Sheryl langsung menolehkan kepalanya pada Alanzo. Meski telah tersedak ludahnya sendiri, cewek itu tetap saja menampilkan wajah yang santai dan lagak yang tenang. Matanya menatap lekat pada Alanzo yang kini juga gantian menatapnya.
Seluruh siswa di kantin mulai ramai mendengar hal itu. Ada yang senang, ada yang kecewa karena tidak jadi mencalonkan diri sebagai pacar Alanzo selanjutnya.
Ditatap seperti itu oleh Sheryl, Alanzo semakin tersenyum menang. “Kenapa, Sayang?”
Sheryl langsung menarik tangannya dari genggaman Alanzo. Sheryl tertawa. “Gila lo?”
“Lebih gila dari yang lo kira,” jawab Alanzo santai. “Gue udah bilang ke lo, gue bakal kasih reward. Ini rewardnya! Dan lo harus turutin permintaan gue kalo lo inget lo kalah main remi!”
“Bukan sebagai pacar ya.”
“Lo udah bikin gue putus dari pacar gue. Posisi cewek di hidup gue kosong, jadi lo harus gantiin Glenca.”
Sheryl mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Kekesalan merambat pada dirinya. Cewek itu hanya bisa mendengus.
“Tenang aja, hidup lo bakal aman kalo lo menjabat jadi pacar gue. Gak ada yang bisa nyentuh lo, selain gue,” desis Alanzo di telinga Sheryl. Yang dibisiki lagi-lagi menoleh, membuat mata mereka bertubrukan dengan jarak dekat.
Senyuman terbit di bibir Sheryl, senyum mengejek yang tidak Alanzo duga. Sheryl berkata dengan berbisik juga. “Lo suka ya sama gue?”
“Sampek-sampek rela jadiin gue pacar buat dapetin informasi tentang gue?” lanjut Sheryl. Seriangaian yang tadi singgah di wajah Alanzo sirna begitu saja. Mata elangnya menatap tajam Sheryl. Bagaiamana bisa Sheryl tahu rencananya?
Sheryl hanya tersenyum mendapati wajah itu. “Oke, gue terima lo sebagai pacar gue.” Ia tersenyum manis yang dibuat-buat, dan sebenarnya itu semua untuk menutupi rasa kesalnya.
Alanzo menaikkan satu alisnya. Ia mengerling pada orang-orang di kantin yang sedang memperhatikannya. “Sheryl Auristella udah nerima gue sebagai pacarnya. Sekarang, gak ada cowok yang boleh deketin dia, dan gue gak menerima cewek yang mau ngegatel ke gue!”
Sungguh, alasan Alanzo tidak ingin posisi cewek sebagai ‘pacarnya’ kosong adalah karena dia tidak suka didekati cewek-cewek gak jelas. Menurutnya ‘pacar’ hanya sebagai tameng pelindung dan pencitraan.
***
“Gue mau bicara sama lo,” ujar seorang cowok yang tiba-tiba berdiri di hadapan Sheryl kala dirinya sedang berjalan solo.
Sheryl memundurkan kakinya, meliha cowok itu aneh. “Lo udah bicara.”
Cowok itu terdiam sejenak. “Gue tadi emang gak lagi di kantin, tapi berita soal Alanzo putus dari Glenca dan jadiin lo pacar trus lo nerima itu udah nyebar.”
Sheryl menatap Omero dengan satu alis terangkat seolah berkata ‘trus?’. Omero yang mengerti maksud tatapan Sheryl langsung tergagap. Meski pembawaan Sheryl selalu tenang, entah kenapa tatapan cewek itu seperti mengimintidasi jika ditelusuri lagi di matanya.
“Gue ... cuma mau nanya. Kenapa lo nerima ajakan Alanzo buat pacaran?”
“Sebelum itu,” kata Sheryl memiringkan kepala. “Urusannya sama lo apa?”
“Gue ... gue anggota Gebrastal, gue sahabat Alanzo, jadi gue cuma mau tahu aja soal itu.”
Sheryl tersenyum tipis. “Bukannya lo bisanya gak suka ngurusin ya?”
“Siapa bilang? Gue masih suka mantau.” Jawaban yang hanya diangguki kepala oleh Sheryl. Omero sungguh tidak tahu apa isi otak dari wajah santai cewek di depannya. Apa perpekulasi cewek itu tentang jawabannya.
“Lo belum jawab pertanyaan gue.”
“Karena Alanzo yang minta,” jawab Sheryl kurang memuaskan.
“Alanzo baru putus dari pacarnya, dan belum sehari dia udah pacarin cewek lain. Lo tahu? Biasanya Alanzo bakal ngamuk kalo pacarnya disentuh cowok lain, tapi waktu dia tahu Glenca selingkuh sama sahabatnya sendiri dia bahkan gak ngamuk. Ternyata dia udah ada cadangannya. Lo gak ngerasa lo dimanfaatin Alanzo?” tanya Omero setelah menjelaskan panjang. Ada ekspresi kekhawatiran di wajahnya yang entah kenapa.
