Bab 14
"Ternyata bosan juga, ya, Cing. Kau enak sudah makan, tinggal guling-guling, terus tidur. Kau tak lihat aku ini lagi kebingungan? Huft," gumamnya ke arah kucing oyen, lalu memainkan batang kayu di teras rumah halaman belakang bersama si Empus (Kucing).
"Meong... meong..," Kucing itu hanya bisa mengeong tanpa terkecuali.
Sementara Lisa sudah beres dengan pekerjaannya. Seusai menemui kliennya yang meminta design interior rumahnya, ia segera bergegas untuk pulang ke rumah dengan memesan taksi. Kebetulan taksinya tak butuh waktu lama untuk datang. Ia segera membuka pintu taksi dan duduk di bangku penumpang.
"Kemana, Bu?" tanya supir taksi.
."Ke Jalan Baik, nomor 7, ya, Pak. Terima kasih," ujar Lisa.
Taksi pun langsung menancapkan gasnya menuju ke lokasi yang di pesan. Di sepanjang perjalanan, tak ada perdebatan yang cukup berarti antara Lisa dan supir taksi. Biasanya supit taksi dan Lisa selalu terlibat perdebatan kecil dalam berbeda argumentasi.
Hampir setengah jam untuk menempuh perjalanan, akhirnya taksi yang ditumpangi Lisa sampai juga tepat di depan rumahnya yang memiliki pagar warna hitam itu. Lisa segera membayar argo sesuai yang tertera, dan bergegas turun dari taksi itu.
Lisa melihat keadaan rumahnya dari luar gerbang dan melangkahkan pelan kakinya untuk masuk ke dalam rumahnya sendiri. Sesampainya kaki melangkah di depan pintu rumah, ia lantas membukanya perlahan. Sunyi, tak ada pergerakan manusia di sana. Yah, karena wajar saja, ia tinggal sendiri di rumah yang besar dan terbilang mewah.
Lisa pun melemparkan tasnya ke arah kursi dapur yang terdapat mini bar. Meletakkan tas laptopnya dengan anggun. Ada yang berubah dari dapurnya. Ya, itu adalah teplon yang ada di gantungan. Kenapa basah? Apakah ada seseorang yang memakainya? Bukannya aku hanya sendiri di rumah ini? pikirnya sedikit merinding.
Ditepisnya pikiran yang tidak-tidak di dalam benaknya, dan segera ia memasak dua buah telur ayam yang ada di kulkas. Betul saja ada yang kurang dari jumlah telur yang ada. Tak ambil pusing, karena perutnya sudah keroncongan. Ia sengaja tak makan dengan kliennya, karena ia ingin memasak di rumah.
Beberapa menit telah selesai kegiatan Lisa, ia segera beranjak dari sana dan mendengar samar-samar suara kucing yang mengeong dan suara orang yang berbicara dengan seekor kucing. Lisa membuka pintu dapur yang menghubungkan halaman belakang dengan dapurnya.
"Kau? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Lisa terhadap seseorang yang membelakanginya.
"Main sama kucing," jawabnya dengan duduk menekuk lututnya.
Kucing itu hanya mengeong kesenangan diajak bermain dengan Doja.
"Apa kau yang mengambil telur di kulkas?" tanya Lisa lagi.
"Benar. Maafkan aku, tapi kucing ini kelaparan. Jadi aku inisiatif untuk memberinya makan. Hari pertamaku sudah terhitung untuk berbuat baik," jelasnya.
"Aku tidak masalah. Yang masalah adalah bukannya kau tidak bisa menembus benda padat? Kenapa kau bisa memegang telur?"
"Aku memohon kepada Tuhan untuk membantuku selama dalam misi. Dan itu terkabul," sahutnya lagi.
"Baguslah kalau begitu. baiklah, aku akan masuk terlebih dahulu. jangan terlalu lama kau berada di luar. entah firasatku tak enak tentang kau," ujar Lisa lalu beranjak pergi tanpa menunggu jawaban dari Doja.
"Memangnya ada apa denganku? he he, sepertinya dia sudah mulai perhatian terhadapku," gumamnya sendiri. "Oh, betapa senangnya aku! Hei, malaikat!!" gumamnya lagi sembari tersenyum senang.
Ia pun beranjak dari kucing itu, dan pergi masuk ke dalam rumah dengan menembus dinding atau pintu kaca. Dibiarkannya seekor kucing yang kelelahan bermain dengannya. Kucing itu tidur melingkar.
...*************...
terima kasih yang sudah mendukung novel ini sampai sekarang, semoga di hari raya ini kalian mendapatkan rejeki yang melimpah dan barokah. Aamiin.
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments