan Arthur yang datang menghampirinya.
"Sebuah kejutan bisa bertemu denganmu di kota ini."
Tanpa menoleh untuk melihat pemilik suara itu, Brianna langsung mengetahui jika itu adalah Arthur. Dia memutar bola matanya jengah.
"Kau tampak berbeda," kata Arthur lagi, namun Brianna tetap tidak menggubris pria itu. Dia bersikap seolah-olah tidak ada siapapun disana.
Brianna sama sekali tidak menoleh, sampai taksi yang ditunggunya tiba, ia bergerak mendekati transportasi itu, namun pergerakannya terhenti kala Arthur mencekal pergelangannya.
"Lepaskan aku!" Brianna menepis tangan Arthur, seolah tidak sudi jika disentuh oleh pria itu.
Arthur malah terkekeh, ia mengangkat kedua tangannya dengan tampang menyerah yang terlihat sangat menjengkelkan dimata Brianna.
"Jangan pernah menggangguku!" tegas Brianna kemudian.
Arthur menyeringai, ia membiarkan Brianna memasuki taksinya, ia juga berlagak membantu untuk menutupkan pintu taksi untuk perempuan itu.
"Have a nice day, Brianna Walton," kata Arthur dengan tatapan yang seolah mengolok Brianna yang sudah duduk didalam taksinya.
Brianna mendengkus, kemudian meminta sang sopir agar segera melajukan kendaraan roda empat itu secepatnya.
"Aku bukan lagi gadis yang dulu bisa kau injak-injak. Aku sudah menjadi wanita yang independen dan mampu melawanmu. Apapun yang terjadi, aku akan tetap membencimu, Arthur! Selamanya!" batin Brianna yang merasa sangat jengkel dengan nasibnya, dimana ia harus dipertemukan lagi dengan si breng sek Arthur Mattews.
Sementara disana, Arthur masih memandangi kepergian Brianna. Dia tau jelas jika kepergian Brianna adalah demi menghindar darinya.
"Meski penampilanmu sudah berubah, tapi kau tetaplah Brianna yang dulu. Aku tidak sabar untuk kembali mengusik hidupmu karena kau adalah permainan yang selalu menyenangkan." Arthur mengeluarkan senyum miring khas-nya, kemudian berbalik kembali ke arah Restoran untuk menemui sang ibu yang masih berada disana.
...***...
Arthur melewati lobby kantor dengan pergerakannya yang mampu membuat banyak mata memandang takjub. Pria tampan itu bagai mengalihkan tatapan para pekerja--dari yang harusnya menghadap pekerjaan--justru jadi melihat kearahnya.
Bukan hanya para wanita yang kagum pada ketampanannya, tapi para lelaki juga seperti terhipnotis oleh kharisma-nya.
Ini adalah kali pertama Arthur menyambangi perusahaan yang dikelola ibunya, sebab selama ini ia lebih fokus mengurus bisnis lain di Canada dan itu adalah peninggalan almarhum Ayahnya.
Karena kehidupan pribadi sang ibu yang sengaja ditutup, tidak banyak yang mengetahui jika Arthur adalah putra kandung Jane. Hal itu lantas membuat para pekerja disana bertanya-tanya siapa pria tampan yang hari ini datang ke kantor mereka.
"Excuse me, Sir. Ada yang bisa saya bantu?" Seorang Resepsionis menghampiri Arthur, menyambutnya dengan senyum terbaik.
"Aku ingin bertemu dengan Mrs. Jane."
"Apakah anda sudah membuat janji sebelumnya?"
Arthur merasa tak perlu melakukan itu untuk menemui ibunya sendiri namun ia tau bahwa tak satupun dari mereka mengenalinya sebagai putra dari Direktur perusahaan tersebut.
"Aku belum memiliki janji, tapi bisakah kabari saja padanya ... jika aku datang kesini dan ingin menemuinya."
Resepsionis itu mengulas senyum ramah yang tampak menggoda. Mendengar suara milik Arthur saja sudah membuatnya terpikat.
"Baiklah, aku akan menghubungi sekretarisnya. Bisakah anda mengisi buku tamunya?" ujarnya sembari mengulurkan sebuah buku kehadapan Arthur.
