...“Pertama kali melihatmu, aku sempat berfikir kalau suatu saat nanti kamu akan memasak untukku dan menjaga anak-anak kita kelak.” – Leonardo Lewandowski...
“Yeay!”
Ciara melompat dengan girang setelah melakukan daftar ulang di universitas impiannya. Gadis dengan tinggi 160 senti itu berjingkrak-jingkrak dengan riang sembari kedua tangannya ia kepalkan ke udara dan ia tarik turun ke bawah dengan kencang.
“Aaa … aku nggak nyangka bakalan kuliah di sini!” serunya sambil berputar dan melompat-lompat.
Dari kejauhan, ada seorang pria yang memakai jaket almamater dari kampus tersebut. Ia menatap kekonyolan Ciara yang menggemaskan. Awalnya, ia sedang mengambil beberapa foto untuk mengabadikan masa-masa daftar ulang mahasiswa baru di kampus itu. Tapi, tujuan utamanya sejenak terlupakan saat melihat gadis cantik yang mencuri hatinya.
“Permisi …” panggil pria tersebut sambil kedua tangannya bersiap-siap memegang kamera dan menjepret foto Ciara saat gadis itu menoleh ke belakang.
Ciara menoleh ke belakang ke arah suara yang mengusik telinganya.
Cekrek!
Wajah Ciara mendadak memerah saat menyadari bahwa dirinya sedang dipotret secara diam-diam.
Pria yang merupakan senior di Universitas M tersebut tersenyum saat ia berhasil mengambil foto close up Ciara. Kamera yang semula menutupi wajahnya, kini ia jauhkan dari wajahnya sehingga menampilkan sosok tampan yang bermata coklat.
“Hai,” sapa pria tersebut sambil tersenyum. “Maaf aku memotretmu diam-diam.”
Ciara hanya tersenyum sambil mengangguk pelan. Matanya memperhatikan jaket almamater yang pria itu kenakan. Karena penasaran, Ciara memberanikan dirinya untuk bertanya.
“Kakak … mahasiswa di sini?”
“Leo,” pria tampan itu mengulurkan tangan kanannya kepada Ciara sambil tersenyum dengan sangat manis dan menampakkan gigi putihnya yang tersusun dengan rapi. “Leonardo Lewandowski. Bukan Leonardo DiCaprio, ya. Karena aku tak setampan itu.”
“Aku mahasiswa DKV semester tujuh, tahun ini,” sambungnya lagi.
Ciara tak mampu menahan tawanya mendengarkan ucapan pria itu. Bagaimana bisa dengan santainya ia mengatakan hal tersebut pada seseorang yang baru saja ia temui. Sembari tangan kanan Ciara menyambut uluran tangan Leo, tangan kirinya menutupi mulut karena senang sekaligus malu.
“Ciara. Ciara Alejandro Garnacho,” ucap Ciara. Kemudian ia melepaskan tangannya dari tangan Leo.
“Anak baru tahun ini, ‘kan?” tanya Leo dengan santai.
“Hmm.” Ciara mengangguk pelan.
“Biar ku tebak. Pasti kamu jurusan tata boga? Atau … PGPAUD?” tebak Leo sambil telunjuk kanannya bergoyang-goyang ke arah Ciara.
Ciara mengerutkan keningnya sambil menatap heran ke arah Leo. “Nggak keduanya sih. Tapi, kok Kak Leo nebak aku milih kedua jurusan itu?”
“Oh … bukan ya?” ucap Leo sambil memasang wajah sedih dan cemberut.
“Soalnya … pertama kali melihatmu, aku sempat berfikir kalau suatu saat nanti kamu akan memasak untukku dan menjaga anak-anak kita kelak,” celetuk Leo sambil tersenyum.
“Dih! Kak Leo!” wajah Ciara memerah saat mendengarkan gombalan pria itu.
Keduanya saling tertawa hanya karena gombalan tak berarti tadi. Sejujurnya, Leo sengaja mengatakan hal tersebut untuk mencairkan suasana. Agar Ciara lebih santai dan tak menganggapnya orang asing yang SKSD (sok kenal sok dekat).
“Kak, aku pulang dulu ya,” ucap Ciara pamitan untuk pulang.
“Ciara …” panggil Leo. Ia bergegas membuka foto yang ia jepret tadi di kamera DSLR-nya. “Aku boleh minta no WA kamu?”
“Buat?” Ciara mengerutkan keningnya.
“Ngirim foto ini,” Leo menunjukkan foto Ciara yang tak sengaja ia jepret tadi ke gadis itu.
“Oh … nggak usah, Kak. Hehehe,” Ciara menolak halus permintaan Leo.
“Sekalian, nanti aku mau sharing soal kampus sih ke kamu,” bujuk Leo yang berusaha mendapatkan kontak Ciara. “Aku juga bisa membawamu jalan-jalan keliling kampus dan mengenalkanmu ke beberapa anggota BEM.”
“Yah … lumayan ‘kan? Biar nanti pas kamu masuk kuliah, kamu nggak canggung dan punya kenalan?” sambungnya meyakinkan Ciara.
Ciara terdiam sejenak sambil berfikir. Ada benarnya juga apa yang diucapkan oleh Leo. Lagi pula, tak ada salahnya kalau sekedar memberikan nomor WA-nya. Toh, pria itu akan menjadi kakak seniornya kelak.
...❣️❣️❣️...
Ting!
Sebuah notifikasi masuk dari Bart. Abercio bergegas membuka pesan yang dikirimkan oleh Bart. Sesaat kemudian, wajahnya mendadak suram dan dingin. Ia berdecak sebal sembari melonggarkan dasinya saat menatap foto yang dikirimkan oleh Bart.
“Ck! Baru juga daftar ulang, udah berani tebar pesona,” decak Abercio kesal. “Dasar rubah kecil!”
Abercio menatap foto yang dikirimkan oleh Bart. Saat itu, Ciara sedang tertawa girang dengan kepala yang hampir bertabrakan dengan kepala Leo saat menatap layar kamera DSLR milik Leo.
Tok! Tok! Tok!
“Masuk,” ucap Abercio sambil mematikan layar ponselnya. Kemudian ia melihat lurus ke depan ke arah pintu yang sedang dibuka oleh sekretarisnya.
“Pak, ada Mbak Sabri—”
“Kak!!!” Sabrina langsung masuk ke dalam ruangan tanpa mempedulikan sekretaris Abercio yang sedang berbicara kepada Abercio.
Melihat Sabrina yang nyelonong masuk ke ruang kerjanya, Abercio melambaikan tangan ke arah Elina yang merupakan sekretarisnya untuk melanjutkan pekerjaan dan tak usah mempedulikannya. Elina pun mengerti dan menutup pintu ruangan Abercio.
“Ada urusan apa?” tanya Abercio dingin sambil melanjutkan pekerjaannya tanpa menoleh ke arah Sabrina.
Sabrina berjalan mendekat ke arah Abercio. Kemudian ia duduk di atas meja di samping Abercio sembari melipat kedua tangannya ke dada.
“Kakak seriusan nikah sama janda beranak dua? Anak dia yang paling tua seumuran denganku loh, Kak!” ketus Sabrina kesal. “Mending Kakak nikah sama aku a—”
“Aku nggak tertarik dengan gadis muda. Janda beranak dua lebih menggoda,” celetuk Abercio dingin.
“Tapi, Kak Aber ‘kan sering tidur dengan wanita-wanita yang usianya—”
“Sabrina,” potong Abercio kesal sambil mengangkat wajahnya menatap ke arah Sabrina. “Aku itu hanya menganggapmu adik. Jangan sampai hubungan keluarga kita rusak karena keras kepalamu yang ingin menjadikanku suamimu!”
“Aku nggak pernah nganggap Kak Aber itu kakakku. Sejak dulu aku nganggap Kak—”
“Pulanglah. Aku ini suami orang. Lagi pula, aku sedang sibuk,” potong Abercio malas.
Sabrina tak putus asa. Ia membungkukkan tubuhnya condong ke arah Abercio. Dengan sengaja ia memamerkan belahan dadanya ke arah Abercio. Niat hati ingin menarik perhatian Abercio. Ia berbisik ke arah telinga pria itu.
“Kakak tau ‘kan, aku itu masih virgin? Aku nungguin Kakak buat—”
“Sabrina Hernandez! Aku sama sekali tak tertarik dengan gadis muda sepertimu! Apalagi kamu itu gadis yang dicintai oleh adikku! Mana tata kramamu? Apa tak malu mengganggu suami orang? Senang jika dicap pelakor?! Hah?!" geram Abercio dengan sorot mata yang tajam.
“Keluar dari ruangan ini sekarang juga!”
Abercio tak lagi mampu menahan kekesalannya. Kesabarannya hilang saat gadis yang berusia dua puluh tiga tahun itu terus mengejarnya tanpa henti. Andai gadis itu tak terobsesi dengannya, pasti kontrak antara dia dan Lucy tak akan terjadi.
...❣️❣️❣️...
...BERSAMBUNG…...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
lenong
ooohhh... ternyata toh
2023-10-20
0
Rita
dan daddy cio g bakal kenal ciara
2023-10-07
0
Rita
g sadar cemburu
2023-10-07
0