“Trus lo mau gue apa?”
“Lo ... lo ... gak perlu nerima Alanzo. Ini semua cuma permainan yang bakalnya nyakitin!”
“Kalau gue nolak, gue tetep jadi pacarnya, ‘kan? Dan gak ngerubah apa pun?”
Lagi, Omero diam. Yang dikatakan Sheryl benar. Sheryl hendak melangkah pergi lagi karena keterdiaman Omero yang begitu lama. Namun, Omero kembali mencegatnya.
“Gue cuma mau yang terbaik buat Alanzo atau siapa pun itu.”
“Oh ya? Tapi gue gak lihat itu semua di mata lo.”
“Gue seneng waktu Alanzo putus dari Glenca, tapi gue gak suka Alanzo jadiin lo penggantinya.”
Sebuah senyum santai kembali hadir di bibir Sheryl. “Kenapa?”
“Gue gak tahu.” Setelah itu Omero melangkah pergi meninggalkan Sheryl yang memautkan Alis. Omero sangat aneh. Tiba-tiba mendatanginya, dan pergi dengan jawaban yang tidak jelas. Cewek itu menggidikkan bahu tidak peduli dan kembali melangkah.
***
Hal pertama yang Sheryl tangkap saat memasuki kelas adalah ekspresi kaget dari penghuninya. Mereka semua yang tadi sedang membahas topik panas tentang Alanzo dan dirinya, kini diam menyaksikan Sheryl dengan muka khawatir, mungkin?
Sheryl mendudukkan diri di bangkunya. Rimbi dan Shakir pun mendatangi dirinya. Mereka diam sejenak lalu Rimbi mengawali. “Lo ....”
Sesaat kemudian, Rimbi mengubah ekspresinya menjadi girang. “Lo jadi pacarnya Alanzo?! Pasti seneng banget, ‘kan?”
“Seneng?” ulang Sheryl tak percaya dengan tanggapan Rimbi.
“Iya! Gimana rasanya waktu diumumin gitu di depan semua orang kalo Alanzo mau jadiin lo pacar trus gak mau lo disentuh orang lain?! Uhh, pasti ngefly, ‘kan?! Kalo gue sih udah pingsan di tempat!” cerocos Shakir dengan lagak lebay.
“Ouh! Alanzo ganteng! Ditakutin! Jadi pacar dia, udah pasti aman dan jaya sentosaa! Ummm! Ganteng!” lanjut Shakir.
Huek!
“Sedari dulu, gue selalu pingin jadi pacar atau deketlah sama salah satu anggota Gebrastal, tapi gue terlalu sadar diri. Eh, temen gue yang satu ini jadi pacar ketuanya dong!” Rimbi berkata dengan berbangga hati. Sheryl mendengus saja.
“Nah lo! Sekarang udah gak bisa deketin Sheryl lagi! Lawannya Alanzo! Jiahaha!” tawa Given pada Alpha yang memang diam-diam mengagumi Sheryl dari dulu.
“Tai lo!” kata Alpha saat Given mengacak-acak rambutnya.
“Gue gak nyangka sih, yang awalnya jadi babu trus jadi pacar. Lo pasti disuruh gantiin Glenca karena lo udah bikin mereka putus, ‘kan?” Leyana dan dua cewek di belakangnya mulai mendekat ke bangkunya dengan tangan yang menyilang di dada. Cewek yang terbilang cantik, yang sedari dulu memang menginginkan Alanzo.
Ada ekspresi sinis cewek itu melambangkan kalau ia tidak menyukai Sheryl sekarang, padahal dulu Leyana biasa-biasa saja, dan tidak pernah mengajak Sheryl berkomunikasi. “Cuma cewek beasiswa kayak lo yang gak populer bisa dapetin Alanzo, cantik iya sih. Tapi gue gak kalah cantik ‘kan ya dari lo? Ntar gue pasti bisa dong dapetin Alanzo secara papa gue masih pengusaha.”
Ia tersenyum mengejek. “Meski lo pacarnya Alanzo, suatu hari lo pasti juga dibuang sama dia, dan orang tua dia pasti gak akan pernah mau nerima anaknya pedagang kayak lo!”
Setelah itu, Leyana pergi ke bangkunya. Menatap cewek itu penuh permusuhan. Sheryl tidak membalas apa pun. Ia memutar bola matanya malas. Kenapa dia selalu bertemu dengan orang-orang kek gini?
***
A/N:
Dah gess capek up yang ini! Besok lagi ya byee😭
Mau up work aku yang satunya! Jangan lupa mampir ke I'm Not Cruel Girl!
Eh iya, jnagan lupa like and komen ya untuk part ini! Semoga yang like harinya cerah✨
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Sri Wulandari
Kelihatannya omero suka deh sm sheryl 🤔
2024-12-18
0
1212syena
siapp
2023-07-14
0
1212syena
sher ya Allah😭
2023-07-14
0