Arthur meladeni saja, ia mengisi data pribadinya di buku tamu dan duduk menunggu di kursi tunggu yang terdapat disana.
"Ms. Walton, ada yang ingin menemui Mrs. Jane saat ini. Apakah beliau berkenan?" Resepsionis itu menelepon menggunakan tablephone sembari mencuri-curi pandang pada Arthur yang juga tengah memperhatikannya.
Bukan tanpa sebab Arthur melakukan hal itu, ia melirik pada sang resepsionis karena wanita itu menyebutkan nama belakang Brianna yang dapat Arthur simpulkan jika yang tengah menerima panggilan diseberang sana adalah Brianna.
Mengetahui hal itu, Arthur jadi bersemangat.
"Ya. Namanya Mr. Arthur Mattews," ucap sang resepsionis lagi, memberitahukan nama tamu yang ingin menemui Jane.
Arthur menarik satu sudut bibirnya, dapat ia pastikan jika disana Brianna terkejut karena mendengar kedatangannya ke perusahaan ini.
"Baiklah, aku akan mengatakannya." Resepsionis itu tampak menutup teleponnya, lalu memanggil Arthur.
"Anda bisa menemui Mrs. Jane saat ini juga, di lantai 16, Sir."
Arthur mengulas senyum pamungkasnya, "Thank you," katanya.
Ucapannya memang singkat, tapi itu mampu membuat resepsionis wanita tersebut merasa melting karena daya pikat yang dimiliki seorang Arthur Mattews.
Arthur segera beranjak, seorang security gedung mendampinginya untuk tiba di lantai 16.
Arthur masih menikmati euphoria mengenai sosok diri yang begitu dikagumi. Hal itu seperti menambah kepercayaan dirinya sendiri. Siapa yang mau menolak pesonanya, pikir Arthur.
Akan tetapi, begitu Arthur tiba di lantai 16, kesenangannya tadi mendadak hilang. Sisa-sisa kepercayaan dirinya musnah seketika kala melihat sorot tajam yang diberikan seorang perempuan muda dihadapannya, Brianna.
Jika ada golongan perempuan yang tidak tertarik padanya, mungkin Brianna termasuk dalam golongan tersebut.
Sulit dipercaya. Dikala banyak wanita dan para gadis memujanya, Brianna tidak demikian. Hal itu yang selalu memicu kegeraman Arthur pada Brianna.
"Kenapa kau menatapku begitu? Apa pantas kau memandangiku seperti itu dikala kau tau jika aku adalah putra dari atasanmu?" tanya Arthur pada Brianna dengan nada pongah.
"Sorry, aku hanya tidak bisa untuk berpura-pura," jawab Brianna datar. Sangat datar malah.
"Maksudmu?" Arthur mengernyitkan dahi menatap Brianna.
"Aku tidak bisa menunjukkan sikap manis didepan orang yang ku benci," tuturnya terus terang.
Luar biasa. Mulut pedas Brianna masih saja sama, pikir Arthur. Bahkan meski keadaan sekarang tetap Arthur yang berada diposisi teratas, Brianna masih saja berusaha melawannya.
Arthur menggeleng samar, berusaha mengabaikan ucapan Brianna yang seakan sengaja memprovokasi kemarahannya.
"Tunjukkan ruangan ibuku."
"Disebelah sini," kata Brianna merujuk pada satu arah yang berbelok ke arah kanan.
Arthur mengendikkan bahu acuh tak acuh, hendak berjalan melewati tubuh semampai Brianna, namun sebelum melakukan itu ia sengaja menghentikan langkahnya terlebih dahulu.
Arthur menoleh pada Brianna dan mematut wajah penuh intimidasi.
"Penampilanmu boleh berubah, tapi perkataanmu menunjukkan jika kau masih sama seperti dulu. Mari kita bersenang-senang, Brianna. Karena aku juga masih akan bersikap sama terhadapmu," tukasnya.
...Bersambung ......
Dukung karya ini biar bisa dilanjutkan🙏 terima kasih 💚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
🪴🍓🌟💫sangdewi💫🌠💐🏵️
kelihatan seruuuu
2025-03-23
0
Virgo Girl
Aku baru nemu karya ini. Awal yg cukup menjanjikan 😃😃
2024-12-20
1
Siti Aminah
sepertiny seru ceritanya
2024-11-27
0