What Drink Is It?

Jam menunjukkan pukul 09.15. Sebagian siswa bergegas ke kantin agar tak kehabisan ayam geprek spesial bu Nung. Sebagian lagi masih berada di kelas. Seperti Sheryl dan Rimbi yang masih mencatat materi di papan tulis.

Ada juga Kevan dan Edine yang hanya bermain game sedari jam kosong tadi.

Namun, tidak lagi kini. Suara semua orang jadi senyap saat lima cowok berjalan gagah masuk ke dalam kelas sebelas IPS 3 dengan tampang tegas dan mata Elang. Orang di dalam kelas yang tadi sibuk, langsung menghentikan aktifitasnya, bertanya-tanya apakah ada orang di kelas ini yang membuat masalah lagi dengan Alanzo?

Tanpa mereka duga, Alanzo mendudukkan diri di bangku depan Sheryl, Kenart mengusir Rimbi yang tadi duduk di sebelah kanan Sheryl, Leon duduk di samping kirinya, sedang Omero dan Jehab duduk di belakang.

“Lagi nulis apa sih, Cantik?” tanya Leon sementara Kenart menyahut buku dan bolpoin yang ia pegang. Sheryl mengamati cowok-cowok tampan yang tengah mengepungnya itu.

“Dinamika ... hidrosfer ...,” baca Kenart pada buku Sheryl, ia memberikannya pada Alanzo. Alanzo kemudian mengambil handphone Sheryl yang terletak di meja yang memancing cewek itu untuk menyahutnya kembali, tapi tangan Alanzo dengan cepat menghindar.

“Mau apa lo?”

“Gue ‘kan udah bilang, lo emang gak dikeluarin dari sekolah, tapi lo gak akan pernah hidup tenang di sekolah ini karena lo berurusan sama kita.”

Sheryl terlihat kesal tapi tetap saja, cewek itu tetap menampakkan tampang natural, tidak emosi ataupun dramatis. “Trus? Lo mau apa?”

“Kalo lo mau hidup lo tenang, turutin kemauan kita!” jawab Leon mengulas senyum miring.

“Lo mau ambil HP lo?” Sheryl masih berusaha menyahut ponselnya di tangan Alanzo. Cowok itu memberikan selembar kertas dan sebuah kartu acara bergambar remi. “Gue mau lo dateng ke alamat ini buat lawan gue!”

“Kalo gue gak mau?”

“Terserah lo. Kalo lo menang lawan gue, lo bisa hidup tenang lagi di sekolah ini dan dapetin ponsel lo balik, tapi kalo lo kalah ....” Alanzo tersenyum miring. “Lo tahu sendiri.”

“Tapi gue gak yakin cewek kayak lo bakal dateng ke club. Lo ‘kan cewek rajin ya,” ejeknya menengok tulisan rapi Sheryl pada buku geografi di tangannya.

Sheryl menatap ponselnya yang Alanzo pegang. Meski gadged itu terkunci rapat, tapi ada banyak rahasia, file-file, serta memori di sana yang memberi akses berkomunikasi dengan ‘seseorang’. Hanya ponsel itu.

Ia mengambil kartu acara dan alamat yang diberikan Alanzo dengan muka tanpa ekspresi. Ia melihat manusia-manusia yang selalu menganggunya itu.

“Kalo gak dateng juga gak papa, terserah lo.” Alanzo menyeringai sambil mengacung-acungkan ponsel itu ke depan muka Sheryl. Ia berdiri, memasukkan kedua tangannya pada saku sebelum akhirnya berlalu pergi yang diikuti oleh anggotanya.

“Kita tunggu lo dateng, Manis!” ucap Leon.

Setelah kepergian mereka semua, Sheryl mengepalkan tangan. “Damn you, Alanzo ...,” lirihnya bernada rendah kemudian tertawa renyah.

***

Di tengah suara musik techno yang menggelegar, Alanzo mendorong bola billiard berwarna putih dengan stiknya yang langsung membuat bola merah yang dikenainya masuk ke dalam lubang. Glenca tersenyum senang saat pacarnya itu terus bermain dengan penuh kemenangan.

“Ayo, sayang! Menang lagi, dong!” katanya yang merangkul Alanzo dari samping. Alanzo langsung saja mengecup cewek itu saat satu bola berhasil jatuh lagi ke lubang.

“Gue gak yakin sih tuh cewek bakal dateng, buktinya jam segini dia belum ada,” ucap Kenart menyentil bola nomor 5 dengan stiknya.

Glenca mengerucutkan bibir. “Cewek siapa, sayang?” tanyanya kepo pada Alanzo.

