Glenca

“Sayanggg!” teriak seorang cewek cantik menyebabkan Alanzo mendengus.

“Sayang! Kamu kok sama dia sih?! Kamu gak lupa mau beliin aku sepatu? Gini ya, Zo, aku tuh pacar kamu, kamu gak boleh deket sama siapa pun, kamu harus nurutin apa pun yang aku mau! Masa kamu lebih milih cewek kayak dia ketimbang aku?” cerocos Glenca menatap sinis pada Sheryl yang malah ingin tertawa.

“Tuh, mendingan lo anterin pacar lo! Gue bisa pulang sendiri kok!” Sheryl hendak melangkah tapi dicegah Alanzo.

“Gak usah ikut-ikut lo!” katanya pada Sheryl kemudian menoleh ke Glenca. “Gue ada urusan. Lagian lo tenang aja, lo masih jadi satu-satunya, besok gue anter lo ke mall!”

Glenca berdecak. “Harus sekarang! Soalnya aku mau ke salon, meni-pedi, beli tas, beli susncreen juga!”

“Yaudah! Ayo sekarang! Cepet naik!” emosi Alanzo.

“Gak usah! Udah telat! Aku udah keburu marah!” Glenca menghentakkan kakinya ke tanah sebelum pergi dari hadapan mereka berdua.

Alanzo hanya mengacak-acak rambutnya. “Anjing ya tuh cewek!”

Sheryl yang masih di sana menggidikkan bahu tak peduli.

“Cepet lo naik!” perintah Alanzo yang kemudian Sheryl naik ke atas motor. Andaikan dulu Sheryl tidak menerima tantangan dari Alanzo untuk main remi, mungkin hidupnya bakal tenang sekarang—meskipun sebelumnya juga tidak tenang.

Motor Ducati Desmodici itu melaju, membelah jalanan kota Jakarta. Lagi-lagi, Alanzo bisa melihat wajah cantik Sheryl yang tertepa angin lewat spion. Bedanya kali ini senyum tipis yang tak ia sadari terbit di balik helm fullface-nya.

“Lo ngapain lewat sini?” tanya Sheryl saat merasakan ini bukan gangnya.

“Lo harus ngerasain yang namanya muter-muter.”

“Gue maunya lewat jalan biasa!” Tapi hal itu tidak digubris oleh Alanzo. Ia melewati gang kampungnya yang tidak pernah Sheryl lewati mulanya. Sore hari seperti ini, tentunya ramai rutinitas orang kampung. Ada yang senam, ada yang mencuci motor, anak berangkat mengaji.

Sebuah suasana yang tidak pernah Alanzo rasakan sebelumnya. Sheryl sebenarnya tidak masalah dengan semua itu. Hingga ada juga kegiatan orang membenahi rumah. Sheryl tertegun.

“Kita baik arah aja yuk!”

“Gue tahu jalannya!”

Sheryl terdiam saat melewati rumah yang sedang dibenahi itu. Hingga ia mendengar suara itu lagi. Suara yang selama ini ia hindari. Jantungnya seperti digempur pecut dengan muka pucatnya.

Alanzo masih belum menyadari itu hingga motornya telah berhenti di depan rumah Sheryl. Sheryl tanpa mengatakan apa pun, turun dari motor Alanzo cepat. “Lo gak mau ngajak gue masuk?”

Mendengar itu, Sheryl yang berwajah pucat menoleh ke arahnya. “Be-besok! Lo-lo pulang aja!”

Tak mempedulikan Alanzo lagi, cewek itu dengan cepat masuk ke dalam rumah, menutup pintu keras. Seluruh tubuhnya kini berkeringat dingin dan bergetar. Ia melangkah cepat ke kamarnya. Mencari sesuatu yang tanpa sadar mengacak-acak seuruh barang di sana. “Kemana?! Kemanaa?!” pekiknya keras.

Tangan yang berkeringat itu meremas rambutnya. “Huh ... huh ... a-ayo, Sher!”

“Aghh!” Ia kemudian mencari lagi lagi sesuatu yang tak ia temukan. Beberapa detik kemudian, seorang cowok berwajah panik karena mendengar teriakan Sheryl datang menghampirinya.

“Kak Sheryl!” teriaknya.

“E-Eros! Gu-gue denger suaranya, Ros! Gimana dong! Eros! Hiks! Hiks!” Sheryl semakin memeluk tubuh Eros dengan isakan tangisnya.

“Tenang, Kak, tenang! Cuma suara aja kok! Tarik nafas, buang! Tarik nafas buang!” Ia mengelus rambut Sheryl yang juga berusaha menenangkan dirinya sendiri sesuai instrusi Eros. Inilah yang ia takuti dari Sheryl. Penyakitnya kambuh.

“Ros, gue beneran denger! Tadi, tadi gue sama Alanzo lewat jalan beda dari biasanya, trus denger itu ....”

“Apa?” kaget Eros.

Selang beberapa saat, pria dan wanita paruh baya juga datang dengan mata melotot menampaki kondisi kamar Sheryl yang berantakan. “Ya Allah! Non Sheryl!”

“Udah, Bu. Kak Sheryl udah gak papa. Kak Sheryl itu kuat, yakan?” kata Eros yang bersyukur menampaki Sheryl lebih dengan menarik nafas dan mengembuskannya.

Iya, itu hanya suara, batin Sheryl menenangkan diri.

