“Gue tuh sebel bet deh sama pak Hendric! Yang materi kemarin aja belum selesai, sekarang ganti matriks! Apaan coba!” Cewek bernama Shakir yang duduk di sebelah bangku Sheryl merobek-robek kertas yang ia pegang lalu menghamburkannya.
“Babi lo!” umpat Genta yang sedang melaksanakan tugas piketnya, lagi-lagi harus menyapu bangku Shakir.
Berbeda dengan Shakir, Rimbi kini tengah bingung mengerjakan tugas dadakan yang diberikan oleh pak Hendric kemarin jam sepuluh malam. Ia mulai menggaruk-garuk kepalanya saat angka-angka di sana mulai memusingkan kepalanya.
“Lo bisa?” tanya Sheryl yang membuat Rimbi menoleh ke arahnya.
“Gue gak bisa, Sheryyyl!” Bukan Rimbi yang menyahut, tapi Shakir yang langsung mendekatkan bangku ke mejanya, memegang-megang lengannya sambil merengek ala anak kecil. “Gue tuh ya pilih jurusan IPS supaya gue bebas dari matematika, eh sama aja! Ketemunya sama angka-angka sialan ini!”
Sheryl hanya tersenyum tipis menanggapi itu. Ia tahu maksud Shakir. “Jadi bolehlah gue lihat punya lo, hehe!” ucapnya penuh harap.
“Emmm, gue boleh minta tolong yang ini gak gimana?” tanya Rimbi yang sudah pasrah.
“Yang ini artinya determinan, yang ini invers yang rumusnya invers A sama dengan 1 per determinan A dikali adjoin A.”
“Ah, gitu! Oke-oke!” Kemudian Rimbi mulai menuliskan sesuatu yang Sheryl jelaskan di bukunya.
Shakir yang melihat itu tersenyum. “Tuh ‘kan lo bisa, gua nyontek ya punya lo?”
“Gue belum ngerjain,” jawab Sheryl seadanya menunjukkan bukunya yang masih kosong.
Shakir melihatnya tak percaya. “Tapi ... lo tadi bisa ngajarin Rimbi?” Kemudian Shakir mulai tersadar. “Ah, iya lo ‘kan anak beasiswa makanya udah pinter sebelum dijelasin. Ya udah, nanti gue nyontek ya kalo udah!” Tanpa menunggu jawaban Sheryl lagi, Shakir kembali ke bangkunya.
Sheryl mulai menyiapkan penggaris untuk garis tepi buku kotaknya. Namun, pergerakannya itu terhenti kala suara bisik-bisik kagum memenuhi telinganya. Sheryl mengangkat kepala, mendapati kelima cowok tinggi nan tampan sedang menggendong tas di bahu kanan, memasuki kelasnya.
Cowok-cowok itu menghampiri bangku Sheryl, menyuruh orang-orang yang duduk di sebelah Sheryl untuk pindah tempat duduk. Alanzo menaruh tas di bangku kirinya, Omero di bangku kanannya, Jehab di depannya, Kenart dan Leon di belakangnya.
“Mulai hari ini, gue dan anggota geng Gebrastal pindah ke kelas ini! Gak ada yang bisa duduk di sini selain gue dan anggota Gebrastal!” deklarasi Alanzo lantang di penjuru kelas membuat penghuninya cengo. Ada yang senang karena setiap hari bakal lihat cogan, ada yang khawatir bakal terkena masalah dengan geng itu jika sekelas dengannya.
Alanzo tersenyum menang ke arah Sheryl yang mendengus kesal.
“Guys! Kalian udah tau gak? Masa Edine, Kevin, Leisana, Espa, sama Verla dipindahin ke kelas IPS 8! Kelasnya Gebrastal!” teriak seorang cewek di ambang pintu ngos-ngosan yang masih belum menyadari kehadiran anggota Gebrastal di kelasnya. Cewek pembawa berita kelas dengan suaranya yang melengking.
Semua orang masih diam, menatap Hestia payah. Hestia yang merasa ada yang berbeda, langsung menengok ke sekitar, membekap mulut sambil melotot saat mendapati kelima cowok famous di sekolah ini.
Kelimanya tidak menggubris Hestia, mereka hanya fokus menatap Sheryl seolah mengintimidasi. Sheryl berdecak. Ia berdiri dari duduknya, mengemasi semua barang-barangnya di meja untuk pindah ke bangku lain kalau saja Alanzo tidak menahan lengannya. “Mau ke mana lo?!”
“Pindah!”
Mereka berlima tertawa. “Heh! Anaknya tukang bakpao! Lo pikir lo bisa pindah seenak lo?! Inget, lo tuh sekarang babunya Alanzo!”
