Agam terbangun dari tidurnya dengan badan sakit semua, dia masih mengingat jelas semalam Arnette tidak mau melepasnya dan memaksanya terus membuat anak.
Lalu dia mencoba melirik istrinya itu yang sekarang terkapar di sampingnya.
"Jam berapa ini?" gumam Agam seraya melihat jam di dinding.
Ternyata sudah pukul setengah tujuh, dia harus bergegas ke sekolah sebelum Arnette bangun.
Perempuan itu mempunyai tenaga kuda, bisa-bisa Agam diajak buat anak lagi.
Agam buru-buru mandi dan keluar dari kamarnya, dia hanya mengambil roti di meja makan untuk sarapan.
"Tidak makan dulu? Di mana istrimu?" tegur Megan yang berada di dapur.
"Jangan bangunkan dia, Bu. Pokoknya biarkan saja istriku tidur," balas Agam.
Megan hanya berdehem saja, dia tidak berani bertanya karena tidak kuat mendengar jawabannya.
"Sepertinya padi gagal panen karena sawah ayahmu penuh dengan sapi dan kambing, setiap hari datang 100 ekor, stok beras di gudang sudah menipis karena diambil oleh para customer," jelas Megan mengalihkan pembicaraan.
"Ayahmu sedang pusing jadi jangan buat masalah lagi, apalagi mbak Ara mau melahirkan di sini dan ada Kaizen juga," tambahnya.
"Aku juga tidak mau seperti ini, Bu. Tapi kalau aku tidak menikah sepertinya istriku akan berbuat nekat dan berbahaya," balas Agam membela diri.
Karena takut terlambat sekolah, Agam buru-buru pergi dan benar saja saat melintasi sawah ayahnya, penuh dengan kambing dan sapi.
Padi pak kades habis dimakan oleh para hewan itu.
"Agam, pak kades mau beralih jadi juragan kambing dan sapi?"
Teman-teman Agam di sekolah sampai bertanya karena mereka bingung.
"Jangan dibahas," balas Agam. Dia juga bingung sebenarnya.
Ketika jam mata pelajaran berlangsung, Agam tidak bisa berkonsentrasi sama sekali karena teringat malam panas yang dia lalui bersama Arnette.
"Apa ini efek dari hilang perjaka?" gumam Agam dalam hatinya.
Semakin dia berusaha menghilangkan pikiran itu, Agam semakin teringat, bahkan pedang tumpulnya sampai menyembul.
"Astaga! Kenapa ini?" Agam jadi frustasi.
Sementara Arnette sendiri masih terkapar di atas ranjang sampai siang, ketika dia terbangun perempuan itu tidak mendapati Agam.
"Mas Agam..." panggilnya.
"Bukankah aku memintanya tidak usah bersekolah?"
Arnette memegangi pinggangnya yang sakit karena kebanyakan bercinta. "Ternyata membuat anak seperti melakukan latihan fisik, sungguh melelahkan!"
Perempuan itu lalu mandi dan memakai baju Agam yang ada di lemari pemuda itu.
"Aku lapar," Arnette keluar kamar untuk mencari makanan.
Di rumah pak kades tampak sepi tapi di atas meja makan sudah tersedia berbagai makanan, Arnette langsung makan tanpa sisa.
Pada saat itu, Megan baru pulang dari membeli buah dan mendapati semua makanan habis padahal suaminya belum makan.
"Arnette..." tegur Megan.
"Bukannya tidak boleh memakan semuanya tapi kau juga harus memikirkan anggota keluarga lain!"
"Ayo bantu ibu memasak lagi! Sebentar lagi mertua dan suamimu pulang!"
"Tapi, aku tidak bisa memasak," tolak Arnette.
"Maka dari itu, belajarlah!" Megan tetap memaksa.
Akhirnya Arnette setuju membantu sambil menunggu Agam pulang sekolah.
"Untung ikannya masih banyak jadi tinggal goreng saja," Megan mulai memanaskan minyak di kompor. Lalu dia mengambil sayur dan dia berikan pada menantunya.
"Sekarang siangi sayurnya!"
Arnette sedari tadi memperhatikan kompor yang bentuknya sudah modern, dia kagum tapi berusaha tidak menunjukkan hal itu.
"Bagaimana caranya menyiangi sayur?" tanya Arnette kemudian.
"Dipotong saja," jawab Megan.
"Baiklah," Arnette berjalan ke kamar untuk mengambil pedangnya.
Megan tentu saja syok karena ulah menantunya itu. "A... apa yang mau kau lakukan?"
"Katanya sayurnya dipotong, salah satu keahlianku memang memotong," jawab Arnette membanggakan diri sebagai sword master.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Ifah Ifah
aduuhh dari td ngakak terus 🤣🤣🤣🤣🤣
2025-01-25
1
Ratna Dewi Kartika
,🤣🤣🤣🤣
2025-03-13
0
Hariyanti
duh Gusti....🤦🤦🤦🤦
2025-02-04
0