Bab 6

Bastian turun dari rooftop, dia menghadap kakeknya yang sedang berkutat dengan laptopnya dia ruang kerja.

"Kakek pikir kamu sudah pulang, Edgar. Ternyata kamu masih ada disini." ucap sang kakek ketika melihat Bastian masuk ke dalam ruang kerjanya.

Bastian duduk di kursi, menghadap sang kakek yang sedang duduk di kursi kebesarannya.

"Aku rasa aku akan menerima tawaran kakek itu, aku siap menjadi penerus perusahaan." Bastian awalnya tidak tertarik dengan tawaran kakeknya, tapi demi Raisa, dia akan melakukan apa saja.

"Kamu yakin?" Tuan Athar nampak begitu bahagia mendengar keputusan dari Bastian.

"Iya, kek, aku yakin." jawab Bastian dengan mantap.

Tuan Athar memang senang karena Bastian akhirnya bersedia untuk menggantikannya dalam mengurus perusahaan, tapi dia tak mengerti, mengapa Bastian tiba-tiba menjadi berubah pikiran.

"Apa yang membuat kamu berubah pikiran, Edgar?" tanya Tuan Athar pada Bastian.

Bastian tidak mungkin bilang kalau dia melakukannya demi sang manager dari Montana Group alias Raisa Montana. Sangat berbahaya untuk kelangsungan perusahaan itu.

"Karena aku satu-satunya cucu kakek, kalau bukan aku, siapa lagi yang menjadi pewaris di William Group."

Tuan Athar tertawa mendengarnya, dia berdiri, lalu berjalan mendekati cucunya, menepuk-nepuk pundak sang cucu. "Jadilah cucu kebanggaanku, Edgar. Semua harta yang kakek miliki, semuanya akan menjadi milikmu."

Bastian hanya menganggukan kepala.

"Kamu boleh tinggal disini lagi, Edgar. Karena Mansion ini akan menjadi milik kamu, kamu boleh menikmati fasilitas yang mewah lagi." Tuan Athar menawarkan fasilitas kemewahan pada cucunya.

Dulu Bastian memang menginginkannya, tapi sekarang dia lebih memilih untuk tetap tinggal bersama Raisa, istrinya.

"Maaf, kek. Untuk masalah tempat tinggal, aku gak bisa. Aku lebih nyaman tinggal di rumah aku yang sekarang."

Tuan Athar memang sangat sibuk, sehingga mempercayakan Zicko sebagai asistennya untuk menyelidiki apapun tentang Bastian, dulu. Dia tidak tahu kalau ternyata Zicko lebih berpihak pada Bastian. Sehingga Tuan Athar tidak tahu kalau Bastian sebenarnya tinggal di Mansion milik Raisa Montana, istri cucunya itu.

"Hmm... baiklah, kakek menerima keputusan kamu itu. Tapi jika sudah siap, kamu harus pulang kesini." Tuan Athar menepuk kembali pundak sang cucu.

"Iya, kek." Bastian mengangguk pelan.

...****************...

Setelah keluar dari ruang kerja sang kakek, Bastian segera menelpon Zicko.

"Bang, sedang dimana kamu?" tanya Bastian begitu Zicko mengangkat telepon darinya.

"Aku sedang berada di halaman belakang, Tuan." jawab Zicko.

Zicko memang tinggal di Mansion William, dia adalah anak yang diadopsi oleh mendiang ayahnya Bastian, usianya hanya berbeda 5 tahun dengan Bastian. Saat ini usia Bastian sudah menginjak 25 tahun, sementara usia Raisa 1 tahun lebih muda dari Bastian.

"Aku minta tolong padamu untuk menemui Raisa. Raisa sedang berada di depan gerbang, katakan padanya kalau nanti dari pihak William Group akan bersedia untuk bertemu dengannya." Bastian bilang seperti itu, sambil memandangi Raisa dari balik jendela mansion, yang jaraknya sangat jauh sekali.

"Tapi bagaimana kalau Tuan Athar marah para Tuan, dan mencurigai hubungan kalian." Zicko nampak keberatan untuk melaksanakan perintah dari Bastian.

"Lakukan saja apa yang aku perintahkan, aku jamin situasinya akan aman." Bastian memang sudah memikirkan rencananya dengan matang, agar Raisa tidak tahu kalau Edgar itu adalah dirinya, dan juga kakeknya tidak akan curiga kalau sebenarnya dia sudah menikah dengan Raisa.

...****************...

Zicko pun terpaksa harus menjalankan perintah dari Bastian, dia berjalan ke halaman depan, lalu menyuruh dua security yang sedang berjaga untuk memeriksa kunci gerbang yang ada di belakang.

