Bab 10

Raisa sangat senang sekali akhirnya dia berhasil membuat William Group bisa bekerjasama dengan Montana.

"Akhirnya aku berhasil membuat papa bangga." seru Raisa.

Kemudian Raisa berpikir sejenak, "Sekilas dia memang mirip Bastian, tapi kayaknya gak mungkin kalau Bastian adalah seorang pewaris dari William Group."

Raisa jadi ingin menghubungi Bastian, tapi dia mengurangkan niatnya, tiap dia merasa senang kenapa harus menghubungi Bastian, padahal sekarang dia sedang tidak ingin makan sesuatu.

Raisa lebih baik menghubungi Tristan, namun beberapa kali dia mencoba untuk menelpon Tristan, Tristan tak mengangkat telepon darinya.

Raisa menghela nafas panjang, "Dia selalu tidak ada saat aku sedang membutuhkannya."

Padahal dulu saat Tristan masih menjadi aktor figuran, Tristan selalu ada untuk Raisa, disaat dia merasakan lelah dengan keluarganya, Tristan selalu menjadi pendengar setia. Namun kini setelah Tristan karirnya telah melambung tinggi, Tristan sangat sibuk sekali.

Sebenarnya dulu mereka pernah berencana untuk menikah dalam waktu dekat, namun nyatanya Tristan belum siap semua orang tahu kalau dia telah memiliki seorang kekasih, dia tidak ingin berdampak negatif pada karirnya dan ditinggalkan fans.

Waktu sudah sore, Raisa lebih baik segera pulang ke Mansion, karena dia tidak akan lembur hari ini.

...****************...

"Awas saja pembalasan aku, Raisa. Gara-gara kamu aku jadi pengangguran." Bagas sangat tidak terima dipecat oleh Raisa.

Bagas sedang duduk di dalam mobil yang ada di basement sambil memegang sebilah pisau untuk melukai Raisa.

Padahal dia masih membutuhkan uang untuk membayar cicilan mobilnya, dan juga pacarnya telah memutuskannya gara-gara dia jadi pengangguran.

Ternyata di basement sana, masih ada Zicko dan Bastian sedang berada di dalam mobil, mereka belum pergi karena Zicko masih memprotes atas perlakuan Tuan Louis kepada Bastian.

"Jadi selama ini Tuan dianggap menantu sampah oleh mereka?" tanya Zicko pada Bastian dengan nada kesal, menahan amarah, karena tidak terima Tuannya dihina seperti itu.

Bastian enggan untuk menjawab. "Itu biarkan menjadi urusan aku dan keluarga istriku."

"Tapi saya tidak terima Tuan dihina seperti itu, perintahkan saya untuk menghancurkan perusahaan Montana, dalam hitungan lima menit perusahaan itu akan hancur." Zicko merasa bertanggungjawab untuk melindungi Bastian.

"Aku bisa saja melakukannya, tapi aku akan kehilangan kesempatan itu mendapatkan Raisa." Bastian tidak ingin Raisa membencinya.

Bastian tidak sengaja melihat Raisa yang baru saja keluar dari dalam lift, gadis cantik itu berjalan dengan santai menuju mobilnya.

Namun, Bastian merasakan ada yang tidak beres ketika melihat ada seorang pria berjalan tak jauh dari belakang Raisa, pria tersebut memakai masker untuk menutupi wajahnya.

Mata Bastian membulat, ketika melihat pria tersebut mengeluarkan sebilah pisau dari jaketnya, ternyata dia Bagas, ingin melukai Raisa untuk melampiaskan kekesalannya.

Bastian segera keluar dari mobil, dia berlari dengan kencang untuk menolong Raisa.

Raisa terkejut tiba-tiba pria yang dia ketahui Edgar itu menarik tangannya, lalu menendang pria yang hampir saja menikam Raisa.

Zicko segera berlari untuk menolong Bastian, sementara Bastian terpaksa harus berkelahi dengan Bagas, Bastian memberikan pukulan keras pada wajah Bagas, dia marah karena Bagas hampir saja melukai istrinya.

Namun, Bagas berhasil melukai bahu Bastian dengan pisau, membuat bahu Bastian terluka.

"Tuan Edgar!" Raisa terkejut melihatnya, dia sama sekali tidak menyangka seorang Edgar rela mempertaruhkan nyawa untuk menolongnya.

"Sshh..." Bastian hanya bisa meringis menahan rasa sakit. Dia menarik pisau yang menancap di bahunya.

Zicko beserta lima bodyguard telah datang, mereka memukul mundur Bagas, dan Zicko segera membawa Bastian pergi, dia harus membawa Bastian ke rumah sakit.

"Biarakan aku ikut." Raisa menawarkan diri untuk ikut ke rumah sakit. Dia sangat merasa berhutang budi pada Edgar.

"Maaf, tidak bisa, Nona." Zicko menolak permintaan Raisa.

Raisa hanya bisa menghela nafas melihat Edgar dibawa oleh Zicko ke dalam mobil, dia berharap pewaris dari William Group tidak kenapa-kenapa, sebenarnya dia ingin memastikan kondisinya, namun sayangnya dia bisa tertidak dengan lancang , karena sudah tidak diizinkan untuk ikut bersama sang Tuan Muda dari William Group tersebut, kasta mereka memang berbeda.

"Kenapa dia menolong aku?" Raisa bertanya pada dirinya sendiri. Padahal di meeting room Edgar begitu angkuh, tapi mengapa tiba-tiba Edgar peduli padanya?

...****************...

Raisa merasa tidak tenang, dia Mansionnya dia terus saja memikirkan Edgar, bagaimana kalau dia terluka parah gara-gara menolongnya?

Raisa terus saja berjalan mondar-mandir di tepi kolam renang yang ada di belakang Mansion, sesekali dia menggigit bibir bawahnya.

"Ah, bagaimana kalau dia terluka parah gara-gara menolong aku?" Raisa terlihat gelisah sekali.

Raisa meronggoh saku rok mini yang dia pakai, lalu mencoba untuk mengirim pesan pada Zicko, karena dia hanya mengetahui nomor Zicko sebagai asistennya Edgar, memang tidak boleh ada yang memiliki nomor ponsel Edgar tanpa seizin darinya.

[Selamat sore Asisten Zicko, boleh saya tau bagaimana kondisi Tuan Edgar sekarang? Apa saya boleh menjenguknya?]

Drrrtt... Drrrtt...

Tak lama kemudian Raisa mendapat balasan pesan dari Zicko.

[Selamat sore juga, maaf tidak bisa, Nona. Tuan Edgar tidak mengizinkan siapapun untuk menjenguknya, keadaan Tuan Edgar baik-baik saja, Nona Raisa tidak perlu khawatir.]

Raisa hanya bisa menghela nafas membaca balasan pesan dari Zicko, tentu saja pria sekelas Edgar tidak ingin dijenguk olehnya, tapi apa salahnya dia hanya ingin mengucapkan kata terimakasih padanya karena telah menolongnya, sampai dia rela terluka demi dirinya.

Tapi mau bagaimanapun juga dia harus menghargai keputusan dari seorang Edgar.

Raisa mengirim pesan kembali pada Zicko.

[Tolong sampaikan pada Tuan Edgar, bahwa saya sangat berterimakasih karena Tuan Edgar sudah menolong saya, menyelamatkan nyawa saya.]

Tak lama kemudian, ponsel Raisa bergetar. Ada balasan dari Zicko.

[Baik, nanti saya sampaikan pada Tuan Edgar.]

Raisa baru menyadari Bastian belum pulang ke Mansion, padahal dia sangat lapar, selama tiga bulan ini dia ketergantungan pada masakan Bastian, masakannya memang sangat lezat.

"Tumben dia belum pulang? Apa dagangannya belum laku?"

Raisa lebih baik memasak sendiri saja, dia sangat teliti soal makanan, karena itu dia jarang makan di luar, hanya beberapa restoran saja yang cocok dengan seleranya, dan Bastian tau semua itu, makanya dia hanya menyuruh Bastian untuk membelikan makanan ke restoran tersebut. Tapi jam segini sudah tutup.

Sepertinya dia hanya ketergantungan pada Bastian, padahal selama ini dia dari usia 20 tahun sudah memutuskan untuk tinggal sendirian di Mansion milik sang mama.

Raisa suka ketenangan, makanya dia tidak ingin tinggal bersama pembantu di Mansionnya, dulu hanya mengandalkan pembantu panggilan saja, hanya ada tiga security menjaga di depan gerbang Mansion.

Raisa dulu begitu manja saat mamanya masih hidup, jadi wajar saja jika dia tidak bisa memasak sama sekali.

Raisa membuka kulkas di dapur, dia melihat ada berbagai macan sayuran disana, dia menghela nafas, "Bagaimana cara memasaknya?"

Raisa juga melihat ada kornet kaleng, sarden, dan mie rebus di kulkasnya yang besar itu. Lagi-lagi dia hanya bisa menghela nafas, "Aku tidak bisa memasak semua itu."

Mata Raisa tertuju pada sebuah benda bulat disana, dia tersenyum smrik membawa satu buah telur untuk dia masak.

Padahal hanya memasak satu buah telur saja, sampai terdengar bunyi begitu ramai disana.

Brang...

Breng...

Brong...

Keadaan dapur seperti kapal pecah, karena Raisa nampak kebingungan harus memasak telur ke wajan yang mana.

Raisa memasukkan minyak goreng satu liter ke dalam wajan, setelah minyak itu berbunyi Raisa sangat ketakutan sekali, takut mengenai wajahnya, dia segera memakai helm untuk melindungi wajahnya.

Raisa pun memasukkan telur ke dalam minyak, namun sayangnya telurnya malah gosong.

"Arrrggghhh!" Raisa sangat kesal sekali.

Raisa segera menelpon Bastian. Bastian masih berada di rumah sakit, Bastian tidak diizinkan pulang oleh dokter, tapi Bastian tidak ingin Raisa curiga.

"Bastian, kamu dimana?" tanya Raisa, begitu Bastian mengangkat telepon darinya.

"Emm... aku masih jualan, Raisa." Bastian terpaksa berbohong.

"Jam segini jualan kamu belum laku juga?"

"Belum, aku belum bisa pulang kalau jualan aku belum laku."

Raisa merasa kesal mendengarnya, "Ya udah aku borong jualan kamu, aku jemput kamu ya."

Bastian menjadi panik, "Oh gak usah, Raisa. Kamu gak usah jemput aku."

"Aku lapar, aku ingin masakan kamu. Kamu tunggu aja disana."

"Tapi Raisa..."

Klik!

Bastian menjadi gelapan sendiri, dia tidak tau harus berbuat apa sekarang, sementara tiga orang bodyguard sedang berjaga di depan pintu, mereka tidak akan membiarkan Bastian pergi atas perintah dari Zicko, Zicko memang sangat memperhatikan keselamatan Tuan Mudanya.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

ketahuan suda thor

2024-04-17

2

Muj Ran

Muj Ran

karena Edgar itu suamimu Raisa kurang apalagi dia coba..

2024-03-10

0

Muj Ran

Muj Ran

itu hanya alasannya doang

2024-03-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!