“Siapa sebenernya lo, Sheryl Auristella?”
Semua cowok itu langsung menatap Sheryl dengan pertanyaan yang sama. Alanzo masih menyipitkan mata.
“’Gue? Cuma anak yang diasuh pedagang bakpao keliling kok,” jawabnya membuat Alanzo tanpa diduga menyeringai. Nyatanya, cewek misterius itu bukan hanya semakin menyebalkan, tapi semakin menarik.
Alanzo mengangguk-anggukkan kepala. “Lo panggil semua anak remi ke sini, kita punya lawan baru!” perintahnya pada Jehab.
Ia menatap Sheryl kali ini. “Lo inget ‘kan lo ke sini buat lawan gue? Lo siap?” tanya Alanzo sambil mengocok-ngocok kartu di tangannya.
“Siap.”
Beberapa cowok yang Sheryl yakini masih anggota Gebrastal datang, duduk di antara dirinya dan Alanzo. Bukan hanya cowok, tapi juga cewek. Terutama cewek berambut potongan seperti laki dan tindik di telinganya itu duduk di sebelahnya, memainkan faro shuffle kartu dengan lihai lalu memberikan pada Andro.
“Jadi ini lawannya?”
Alanzo mengangguk saja.
“Easy ini mah!” tengok cowok yang orang-orang panggil Andro. Andro memandang Sheryl dari atas dan bawah sambil tertawa. Ia membagikan kartu tertutup masing-masing pada Alanzo dan Sheryl.
“Lo inget ‘kan, kalo lo menang, hidup lo bebas, tapi kalo gak ... siap-siap!”
“Inget.” Sheryl menerima kartu itu, menatap sengit Alanzo.
Seorang cowok berbandana merah, tindik di hidung serta lidah, dan cincin akik yang melekat di tangannya, menghirup udara di sekitar Alanzo dan Sheryl sebelum mengembuskannya panjang dengan mata terpejam lalu tersenyum evil. “Gua udah tahu siapa pemenangnya nanti.”
Gewon. Si paling pandai bermain kartu hanya dari perkiraannya. Semua yang lelaki itu perkirakan pasti jadi kenyataan.
Andro menaruh tumpukkan kartu terbalik di antara Sheryl dan Alanzo. Sheryl menghela nafas.
Ini untuk **h**andphone dan hidup tenangnya!
Permainan dimulai saat Alanzo memberikan kartu sekop di meja. Sheryl kemudian membalasnya dengan angka yang lebih dari kartu Alanzo. Alanzo pun mengambil kartu di pembuangan dan memberikan kartu hati.
Sheryl tersenyum melihat itu, ia memberikan kartu wajik. Alanzo terlihat berdecak, ia mengambil kartu di deck kali ini dan lagi-lagi memberikan kartu hati.
Cewek itu berkerut dahi melihat Alanzo. Ia mengambil kartu di pembuangan dan menyerahkan kartu raja hati. Alanzo membalas dengan kartu queen. Kedua manusia itu kini saling serang menyerang, bedanya Alanzo lebih banyak mengambil kartu di pembuangan ketimbang dirinya.
Sheryl tidak tahu apa rencana Alanzo, yang ia tahu kali ini kartu yang Alanzo pegang bertambah banyak.
“Hati adalah elemen terlemah, biasanya orang bodoh karena hati.”
“Itu sebabnya lo buang semua kartu hati,” simpul Sheryl yang digelengi kepala Alanzo. Cowok itu menaruh kartu jack di atas kartu Sheryl.
“Woah! Sip-sip!” ujar cowok yang duduk di belakang Sheryl.
Terjebak. Sheryl diam di tempat berpikir sambil mengamati kartu di tangannya, deck, serta pembuangan. Ia berusaha memutar otak. Diluar diguaan orang lain, ia mengambil kartu di deck dan memberikannya di atas meja. Permain terus berlanjut saat Sheryl mengeluarkan tekniknya agar poinnya bertambah, teknik yang dilakukan orang tertentu membuat semua orang tercengang.
Sheryl tersenyum miring saat Alanzo mengacak-acak rambutnya.
“Kita lihat aja ya siapa yang menang,” ucap Sheryl menyerahkan kartu.
“Ayo dong, Zo! Masa lo kalah!” kata Kenart.
“Gue melihat tanda-tanda Sheryl menang,” bisik seorang cewek pada cewek satunya.
Kartu Sheryl hanya tersisa dua. Alanzo mengambil kartu di deck dan beberapa saat kemudian menyeringai. Ia dengan mudah memberi kartu tanpa mengambil lagi, sedangkan Sheryl semakin lama semakin mengambil kartu di deck.
Sheryl seperti dipermainkan saat kartu Alanzo perlahan habis dalam sekejap, menyelipnya begitu saja. “Closed card!” ucap Alanzo mengangkat kedua tangannya saat Sheryl akan mengambil kartu lagi.
“Poin gue lebih tinggi dari poin lo!” kata Alanzo dengan senyum santai yang pernah Sheryl tampakkan. Semua orang berdecak kagum pada Alanzo. Tidak menduga cowok yang tadinya seperti akan kalah itu langsung saja mengalahkan lawannya.
“Dah gua duga, lo yang menang!” Gewon menepuk-nepuk pundak Alanzo.
Sheryl menaruh semua kartu dari tangannya ke meja. Diam di tempat masih menatap kartu-kartu itu datar.
“Keren, Bro! Itu baru temen gue!” Jehab merangkul Alanzo. Berbagai kalimat selamat tersaji untuknya dari semua orang di sini. Namun, fokus mata Alanzo terdapat pada cewek di depannya. Ia berdiri, mengahampiri Sheryl dan menatap menusuk dengan mata elangnya.
Netra almond yang sedang memandang di meja, kini naik, melirik ke atas tepat di mata Alanzo. Mata keduanya kini terkunci dan saling berpandangan. “Lo kalah,” ucapnya menekan.
Sheryl masih kekeuh tidak ingin merubah ekspreinya datarnya, sebisa mungkin ia tetap berlagak netral dan tenang, meski ada rasa kesal di matanya.
“Sesuai perjanjian, lo harus mau turutin apa pun yang gue mau. Mulai hari ini, lo jadi milik gue, Sheryl Auristella.”
“Lo harus patuh dan tunduk sama gue, lo harus mau gue jadiin apa pun, lo gak boleh ngelanggar perintah gue dan turutin yang gue mau!” Perkataan itu membuat Sheryl menatapnya muak. Tanpa diduga, Alanzo memegang tangan Sheryl lalu mengangkatnya ke atas.
“Mulai sekarang dia milik gue, gak ada yang bisa nyentuh dia selain gue, gak ada yang bisa merintah dia selain gue, dan gak ada yang boleh ngerebut babu yang udah milik gue!” klaimnya pada semua orang di club itu. Sheryl menoleh pada Alanzo, menatapnya tak percaya. Saat Alanzo menoleh ke arahnya, cewek itu langsung mengalihkan pandangannya.
Semuanya bersulam gembira dengan segelas bir di tangan mereka. Sedangkan Sheryl melepaskan pergelangan tangannya dari Alanzo. Ia hendak melangkah pergi.
“Mau ke mana lo?” tanya Alanzo.
“Kamar mandi.” Setelah itu, Sheryl berjalan menyusuri beberapa orang yang sedang berjoget ria, menyenggol dirinya ke sana ke mari. Langkah Sheryl kini berhenti tepat pada kamar mandi yang memang didedikasi untuk pria maupun wanita. Ia mencuci tangan kemudian menaruh kedua tangan di meja wastafle. Menatap dirinya dari pantulan cermin sambil menghela nafas.
"What the hell is this, Sheryl?” Pertanyaan itu muncul begitu saja di benaknya.
Ia kembali mencuci tangannya, kali ini dengan sabun. Tak menyadari kehadiran seseorang yang juga mencuci tangan di sebelahnya. Sheryl menoleh, sedikit terkejut saat menampaki wajah cowok itu. Sheryl menggeser tubuhnya, terlihat sanksi.
“Santai aja, gue gak akan apa-apain lo.” Leon terkekeh.
Niat Sheryl ingin membebaskan diri dari Alanzo tapi malah bertemu Leon. Meski begitu, ia masih tetap berada dalam posisi mencuci tangannya, tidak berminat menanggapi Leon.
“Lo beruntung. Kalo bukan karena Omero mungkin gue gak bakal mikir dua kali buat bebasin lo tadi.”
Sheryl langsung saja mengernyitkan dahi.
Leon semakin leluasa untuk bisa berbicara. “Selama ini gue selalu 'lakuin itu' atas dasar suka sama suka, dan gue gak akan tidurin cewek yang gak mau sama gue. Omero buat gue sadar lagi, walau gue benci sama lo, gue gak berhak rusak hidup lo. Jadi gue sengaja biarin lo pergi dan gue lakuin sama cewek gue.”
“Lo pikir gue percaya?”
Leon menarik senyumnya saat Sheryl berbicara. “Gue cuma teringat mama sama kakak gue. Lo percaya apa gak urusan lo. Gue cuma mau heran,” katanya menyipitkan mata, “ini baru pertama kalinya Omero belain cewek kayak lo dan ingetin gue soal apa yang harus gue lakuin ke cewek.”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
1212syena
walau kalah, tetep aja, sheryl pinter main kartu
2023-07-14
2
Regita Regita
lanjut
2023-05-24
0
Neonnorey
dia bukan babumu cukssss 😕
2023-05-21
0