***

Sheryl berjalan mengendap-endap layaknya detektif conan yang sedang menyelidiki kasus, menengok ke kanan dan ke kiri untuk memastikan bahwa di sekitarnya tidak ada anak Gebrastal. Sedari pagi tadi, cowok-cowok itu tidak masuk kelas yang artinya mereka membolos. Itu adalah kebruntungan Sheryl karena ia tidak akan diperintah-perintah oleh Alanzo.

Kini Sheryl juga tidak ingin menampakkan diri di depan mereka saat jam istirahat. Kaki cewek itu mundur saat matanya menangkap lima cowok yang berjalan ke kantin. Ia berjalan ke mana pun yang penting gak ketemu mereka.

“Heh! Cewek kismin!”

Niatnya ingin menghindari Alanzo, Sheryl malah bertemu Glenca dan kawan-kawannya yang berjalan ke arahnya, dan sekarang wajah mereka sudah seperti ibu-ibu kompleks yang ingin protes karena kenaikan harga cabe.

“Makin berani lo ya sama gue?!” tunjuk Glenca langsung ke mukanya. Suara besar yang sudah seperti cek sound itu mengalihkan perhatian orang di sekitarnya, termasuk anak Gebrastal.

“Lo udah buat Alanzo yang awalnya perhatian sama gue, jadi gak perhatian! Trus kemarin lo kiss sama dia?! Anjing lo ya!” Glenca hendak menamparnya, tapi Sheryl berhasil menghindar.

Wajah biasa-biasa saja yang Sheryl tampakkan membuat Glenca semakin tersulut emosi.

“Lo harus sabar dulu, Glen! Jangan nampar dulu! Ini gak sesuai skenario!” peringat teman di sebelah Glenca.

Glenca berusaha bersikap santai, menirukan Sheryl. Dasar gak punya pendirian!

“Gue cuma mau ingetin lo aja! Lo tuh cuma babunya Alanzo, jadi jangan berharap apa pun dari Alanzo! Alanzo itu cuma mau sama gue!” Glenca menaikkan salah satu alisnya.

“Dan lo itu ... murahan!” Glenca mendorong bahu Sheryl.

Sheryl hanya tertawa melihat gelagat Glenca yang seperti ini. Alanzo dan lainnya mulai mendekat ke arah mereka.

“Udahlah, Glen!” Kenart berusaha melerai.

“Murahan ya?” Sheryl mengangguk-anggukkan kepala. “Trus lo sendiri gimana?”

“Jelas kita, beda! Lo cuma anak pedagang bakpao! Gue? Gue anak pembisnis! Lo gatel! Gue enggak!”

“Oh ya? Kalo gak eceran harusnya gak mau dong dimanfaatin cowok-cowok.”

“Maksud lo?”

Sheryl terkekeh. “Tahu gak? Alanzo tuh gak pernah suka sama lo, dia cuma mau bibir lo. Kalo lo gak cantik, ya dia gak maulah.”

Kata-kata itu dilontarkan dengan nada rendah,tapi cukup membuat Glenca terdiam.

“Lo bisa diem gak?!” Alanzo menunjuk ke arah Sheryl.

“Ini masalah cewek, biarin mereka kelarin sendiri!” peringat Omero menahan Alanzo.

“Ouh, atau lo pernah lakuin ‘itu’ sama Alanzo? Lo suka ya lakuin sama cowok-cowok?” curiga Sheryl mengelus-elus dahi dengan mata menyipit. Sikapnya masih tetap tenang.

Glenca yang mendengar itu tersulut emosi. Ia melotot tidak terima. “Apa lo bilang?! Gue gak semurah itu ya buat lakuin sama cowok sembarangan! Gue pernah lakuin Cuma sama Kenart aja!” ceplosnya tanpa sadar kemudian langsung menutup mulut.

Bukan cuma Sheryl yang merasa kaget, tapi orang-orang di sini, termasuk Alanzo. Sheryl tidak berniat membongkar aib cewek itu. Namun Glenca membeberkannya.

“Alanzo, aku-aku bisa jelasin ya!” Glenca menghampiri Alanzo yang sudah menatapnya tajam.

Kenart hanya bisa memijat kepala dengan kedua tangan tampak frustasi.

“Oh, jadi gitu?” Alanzo menghempas tangan Glenca di lengannya, tapi lagi-lagi Glenca meraihnya.

“Alanzo kamu harus dengerin aku! Semua ini tuh juga salah kamu! Kamu terlalu alim, mengedepankan prinsip kamu buat lakuin itu setelah menikah! Jadinya aku ... lakuin sama ... Kenart ...,” lirinya menggigit bibir bawah. “Tapi Alanzo, aku tetep sayangnya sama kamu!”

“Jadi aku mohoh maafin aku ya!”

Alanzo berdecih dan terkekeh. “Sayangnya gue yang gak pernah ngrusak cewek gak mau dapatin cewek rusak.”

***

-

Terpopuler

Comments

camamutts_Sall29

camamutts_Sall29

akhirnya yg di nantikan datang ..
ayo putusss hahahahah

2025-01-23

0

alsava

alsava

tetep aja murahan/Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2025-02-11

0

Inonk_ordinary

Inonk_ordinary

nahhhh. laki begini nuntut dapet perawan pas nikah. wajar bgt. tapi anehnya banyak laki yg suka celap celup,,giliran nikah mau nya dapet perawan. situ sehat...hemmmm

2024-10-25

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 72 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!