...“Kalau ada apa-apa, bilang sama Om ya. Karna mulai sekarang, Ciara punya Daddy yang bisa Ciara andelin.” - Abercio Sanchez...
“NGGAK!”
Darren menolak mentah-mentah ajakan ibunya untuk pindah ke rumah Abercio. Remaja yang kini sedang tumbuh dewasa itu benar-benar benci dengan kehadiran sosok ayah tirinya.
“Andai Mommy nggak cerai dengan Daddy, pasti hidup kita nggak akan sesulit ini! Aku berharap Mommy rujuk dengan Daddy walaupun harus jadi istri kedua!”
Darren bersikeras dengan pendapatnya. Baginya, Markus adalah ayah terbaik baginya sepanjang masa. Padahal, ia tak pernah tahu penderitaan apa yang sudah ibu dan adiknya dapatkan dari Markus Alejandro Garnacho itu.
Setiap kali Markus melakukan tindak kekerasan, Darren selalu saja sedang tidak di rumah atau bahkan sedang ada kegiatan sekolah yang mengharuskan ia menginap di luar selama beberapa hari. Dan yang paling menyebalkan adalah, Lucy selalu menutupi kekerasan yang ia dapatkan dari Markus dengan mengatakan bahwa luka yang ia alami murni karena kecelakaan dan sebagainya.
“Nak, andai kamu tau gimana sifat asli Daddy-mu, mungkin kamu nggak akan sekeras ini sama Mommy,” gumam Lucy dalam hati.
Lucy hanya menahan rasa sakit yang menyeruak di dada. Ia berharap, Darren dapat hidup dengan baik dan tak dihantui ketakutan seperti Ciara. Hal yang paling ia sesali adalah mental Ciara rusak. Jadi … jangan sampai Darren juga begitu. Setidaknya, jika ia tiada nanti, Darren dapat menjaga adiknya dengan baik.
“Ya sudah.” Lucy meraih ponselnya.
Kurang lebih semenit kemudian, ia menatap ke arah Darren. “Barusan Mommy transfer kamu uang. Seharusnya, uang itu cukup untuk biaya hidup kamu selama sebulan, termasuk biaya kos.”
“Terus, Mommy dan Ciara bakalan tinggal di sana?!” tanya Darren yang masih menunjukkan keengganannya melepaskan Lucy dan Ciara tinggal di rumah Abercio.
“Iya. Gimanapun, Mommy udah sah jadi seorang is-“
“Arghh!!! Mommy benar-benar menyebalkan!” bentak Darren frustasi.
...❣️❣️❣️...
“Om Cio?” panggil Ciara lirih.
Ciara terbangun dari tidurnya. Ia mengucek dan mengerjap-ngerjapkan mata bulatnya. Saat membuka mata, ia melihat sosok Abercio yang sedang duduk dengan kaki yang disilangkan di atas kaki satunya lagi. Mata pria itu terlihat fokus menatap layar tablet yang sedang ia pegang.
“Ciara?” Abercio meletakkan tabletnya ke atas meja kecil yang ada di samping ranjang. Ia duduk ke sisi ranjang dan memposisikan tubuhnya menghadap Ciara.
“Mommy mana, Om?” tanya Ciara dengan suara yang sedikit manja.
“Mommy belum pulang,” jawab Abercio sambil menatap ke arah Ciara.
“Mommy nggak kenapa-kenapa ‘kan Om?” tanya Ciara risau. Ciara memasang wajah yang cemberut dengan bentuk alis yang menurun ke bawah.
Abercio menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kaku. Sebenarnya ia memang jarang tersenyum, tapi entah kenapa sekarang ia mencoba tersenyum di hadapan gadis itu. Mungkin, karena ia merasa iba dan bertekad ingin menjadi sosok ayah yang baik bagi gadis itu?
“Ciara?” panggil Abercio sambil membelai rambut Ciara. “Kalau ada apa-apa, bilang sama Om ya. Karna mulai sekarang, Ciara punya Daddy yang bisa Ciara andelin.”
“Eum …” Ciara mengangguk pelan.
Jauh di lubuk hati gadis itu, ia sangat senang saat Abercio mengatakan hal tersebut. Namun, kenangan pahit yang Markus berikan padanya benar-benar membuat ia takut bertingkah santai dan seenaknya.
“Ciara mau kuliah di mana?” tanya Abercio tiba-tiba. Ia mengambil tablet yang tadi ia letakkan ke atas meja kecil samping ranjang.
“Kuliah?” Ciara menatap Abercio dengan sorot mata yang terkejut. “Ciara nggak kuliah, Om.”
“Loh, kenapa?” Abercio menatap Ciara penasaran. Kali ini, apa alasan gadis itu menolak untuk melanjutkan pendidikannya.
Ciara tersenyum getir. Wajah polos yang cantik itu mendadak sendu dan suram. Dengan suara yang berat, gadis itu berkata sejujurnya. “Mommy ‘kan nggak punya uang, Om?”
“Ciara nggak mau nambah beban buat Mommy. Ciara juga pernah liat batuk Mommy berdarah, Om.”
Abercio memegang dahinya sambil menghela nafas berat. Ia pikir, gadis itu malas kuliah dan hanya ingin menikmati hidup mewah karena sekarang ia akan menjadi anak orang kaya. Tapi ternyata, gadis itu benar-benar tak tahu bahwa Abercio Sanchez itu pengusaha yang kaya raya dan bisa memberikan apapun padanya.
“Ciara. Sekarang dengerin, Om.” Abercio menatap ke arah Ciara dengan sorot mata yang serius. “No. Bukan Om. But, Daddy. Karna kemaren Om dan Mommy mu udah resmi menjadi suami istri.”
“Tapi, kok nggak ada pesta?” tanya Ciara polos.
Gadis itu benar. Siapapun yang menikah, pasti akan melakukan sebuah perayaan meskipun kecil-kecilan. Lalu, kenapa Abercio dan Mommy-nya tidak melakukan perayaan pernikahan? Bukankah itu aneh, pikir Ciara saat itu.
"Kata Mommy, dia nggak mau buang-buang uang. Mending uangnya buat Ciara kuliah," celetuk Abercio asal-asalan. Pasalnya, ia tak tahu harus mencari alasan apa untuk menutupi pernikahan kontrak antara ia dan Lucy.
Ciara hanya mengangguk tanpa bertanya lagi. Tak lama kemudian, Ciara berusaha duduk dan berusaha menuruni ranjang.
"Mau ke mana? Makan? Biar Om ambilin," ucap Abercio.
"Nggak. Ciara mau ke toilet," gadis itu mengulum senyum. Senyum yang tulus dan sangat manis. Abercio meleleh hanya karena senyuman yang manis tersebut.
"O-oh ... oke," Abercio menepi memberikan jalan pada gadis itu.
Ciara turun dari ranjang dan menapaki lantai. Saat ia berusaha berdiri, entah kenapa badannya mendadak oleng. Mungkin ia belum sepenuhnya sembuh. Pasalnya, karena peristiwa malam itu, Ciara mendadak demam.
"Kyaaa!" Ciara berteriak saat tubuhnya hampir jatuh.
Belum sempat Abercio meraih tubuh gadis itu, tiba-tiba saja Ciara sudah duduk di pangkuan ayah tirinya itu. Bukan ... bukan di pangkuan, lebih tepatnya duduk di tengah-tengah di antara kedua paha Abercio.
"Ughhh!!!" Abercio tak sengaja meringis kesakitan dengan wajah yang memerah. Ia merasakan benda sakti miliknya tertimpa oleh sesuatu yang berat dan menghimpit masa depannya.
"O-Om Cio?! Om Cio kenapa?" Ciara menoleh ke belakang tanpa berdiri dari duduknya.
"I-itu ... ughhh," ringis Abercio sambil menggigit bibirnya menahan sakit.
"Milikku," sambungnya sambil menunjuk ke arah paha Ciara.
"M-maaf!" Ciara langsung berdiri dari duduknya. Wajahnya memerah karena malu.
"Haaa... yaudah, pergilah ke toilet," suruh Abercio sambil menghela nafas lega.
"Eh, bentar," Abercio membuat langkah Ciara terhenti. "Aku lupa memberitahu padamu."
"Camkan dipikiranmu. Sekarang, kamu memiliki Daddy yang kaya raya, apapun yang kamu inginkan kamu bisa memilikinya dan tak ada yang tak bisa kamu miliki. Jadi ... berhenti mengkhawatirkan sesuatu yang berhubungan dengan uang."
...❣️❣️❣️...
...BERSAMBUNG......
...❣️❣️❣️❣️❣️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Mimik Pribadi
Bikin penasaran endingnya,,,,nnt bakal seperti apa hubungan antara Albercio dngn Ciara,apa akan terus seperti anak bpk,atau seperti apa???
2024-01-03
0
lenong
kasian nih sama Ciara, traumah dan gak percaya diri🤗🤗
2023-10-19
0
Deliana
tdi ktanya nyuruh manggil daddy,, kok om lg sih abercio...
2023-06-06
1