Cewek maupun cowok di kelas membuka mulutnya mendengar itu. Babunya Alanzo?
“Gue mau lo duduk di sini! Itu perintah gue!” tegas Alanzo tidak mau diganggu gugat. Sheryl membuang muka saja dan kembali duduk di sana. Lihat aja nanti Alanzo, Sheryl gak akan tinggal diam!
Kini, seorang pria paruh baya memasuki kelas dengan senyum segar. Semua siswa duduk di bangkunya masing-masing. Pak Hendric menyorotkan matanya pada Alanzo dan keempat cowok lainnya. “Pagi anak-anak! Hari ini kita kedatangan murid-murid pindahan dari kelas IPS 8! Mereka bakal sekelas sama kalian mulai hari ini ya! Enjoy!”
***
Sepanjang jam pelajaran, mata Alanzo tidak pernah lepas dari cewek itu. Ia selalu menangkap setiap gerak-gerik yang Sheryl lakukan, berusaha menebak apa yang sebenarnya ada di otak cewek itu. Herannya, Sheryl seolah tak ter-interupsi. Cewek itu masih bisa fokus dengan apa yang ia kerjakan dan Alanzo tidak pernah mendapat gelagat aneh dari Sheryl.
“Ada yang nemu determinannya?” tanya pak Hendric kala semua siswa menggaruk-garuk kepalanya sambil menghitung di kertas.
Sheryl hanya menatap papan tulis dan beberapa detik. “Nol plus negatif enam belas plus negatif 6 min 0 min 8 min 30, jawabannya min enam puluh.”
“Yah, betul! Ada yang jawabannya sama dengan Sheryl?”
Semua orang diam. “Kalo gitu give her aplous!” apresiasinya untuk semua orang bertepuk tangan.
Pelajaran berlanjut, dan Alanzo masih saja menatap cewek itu. Sheryl sebenarnya sadar apa yang dilakukan Alanzo. Ia menoleh ke kiri. Menatap Alanzo tepat di manik matanya. Kini mata keduanya saling terkunci hingga beberapa menit tanpa kata sebelum Sheryl tersenyum tipis. “Lo suka sama gue?”
Pertanyaan yang masih bisa didengar oleh Omero, Kenart, Leon, dan Jehab.
“Lo tahu? Gue gak akan pernah mau sama cewek songong kayak lo! Najis!” Setelah mengatakan itu, Alanzo mengalihkan perhatiannya pada papan tulis. Sheryl menarik bibir menang saat Alanzo tak lagi menatapnya.
Bel istirahat berbunyi. Kelas tak seramai biasanya karena sekarang ada kehadiran lima cowok itu. Sheryl hendak beranjak pergi ke kantin, tapi Alanzo dan kelima cowok itu langsung mendudukkannya lagi di bangku. “Lo pikir lo bakal sebebas itu dari kita?”
Kenart tersenyum misterius. Ia mengeluarkan sebuah topeng bergambar monyet di tasnya serta sebuah tulisan ‘Give Me Money!’ yang langsung disodorkan pada Sheryl.
“Kalo lo mau bebas, lo harus puasin gue dulu dengan jalan ke kantin pake topeng ini sambil bawa tulisan ini!”
Sheryl menatap topeng ngeri itu. “Lo gila?”
“Enggak. Gue mau bales lo karena lo dulu udah ngerendahin harga diri gue! Gue mau puas dengan lo turunin harga diri lo juga pake ini!”
“Gue gak mau.”
“Harus mau!”
“Gak mau!”
“Harus mau!”
Tidak ingin berdebat lagi, Sheryl segera melangkahkan kakinya untuk kabur yang sayangnya dihadang oleh Jehab. “Eits, cewek cantik gak boleh kabur.”
“Gak waras!” Sheryl segera saja menginjak kaki Jehab dan saat Jehab kesakitan, Sheryl memanfaatkannya untuk kabur. Alanzo menggertakkan giginya, ia segera melangkah cepat yang diikuti oleh teman-temannya.
Hup! Tubuh Sheryl yang kecil itu tak sebanding dengan langkah lebar Alanzo. Alanzo menangkap tubuhnya. Tubuh Sheryl kini dipegang oleh Kenart dan Jehab agar tidak melawan saat Alanzo memakaikannya topeng.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
saraswati ada di sini
sosok sheryl tuh pinter ya
2023-07-14
0
missrahasia
sellau gantung ceritanya, tapi seru woee
2023-07-14
0
missrahasia
shakirr sharir😂
2023-07-14
0