"Coba kalian periksa kunci gerbang di halaman belakang, apa masih layak pakai atau tidak?" titah Zicko pada kedua security tersebut.

"Baik, Tuan." Kedua security pun segera pergi ke halaman belakang untuk memeriksa kunci gerbang yang ada di belakang.

Hal ini digunakan kesempatan untuk Zicko agar bisa berbicara dengan Raisa, dia berjalan ke luar gerbang, lalu mengetuk kaca mobil Raisa.

Raisa segera membuka kaca mobilnya, dia menatap Zicko yang sedang berdiri di samping mobil.

"Ada apa Asisten Zicko?" tanya Raisa, setelah dia keluar dari mobilnya, dia berharap Asisten dari pemilik William Group itu sengaja datang menemuinya untuk memberikan sebuah kabar baik padanya.

"Kebetulan saat ini Tuan Athar sedang sibuk, jadi mohon maaf jika Tuan Athar tidak bisa bertemu dengan anda hari ini."

Raisa nampak kecewa begitu mendengar perkataan dari Zicko, usahanya untuk menunggu lama di dalam mobil ternyata sia-sia.

Asisten Zicko melanjutkan perkataannya, "Tapi nanti akan ada perwakilan dari William Group untuk bertemu dengan anda, Nona Raisa."

Raisa nampak menganga mendengarnya, dia sama sekali tidak menyangka akhirnya dari pihak William Group memutuskan untuk bersedia bertemu dengannya.

"Ini beneran kan, Asisten Zicko?" Raisa masih tak percaya dengan apa yang dia dengar, mungkin saja dia sedang bermimpi. Setelah puluhan kali menawarkan kerja sama dengan perusahaan nomor satu di negeri ini tersebut, akhirnya dari pihak mereka memutuskan untuk bisa bertemu dengannya.

"Iya, Nona. Karena itu biar nanti saya hubungi lagi kapan bisanya Tuan Edgar untuk bertemu dengan anda." jawab Asisten Zicko.

"Edgar?" Raisa mengerutkan dahi menyebutnya nama itu.

"Emm... Tuan Edgar adalah cucunya dari Tuan Athar William, dia adalah satu-satunya pewaris William Group, Nona Raisa." Zicko mencoba memberitahu siapa itu Edgar pada Raisa, yang padahal pria itu adalah suaminya Raisa.

"Oh gitu, hm... ya sudah, kalah begitu saya permisi untuk kembali ke kantor, Asisten Zicko. Terimakasih atas informasinya." pamit Raisa.

"Iya, Nona." Zicko segera meninggalkan Raisa yang masih berdiri di depan gerbang.

Raisa harus memberitahu ayah dan kakak tirinya yang selalu merendahkan kinerjanya, bahwa dia telah sukses membuat dari pihak William Group untuk bersedia menemuinya.

Padahal Amar dan ayahnya sudah beberapa kali dapat penolakan dari Tuan Athar William untuk bertemu dengan mereka, sementara Raisa, untuk pertama kalinya dia mencoba untuk meminta bertemu dengan pihak William Group, akhirnya terlaksana juga. Terlebih yang akan bertemu dengannya adalah pewarisnya sendiri.

"Yes, akhirnya aku berhasil." Raisa nampak bahagia sekali.

Raisa segera menelpon seseorang, sebelum kembali ke kantor.

"Mau telepon siapa dia? Hm dia pasti mau telepon kekasihnya." gumam Bastian, dia masih memperhatikan istrinya dari kejauhan.

Drrrrrttt... Drrrrrttt...

Bastian merasakan ponselnya bergetar, dia nampak sumringah, sama sekali tak percaya bahwa orang yang akan ditelepon oleh Raisa adalah dirinya.

"Raisa menelpon aku?" Bastian terlihat bahagia sekali.

Sebuah kebahagiaan yang sama tapi berbeda alasan, Raisa yang bahagia karena pewaris dari William Group telah bersedia untuk bertemu dengannya, dan Bastian yang bahagia karena orang yang pertama kali Raisa telepon saat dia sedang bahagia adalah dirinya.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

ini bahagia d atas rasa bahagia thor

2024-04-17

0

Muj Ran

Muj Ran

setelah tahu bahwa yg menolong mu adalah suami mu sendiri apakah kau akan mencintai nya Raisa

2024-03-10

0

Muj Ran

Muj Ran

karena kakak tdk mau menerima tawaran kerja sama dr mertua nya kakek sayang jadi dia ingin menolong istrinya

2024-03-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!