Disalasatu restoran yang ada di mall Jan's group. Anjani dan Pia sedang kebingungan karena mencari klien yang katanya sudah menunggu mereka sejak tadi.
Beberapa kali Anjani mencoba menghubungi klien nya itu, tapi entah kenapa sangat sulit sekali mendapatkan jaringan disana.
''Leni, tolong hubungi orang itu, tanyakan dia berada di meja nomor berapa!'' Anjani menghubungi staffnya yang lain.
Anjani belum melimpahkan semua pekerjaan pada Pia, karena dia mengerti Pia juga masih beradaptasi dengan perubahan pekerjaannya. Maka dari itu ia akan memberikan tanggung jawab secara bertahap, dan anggap saja saat ini Pia sedang melakukan training.
Tidak lama ponselnya bergetar, dan dengan cepat ia menjawabnya. ''Ya?''
''Bu, klien Ibu ada di bilik tamu VIP. Beliau sudah menunggu hampir satu jam katanya.''
Tanpa mengatakan apapun lagi, Anjani langsung menutup telpon dari Leni, dan dengan cepat menarik tangan Pia menuju ruangan khusus tamu VIP.
Berhenti sejenak didepan pintu, menghela nafasnya sejenak dan masuk dengan tangan yang masih menggenggam tangan Pia tanpa sadar.
''Bu!''
''Astaga!'' Anjani melepaskan pegangan tangannya dan memutar kepalanya berniat ingin menyapa calon kliennya itu. Tapi bukannya menyapa dan saling berjabat tangan ketiga orang itu tiba-tiba nge-freez. Semua seakan terserang virus beku, karena tidak ada yang bergerak dan bicara.
''Kamu?!'' ucap Anjani dan orabg itu secara bersamaan. Dan bukan hanya mereka yang berucap secara spontan bersama, Pia juga melontarkan panggilannya dengan raut yang kaget.
''Kakak?!''
Anjani menoleh cepat, menatap Pia dan pria itu secara bergantian. Ia sangat butuh penjelasan saat ini.
''Jan's Group? astaga! aku tidak menyadarinya,'' ucap Pria itu dalam hati.
''Kamu kenapa disini juga, Sivia?!'' Sivia menggeser posisi berdirinya kebelakang Anjani, dia bersembunyi dari tatapan tajam klien pria itu yang tak lain adalah Kakaknya sendiri.
''Dia sekertaris pribadi ku.'' Mata pria itu membulat, dia benar-benar tidak menyangka kalau Adiknya bekerja dengan Anjani.
''Kamu dari Wiguna group?'' tanya Anjani.
''Ya. Tunggu! adikku benar-benar bekerja disana?'' tanyanya lagi memastikan.
''Dia benar adikmu, Roger?'' pria yang ternyata adalah Roger, orang yang dulu pernah mengutarakan perasaannya pada Anjani dan menjadi saingan berat Marko. Ternyata proposal kerjasamanya yang terus ditolak Marko.
Roger Mengangguk yakin, dan Anjani yang cukup terkejut, pasalnya dia sendiri tidak tahu kalau Roger memiliki adik perempuan.
Dan mereka sudah duduk dikursinya masing-masing dengan mulut yang masih saling terkunci. Mata Roger masih memicing tajam pada Pia yang sejak tadi hanya menundukkan kepalanya.
''Sudah jangan memelototi adikmu seperti itu. Aku mau tanya, jadi benar kalian adik kakak?'' tanya ulang Anjani. Dan Pia menganggukkan kepalanya.
''Astaga, dunia terlalu sempit. Lalu dimana bos mu, Roger?''
''Aku pemilik WG sendiri,'' jawab Roger.
''Kau pemilik WG? lalu kenapa Pia bekerja ditempat ku?''
''Kamu bisa tanyakan itu padanya.''
Pia melirik ke Anjani dan kakaknya, Roger secara bergantian dan pada akhirnya iapun membuka mulutnya setelah menghela nafasnya terlebih dahulu.
''Kak, aku hanya ingin mandiri. Dan aku cuma mau cari duit sendiri. Aku enggak mau bekerja dengan Kakak,'' jelas Pia.
''Tapi kamu juga akan mendapatkan gaji kamu sendiri kalau bekerja dengan Kakak, Sivia!''
''Aku tetap enggak mau!'' Roger hanya bisa menggelengkan kepalanya karena tidak tahu lagi menghadapi watak kerasa kepala adiknya itu.
Anjani yang melihat perdebatan adik dan kakak itu berniat melerainya. Terlebih lagi disana adalah restoran dan pertemuan mereka kali ini bukan untuk menguat permasalahan keluarga, tetapi melakukan pembahasan materi yang akan membuat mereka mentanda tangani surat kerja sama.
''Sudah cukup! Pia sudah bekerja di JG cukup lama, dia orang yang berbakat dan kompeten dalam pekerjaan. Bukankah tidak masalah dia bekerja dimana pun dia mau?''
''Benar!'' sambar Pia. Dan Roger semakin memelototinya.
Roger baru menyadari kalau klien yang mau dia temui itu adalah Jan's, dan proposalnya yang mendapatkan penolakan terus juga Jan's. Ia juga baru ingat kalau tempo hari ia datang ke Jan's untuk mengembalikan dompet Marko. Aahhh, benar-benar sangat kebetulan.
Ya sebenernya ini pertama kalinya dia terjun sendiri untuk bertemu dengan klien, karena biasanya orang-orang kepercayaannya lah yang mengurus semua kerja sama dengan para koleganya. Roger anak dari pemilik perusahaan furniture, ia ditunjuk orang tuanya untuk mengurus bisnis keluarga karena orang tuanya yang sudah waktunya istirahat dan mempensiunkan diri untuk mengangkat anaknya untuk menjadi bagian dari Wiguna.
Dan ini juga jawaban dari pertanyaan Anjani tadi pagi. Ia seperti tidak asing dengan nama Pia, Sivia Andriani W. Karena dia juga tau kalau Roger memiliki nama yang sama yaitu, Roger Andrian W. 'W' disana adalah Wiguna.
''Emm … aku baru menyadari kenapa proposal ku terus ditolak. Dan kenapa malah kamu menerimanya, apa Marko tidak akan marah?''
Anjani terdiam sejenak ia bingung harus jawab apa. Karena dia tidak mau membicarakan yang sebenarnya dengan orang luar.
''Saya rasa beliau tidak akan marah, kami menerima proposal kalian karena menemukan poin yang bagi kami bisa menguntungkan!'' papar Anjani tidak menjawabnya dengan yang sebenarnya terjadi.
Pia menoleh kearah Anjani, merasa bingung kenapa Anjani masih saja menutupi kebusukan Marko. Tapi dia juga cukup kagum pada bos nya itu karena bisa bersikap sangat profesional. Tidak mencampuri permasalahan pribadi dan pekerjaan.
Pertemuan itupun selesai dengan saling menanda tangani surat kerja sama antar perusahaan mereka. Berjabatan tangan yang menandakan kalau kerja mereka sudah dimulai.
''Kalau begitu saya duluan ya, terima kasih sudah mau menjalin hubungan kerja sama. Semoga kedepannya kita bisa terus menjalin hubungan kerja sama dengan baik,'' ujar Roger yang berpamitan dengan Anjani dan hanya melirik kesal dengan adiknya itu.
''Saya juga berharap hal itu. Dimana mobilmu?'' tanya Anjani.
''Aku pakai itu, aku duluan!'' Roger pun berlalu pergi menuju sepeda motornya yang terparkir tak jauh dari mereka.
Anjani terkesip melihatnya. Ternyata Roger tidak pernah berubah, dari dulu memang Roger sangat menyukai sepeda motor, walaupun dia sendiri memiliki mobil, tapi memang Roger lebih menyukai kendaraan beroda dua itu. Di kampus dulu, Roger terkenal pria yang tidak pernah memamerkan kekayaan walaupun memang sejak dulu Anjani tahu, kalau Roger anak seorang pengusaha.
''Ternyata dia masih menyukai menggunakan sepeda motor,'' gumam Anjani dan didengar oleh Pia.
''Kalian sudah akrab sebelumnya?'' tanya Pia tiba-tiba.
Anjani menoleh dan kembali melihat kearah Roger yang melambai kearahnya dan berlalu pergi.
''Kami berkuliah di kampus yang sama,'' jawab Anjani. Pia mengangguk-anggukkan kepalanya.
''Sudah sore. Sudah waktunya pulang juga. Kenapa kamu enggak ikut dengan Kakak mu?''
''Kami tidak tinggal bersama, Bu.''
Satu lagi rahasia yang Anjani tahu dari karyawannya yang sedikit misterius itu. Tapi untuk alasannya, dia juga tidak bisa mengorek itu pada Pia, karena bukan urusannya.
''Ya sudah. Kalau begitu biar saya antar kamu pulang!'' Anjani melangkah pergi tapi panggilan Pia membuat terhenti.
''Tidak Bu. Saya bisa pulang sendiri!''
''Memangnya kau pulang kearah mana?''
''Selatan,'' jawab Pia.
''Kebetulan satu arah. Cepat!'' Anjani sedikit memaksa, dan Pia tidak bisa menolaknya.
Anjani semakin yakin kalau Pia memang gadis yang misterius. Tapi dia menyukainya.
Dibangunan yang berbentuk kostan lah, Pia meminta Anjani menurunkan nya. Entah apa yang menjadi alasannya dia malah tinggal di bangunan kostan yang sederhana padahal dia sendiri anak dari pengusaha furniture.
''Mungkin mereka memiliki permasalahan keluarga,'' ucap Anjani dalam hatinya.
''Terima kasih, Bu. maaf merepotkan!'' Pia membungkuk dan berlalu memasuki gerbang tempat tinggalnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Aditya HP/bunda lia
kayaknya bener ada sebuah misteri yah soal Pia
2023-07-02
0
Yoo anna 💞
lanjut kak 😊
2023-05-22
1