Oh My Lips

“Oke, jadi kita bakal dibagi jadi 2 bagian. Bagian 1 main di bagian barat, bagian 2 main di bagian timur. Karena 2 gak masuk, jadi kita ada 28 anak. 14 anak main di sana, 14 anak main di sini. Nanti kalo udah, 14 itu bakal dibagi lagi jadi 2 regu, oke?” umum Joshua. Semua siswa mulai berpencar. Ada yang menetap di sini ada yang ke bagian barat.

Saat Sheryl hendak ikut ke bagian barat bersama Rimbi, Alanzo langsung menariknya. “Lo di sini!”

“Ngapain sih?”

“Gue mau lo lawan kita!”

Seketika itu juga, kebanyakan orang yang ada di lapangan bagian timur berpindah ke barat, kecuali lima cowok itu, Sheryl, dan beberapa cewek yang memang tergila-gila dengan ketampanan anggota Gebrastal.

“Heh, yang timur tinggal dikit, woy! Ngapain lo pada ke sini semua?!” ujar Joshua kesal. “Balik-balik! Cepet!”

“Anu, di sini adem, gerah soalnya gua!” alasan mereka.

“Lo aja gimana? Gue takut lawan Alanzo!” bisik seorang cowok seperti menahan pipis.

“Aelah! Lo cowok apa begimana sih? Cepetan yang tadi di barat, ke barat!” tegur Joshua. Karena tidak ada yang bergegas, akhirnya Joshua-lah yang ke barat diikuti tiga siswa lainnya.

“Oke, siapa takut?” sanggup Sheryl.

“Heh, ketua kelas! Lo ikut kita ajalah!” ajak Jehab yang diacungi jempol oleh Joshua sebagai tanda ‘oke’.

Mereka semua mulai mengatur posisi. Tujuh cowok di team Alanzo, tujuh orang di team Sheryl. Permainan dimulai dengan juri yang melempar bola ke atas dan saat jatuh, Kenart menangkapnya. Sheryl berusaha keras untuk menangkap bola basket, tapi bola basket itu dioper ke Joshua.

Dengan langkah cepat, Sheryl merebutnya di posisi yang tepat lalu melakukan gerakan lay up shot yang artinya ia akan mendapat tiga poin jika berhasil menembakkan bola ke keranjang. Dan yup! Berhasil masuk!

“Tiga poin!” Cowok-cowok itu melongo melihat Sheryl melakukannya dengan tepat sasaran. Ternyata Sheryl tak sebodoh itu.

“Uhh, kayaknya kita salah lawan!” ujar Omero memanasi.

Alanzo menatap sengit Sheryl. Mereka semua mulai mengatur strategi. Permainan kembali dimulai. Given yang berada di team Sheryl memantulkan bolanya, menatap ring dengan serius, saking seriusnya tidak sadar kalau bolanya sudah jatuh ke tangan Leon. “Heh, kutu mercon! Yang lo pantulin apa dah!”

Given melihat ke bawah, bolanya hilang! Ia menoleh pada Leon yang menampilkan muka mengejek-ejek. Sheryl langsung saja merebut bola itu saat Leon fokus pada Given. “Anjirrr! Bolanya! Akhh!”

“Tai lo!” olok Kenart pada Leon.

Sheryl kini dikepung oleh Jehab, Joshua, dan Omero. Ia melirik ke belakang, ada Daisy dari teamnya. Cewek itu mengoper bola pada Daisy, bodohnya Daisy malah menghindar dan berteriak, “Aaaa! Mama! Bolanya!”

Payah! Bola itu malah ditangkap Alanzo. Sheryl kini berusaha merebut bola itu kembali, tapi lagi-lagi Alanzo dengan mudah merebutnya dari Sheryl dengan passing. Pada akhirnya, sampai bermenit-menit, bola itu hanya jatuh di tangan Sheryl dan Alanzo, tidak membiarkan pemain lain bermain.

“Nah, udah! Main sendiri mereka!” Leon beekacak pinggang. Berusaha merebut bola pun tidak akan di-notice oleh keduanya.

“Dahlah capek gua! Biarin mereka main! Lapangannya emang milik mereka berdua!” ujar Jehab capek.

“Sher! Zo!” panggil Joshua tidak digubris.

Hingga pada suatu titik, Alanzo tidak lagi memantulkan bola, tapi mengacungkannya ke atas menyebabkan Sheryl harus berjinjit untuk meraihnyanya.

“Siniin bolanya!”

Alanzo menarik ujung bibirnya ke atas. “Ambil aja kalo bisa!”

Sheryl berusaha menyeimbangkan tinggi badannya dengan Alanzo, sayangnya Alanzo terlalu tinggi. Alanzo pun menyembunyikan bola itu ke belakang tubuh besarnya, dan Sheryl berusaha mengambil itu. Hal yang membuat tubuh mereka semakin mendekat.

“Lo gila!”

“Nyerah aja kali!”

“Ogah!”

Cewek itu semakin berjinjit kala lagi-lagi Alanzo mengacungkan bola ke atas. Tanpa Sheryl sadari, Alanzo kini malah terfokus dengan wajah Sheryl yang berjarak lima senti darinya. Ia bisa mendengar suara nafas Sheryl kali ini.

Fokus Alanzo mulai terpecah, tangannya goyah karena goyangan dari Sheryl yang ngotot meraih bola basket hingga bola itu terjatuh ke bawah. Ia memundurkan langkah karena Sheryl yang dekat. Sayangnya cowok itu harus tergelincir bola basket yang sudah menggelinding di bawahnya. Sebelum ia benar-benar jatuh telentang, Alanzo malah menarik tangan Sheryl hingga Sheryl ikut terjatuh menimpanya.

Dan cup!

Sheryl melototkan mata kala bibirnya tak sengaja bertemu dengan bibir Alanzo. Begitu juga Alanzo. Sialnya, Sheryl bisa merasakan debaran jantungnya yang begitu cepat.

What the hell is this?!

Semua orang yang melihat itu ternganga seakan gak tahu gimana caranya berkedip. Sheryl cepat-cepat menarik dirinya dari Alanzo, berdiri, dan menetralkan detak jantungnya.

Tak jauh beda dengan Sheryl, Alanzo berdiri lalu terdiam sesaat. Gimana bisa jantungnya kacau hanya dengan satu cewek kurang ajar seperti Sheryl?

“Lo gila, huh?!” teriak Alanzo.

Sheryl menatapnya sinis. “Bukannya lo yang gila? Lo yang narik gue!”

“Gue narik lo supaya lo ikutan jatuh, tapi gak usah jatuh di atas gue juga, Cewek Sialan!”

Sheryl menggeleng tak percaya. “Lo pikir gue bakal tahu gue bakal jatuh di atas lo? Lo pikir gue juga suka—“ Sheryl langsung menghentikkan kalimatnya saat terbayang kejadian tadi. Ia menarik nafas panjang dan mengembuskannya. Ia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Jantung berdetak kencang yang membuat emosinya tak stabil itu? Sungguh tidak ada di kamus Sheryl!

“Suka apa?” tegas Alanzo mendongakkan dagu.

Joshua yang tadi melongo, menggaruk tekuknya yang tak gatal. “Eee—anu ... kita udahan aja ya! Sisanya jamkos deh, hehe!”

Sheryl menatap Alanzo sekilas sebelum membuang muka.

“Udah, Zo! Kita istirahat aja!” Omero menarik tangan Alanzo yang masih menempatkan perhatiannya pada Sheryl.

“Sher? Lo gak papa?” khawatir Rimbi yang diangguki olehnya. Semua siswa kelas IPS 3 kini bubar dari lapangan indoor. Ada yang menuju kelas, ada yang menuju kantin umpung masih sepi, tujuannya menghindari desak-desakan saat istirahat pertama.

Seperti yang anak Gebrastal lakukan di kantin saat ini. Nongkrong.

“Wuih! Gimana nih rasanya dicium Sheryl?” Leon tersenyum menggoda, menjawil dagu Alanzo yang langsung ditatap tajam oleh sang Empu.

“Dahlah, Bro! Lagian nih ya, Sheryl tuh cantik! Bibirnya bagus kayak bibir gue nih!” sahut Jehab mengerucutkan bibir, memperagakan cium-cium ria yang langsung dijejali selembar daun oleh Kenart.

“Jijik, mulut lo bau!” katanya dibalas pukulan oleh Jehab.

***

“Hari ini, gue yang bakal anter lo pulang!” paksa Alanzo ingin menggeret tubuh Sheryl.

“Sayangya gue bawa motor sendiri.”

“Motor lo udah diangkut ke rumah lo sama anak-anak! Sekarang lo ikut naik motor gue!”

Sheryl mendengus saja, ia sudah menebak hal seperti ini bakal terjadi. Ia mengikuti Alanzo ke arah parkiran. Menjumpai sebuah motor Ducati Desmosidici merah yang kini Alanzo naiki. Ngomong-ngomong, motor Alanzo yang kemarin masih dibenahi di bengkel.

“Sayanggg!” teriak seorang cewek cantik yang tiba-tiba datang menyebabkan Alanzo mendengus.

***

A/N:

Gess minta dukungannya dong, like and komenn, pliss penting bangettt, tinggal pencet aja kok🥲

Btw i love this part so much, kalo kalian?

Terpopuler

Comments

camamutts_Sall29

camamutts_Sall29

heh ..Sherryl malu banget keknyaa😭

2025-01-23

0

camamutts_Sall29

camamutts_Sall29

astaga ngakak bgt😭

2025-01-23

0

jen

jen

keren .. suka cwenya kuat

2024-10-27

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 72 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!