Alanzo hanya menggidikkan bahu. “Kita lihat aja ntar.”

“Insting gue bilang dia bakal dateng! Gue udah siapin kamar!” balas Leon menyeringai. Sungguh, ini adalah harinya. Ia sudah menunggu rencana ini sejak kemarin. Membayangkan betapa mempesonanya tubuh Sheryl ketika ada di dalam ranjangnya.

Leon sialan!

“Halah, mana mungkin! Dia tuh cupu! Lo kayak gak tahu dia itu cuma cewek biasa, anak beasiswa! Mana mungkin berani ke sini!” Kenart tertawa meremehkan, melihat jam di tangannya yang menampakkan pukul sepuluh, dan cewek itu belum juga menampakkan batang hidung.

Namun, perkataan Kenart itu berbalik dengan fakta. Seorang cewek berjaket varsity coklat dengan mini skirt hitam serta sepatu boots yang membuatnya tampak keren itu berjalan menyusuri club santai. Rambut coklatnya terurai indah yang menambah pesonanya.

Alanzo melihat itu. Tidak seperti cewek lain yang memakai pakaian terbuka untuk memperlihatkan bagian tubuhnya, Sheryl malah terlihat sangat memukau dengan pakaianya saat ini.

Cowok itu melepaskan pelukan tangan Glenca di lengannya tanpa mengalihkan pandangannya pada Sheryl. Glenca berdecak sebal. Sheryl kini berjalan ke arah mereka dengan wajah tenang padahal lampu-lampu di club ini akan sangat menyorot mata untuk orang awam. Sheryl masih saja santai, seolah ... seolah cewek itu pernah ke club sebelumnya.

“Mana handphone gue?”

“Lo belum main.”

“Main apa sih?” ganggu Glenca.

“Ya udah ayo!” ajak Sheryl.

“Eh, bentar jangan keburu-buru gitu, dong! Lo harus tahu aturan kalo main kartu di sini!” Leon menengahi, ingin memegang bahu Sheryl yang ditepis olehnya. “Lo harus minum sebelum main. Itu aturannya.”

Sheryl menyipitkan mata menatap Leon, diam sejenak.

“Kenapa? Gak mau minum takut kalah?” remeh Kenart.

“Gue gak biasa minum.”

“Kalo lo gak minum, permainan gak akan dimulai.” Leon tetap menyodorkan segelas cairan bening pada Sheryl. Sheryl yang sudah kesal, langsung saja menyahut menuman itu dan memasukkannya ke dalam mulut.

Leon dan Kenart saling pandang dan menyeringai. Rencananya berhasil.

Sedangkan Alanzo hanya menatap datar.

Namun, sebelum Sheryl meneguk minuman itu, cewek itu seperti ingin muntah dengan mata yang terpejam.

“Gak papa, dibiasain aja!” kata Leon.

Tanpa berkata, Sheryl segera berlari entah kemana. Alanzo puas, ia puas biasa mendapati wajah panik Sheryl yang seperti itu. Tidak seperti biasanya yang hanya mengekspresikan ketenangannya. Beberapa menit, Sheryl kembali lagi masih dengan segelas cairan yang ia pegang.

“Minum sampek habis dong buat permulaan,” ujar Leon.

Sheryl menghela nafas. Tak ingin mendengar ocehan Leon lagi, ia meneguk minuman itu hingga kandas dengan ekspresi kecut.

Sebuah minuman alkohol khusus pembangkit gairah.

Beberapa saat setelahnya, Sheryl terlihat memegang kepalanya dengan matanya yang menyipit dan melebar. Ia mulai merasakan panas di sekujur tubuhnya.

Leon yang melihat itu pun tersenyum girang. Ia tak henti-hentinya meneguk jenis minuman yang sama yang tadi dikonsumsi Sheryl. Mata cowok itu mulai merah dan merasakan panas yang dirasakan Sheryl.

“Lo gak papa?” tanyanya bosa-basi pada Sheryl. Sheryl hanya memegang kepalanya dengan mata terpejam.

“Panas ....” Nafas cewek itu tersengal. Leon mengalungkan tangan mulus Sheryl ke lehernya, hendak mencium cewek itu kalau saja Kenart tidak mencegah.

***

A/N

Ayo lanjut guys, jangan kesel dulu, ada hal mengejutkan di part selanjutnya, jangan lupa like ya😭🙏

Terpopuler

Comments

alsava

alsava

jangan dong

2025-02-10

0

zihana syera

zihana syera

seseorang sapa tuh

2023-07-15

1

zihana syera

zihana syera

pelajaran ips

2023-07-15

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 72 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!