Bab 8
Tak terasa waktu pun berlalu. begitu cepat, Lisa yang menghampiri dua pekerja kebun itu sedikit mengobrol sampai pekerjaan memangkas semak-semak itu pun berakhir dan bersih.
"Nona Lisa, bagaimana dengan rumput ini? Apakah kita akan membakarnya?" tanya Wawan yang merupakan salah satu pekerja.
"Kau ingin membakarnya? Bukannya rumputnya masih basah? Dan itu akan menimbulkan asap yang mengganggu tetangga bahkan kita pun bisa sesak napas," sahut Lisa.
"Baiklah. Kalau begitu kami berdua akan kembali lagi besok siang atau sore, Nona Lisa," kata Wawan sambil menundukkan kepalanya.
"Baiklah. Tidak masalah, lusa pun boleh. Aku akan menghubungi Pak Gun terkait dengan jadwalku," sahutnya lagi.
"Baik. Terima kasih, Nona Lisa," ucap mereka berdua.
Wawan dan temannya lalu beranjak pergi dari rumah Lisa. Lisa hanya tersenyum menanggapi mereka. Dia akan mentransfer jumlah uang untuk mereka bekerja kepada Pak Gun. Lisa memang percaya sekali dengan Pak Gun.
Pak Gun adalah sosok orang kepercayaan ayah Lisa yang selalu membantunya di saat masih memiliki perusahaan. Ya, ayah Lisa seorang pemegang saham terbesar di sebuah perusahaan ternama, namun ada insiden yang tak terduga, ia pun menjual seluruh asetnya tanpa persetujuan dari semua pihak. Dikala itu, Lisa tidak ingin ikut campur terhadap urusan ayahnya. Ia mencoba untuk mandiri. Dan suatu ketika sebelum kecelakaan itu terjadi, saham telah di akuisisi tanpa adanya uang sepeserpun yang di dapat oleh Ayah Lisa. Lisa tak ingin memperdebatkan masalah itu. Ia sudah terlalu pusing mendengar insiden kecelakaan yg menimpa sang ayah dan ibu. Pak Gun yang berusaha untuk memperjuangkan hak Lisa atas saham yang diakuisisi oleh Para tapi tetap Pak Gun tak memiliki wewenang yang sangat berpengaruh terhadap perebutan itu. Lisa pun memberitahu Pak Gun agar membiarkan sahamnya yang diakuisisi tanpa persetujuan pemilik. Yah, Pak Gun sudah menganggap Lisa sebagai anaknya sendiri, walau kenyataan bahwa dia adalah anak Tuannya. Ia harus menjaga nona mudanya ini dari rintangan bahaya apapun.
Dibalik senyuman Lisa, Doja menatapnya dengan intens. Tak sedikit pun ia berpaling dari Lisa. Senyuman yang dimiliki wanita itu sungguh memesona. Apakah benar, Lisa tidak bisa melihat sosoknya? Doja ingin sekali mengajak bicara berdua dengan Lisa. 'Oh, Lisa ...,' pikirnya.
"Baiklah, aku akan mencoba terus menerus untuk mengajakmu bicara, Lisa!" gumamnya dengan tekad yang kuat. Hantu pun memiliki tekad yang kuat untuk menggapai apa yang ia inginkan.
"Lisa... itu kan namamu?" tanyanya.
Lisa berdiam diri di ruang tamu untuk menonton acara kesukaannya tanpa memikirkan sesuatu yang mengganggunya. Ia mendengar suara yang memanggil namanya. Dan sekali lagi, ia tidak memperdulikan hal itu.
"Aku tahu kau sebenarnya bisa mendengarku, tapi aku ingin tahu sampai kapan kau ingin mencueki diriku," ucapnya lagi.
"Kau tahu, sebelum kau mendiami rumah ini? Aku sungguh kesepian. Banyak yang mendatangiku ke sini, salah satunya, wanita itu. Dia ingin aku berkencan dengannya. Kau pikir aku suka dengannya? Aku bahkan malas untuk bertemu dengannya. Aku hanya mendekam di dalam rumah ini saja tanpa bisa pergi ke mana pun. Lokasiku selalu berada di arena dapur. Kalau kau ingin mencariku, kau boleh panggil namaku. Doja."
Entah kenapa Doja menceritakan dirinya terhadap Lisa yang beranggapan bahwa Lisa dapat memberikan respon terhadap dirinya.
Angan-angannya hanya sebatas angan-angan dan itu tidak terjadi. Lisa mendengarkan hantu itu berbicara dan mengingat namanya tanpa dia sadari.
"Kenapa hantu ini sangat ingin mengajakku berbicara, sih? Aneh!"
ucap Lisa dalam hati. Ia terus mematikan televisinya dan kembali ke kamar tanpa mempedulikan Doja.
"Selamat malam, Lisa. Tidurlah yang nyenyak. Apabila kau butuh teman mengobrol, panggil namaku, Doja," pesannya.
...****************...
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments