Bab 15

Setelah mengantarkan makanan untuk Raisa, Bastian harus kembali menjadi Edgar kembali, dia segera memakai rambut palsunya yang berwarna hitam, karena rambut aslinya Bastian berwarna coklat.

Bukan hanya itu Bastian juga memakai kaca mata minus, dan memakai kumis palsu. Bastian melihat dirinya di pantulan cermin, dia pun tak mengenali dirinya sendiri, tapi kenapa Raisa pernah mengatakan dia hampir mirip dengan Bastian? Walaupun memang sebenarnya orang yang sama.

Bastian hari ini harus meeting dengan Tuan Abraham, salah satu kliennya William Group yang paling lama.

Tuan Abraham nampak terkejut ketika melihat penampilan seorang Edgar, mungkin karena sudah 8 tahun tak bertemu.

"Kamu Edgar?"

Bastian menganggukkan kepala. "Iya, Om. Aku Edgar."

"Astaga, kok jadi pangling gini ya, terakhir kita bertemu tuh 8 tahun yang lalu, waktu kamu masih remaja."

Tuan Abraham adalah pemilihan perusahaan ZynCorp, ttermasuk perusahaan jajaran terbesar ke 5 di Indonesia, karena itu dia jarang ada di Indonesia, karena memiliki perusahaan yang banyak di luar negeri.

"Iya, Om." Bastian menganggukkan kepala.

"Bagaimana kabar Tuan Athar?"

"Kebetulan kakek saat ini sedang berada di Italia, kabar kakek sangat baik."

"Syukurlah kalau kabar Tuan Athar baik."

Mereka duduk dengan santai sambil menikmati secangkir kopi hitam, di salah satu sudut kafe yang ada di ibu kota.

Bastian mulai menerangkan bagaimana rencananya mengenai proyek pembangunan hotel yang akan dikerjakan oleh kedua perusahaan besar tersebut.

"Nanti kami akan membangun hotel di kota D, disana daerahnya sangat strategis, dan juga lokasinya dekat sekali dengan tempat wisata." Kemudian Bastian menunjukkan konsep hotel yang akan dibangun oleh William Group pada Tuan Abraham.

Hal itu membuat Tuan Abraham terpukau, dia sangat menyetujui dengan apa yang direncanakan oleh Bastian.

...****************...

"Makin kesini pria miskin itu makin kurang ajar, Pa. Gara-gara dia aku harus memakai gigi palsu." Amar terpaksa harus memakai gigi emasnya di bagian tengah.

Tuan Louis menghela nafas panjang, dia juga sebenarnya sudah ingin mengusir Bastian, tapi Raisa pasti akan marah besar padanya.

"Aduhhh..." Amar merintih memegang gusinya yang masih linu. "Kenapa kita gak laporkan saja ke polisi, Pa?"

"Jangan! Nanti bagaimana kalau publik tau kalau pria kurang ajar itu menantu papa? Karena pernikahan Raisa dan Bastian sah secara hukum. Akan berdampak negatif pada perusahaan kita kalau papa memenjarakan menantunya sendiri." Tuan Louis memang sangat berhati-hati sekali dalam mengambil keputusan.

Amar memiliki ide untuk membalas dendam pada Bastian. "Aku rasa Pasar Montana Swalayan hanya memiliki keuntungan yang sangat kecil untuk kita, bagaimana kalau kita ganti dengan Mall? Aku yakin Mall memiliki keuntungan yang lebih besar dari pada pasar, apalagi kalau Mall itu terkesan modern."

Tuan Louis terkekeh, dia memuji ide dari Amar. "Ide yang bagus, dengan begitu juga kita bisa membuat Bastian kelalabakan karena gak bisa jualan lagi disana."

Dan akhirnya hari ini pun diadakan meeting di Montana Group, Tuan Louis yang memimpin meeting hari ini, dia menjelaskan rencananya untuk menutup Pasar Montana Swalayan, karena akan membangun sebuah Mall disana.

"Jadi itu artinya pasar disana akan dihancurkan?" tanya salah satu staf jajaran tertinggi di Montana.

"Iya, tepat sekali, karena keuntungan yang kita dapatkan dari pasar itu sangatlah kecil." jawab Tuan Louis.

Kemudian kini Amar yang mulai menjelaskan, dia berdiri di depan white board sambil menuliskan poin-poin penting di white board tersebut tentang keuntungan jika membangun Mall disana.

Semua yang ada di meeting room berusaha keras untuk menahan tawa, melihat Amar yang memakai gigi emas, cukup membuat perut sakit.

Sebagian besar banyak yang setuju dengan rencana dari Amar, tapi sepertinya hanya Raisa yang tidak sependapat dengan rencana Amar dan ayahnya.

Entah mengapa Raisa merasa kasihan pada Bastian, mungkin Raisa pikir Bastian masih berjualan disana. Bukan hanya itu, walaupun dia sangat angkuh dan arogan, tapi dia memikirkan juga nasib pada pedagang disana. Mereka sudah lama berjualan di Pasar Montana Swalayan, pastinya mereka sedang berusaha keras mencari nafkah untuk keluarganya.

"Saya rasa keuntungan di pasar masih stabil, dari dulu kita tidak pernah mengalami kerugian, mereka membayar uang sewa ruko tepat waktu. Lalu kenapa pasar harus dihancurkan?" Raisa menentang rencana Amar dan papanya untuk menghancurkan pasar milik Montana itu.

Sudah Amar duga, Raisa pasti akan menentangnya. "Tapi dengan membangun Mall disana, keuntungan kita akan lebih besar, zaman sekarang orang-orang lebih menyukai hal yang modern seperti Mall dibandingkan dengan pasar."

Raisa masih mempertahankan pendapatnya. "Kenapa kita harus menghancurkan pasar? Jika kita ingin membangun Mall, kita masih bisa mencari tempat yang lain, jangan menghacurkan yang sudah berjalan. Bukankah kita sudah bekerjasama dengan William Group? William Group pasti memiliki lahan yang strategis."

Dari pada adik dan kakak itu harus bertengkar di meeting room, lebih baik Tuan Louis membubarkan acara meeting hari ini. "Berhubung sudah sore, acara meeting hari ini dicukupkan sampai disini saja dulu."

Raisa belum puas dengan acara meeting hari ini, "Aku belum selesai bicara, Pa."

Tuan Louis tak ingin mendengarkan protes dari Raisa.

Semuanya pun meninggalkan meeting room, hanya ada Tuan Louis dan Raisa yang masih diam disana.

"Papa ingin kamu profesional, Raisa. Jangan menyangkut pautkan pekerjaan dengan suami kamu." Tuan Louis memperingatkan Raisa.

Raisa menghela nafas. "Lalu bagaimana dengan papa? Aku tau papa dan kak Amar merencanakan menutup pasar karena Bastian jualan disana, kan? Apa itu bisa dikatakan profesional?"

Tuan Louis terdiam, dia menatap tajam pada Raisa, karena perkataan Raisa ada benarnya, dia ingin menutup pasar untuk memberikan pelajaran pada Bastian karena telah kurang ajar pada putranya.

"Bastian itu suami aku, jadi aku mohon sama papa jangan terus menghina dia, apalagi menyakitinya." lirih Raisa.

Tuan Louis sama sekali tidak tersentuh dengan perkataan Raisa, Tuan Louis terlihat marah. "Sebagai seorang ayah, papa hanya menginginkan yang terbaik untuk putri papa. Kenapa harus Bastian? Sangat merusak harkat martabat keluarga. Kamu cantik, kamu kaya, kamu terlahir sempurna, Raisa. Banyak pengusaha muda yang menginginkan kamu, tapi dengan bodohnya kamu menolak mereka, malah memilih pria gembel seperti Bastian."

Tuan Louis menambahkan perkataannya. "Dengan kamu menikahi pria miskin itu, membuat papa kecewa sama kamu. Makanya papa masih menunda keputusan papa untuk memilih siapa yang akan menggantikan pemimpin di Montana."

"Kak Amar hanya anak tiri, kenapa harus masuk list? Sudah jelas saham mama 50% di Montana, jadi papa gak bisa seenaknya menyamakan posisi kak Amar dengan aku."

"Karena Amar anak yang penurut, dia cerdas dalam segala hal, termasuk dalam memilih pasangan. Sementara kamu, masih egois dan ceroboh, Raisa." Tuan Louis tidak ingin terus berdebat dengan Raisa. "Papa gak mau terus berdebat dengan kamu, papa capek, papa harus pulang."

Raisa tak merespon perkataan papanya, dia kadang merasa pria itu seperti orang asing baginya, padahal dia adalah ayah kandungnya sendiri.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

lnajut thor..jgn kelaman bastian bersembunyi

2024-04-17

0

YNa Msa

YNa Msa

yang baca juga ketawa Sampe Sakit perut,, s Author Nih

2024-05-05

0

YNa Msa

YNa Msa

hahaha emang ga Ada warna Gigi selain emas

2024-05-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!