Lama Marko bermain-main bebas diceruk leher juga melon ranum Suci, buah Cherry yang menggoda pun tidak luput ia lahap. Merasa kurang leluasa bergerak, Marko membawa Suci kedepan lemari besar dengan bibir yang masih menempel di buah melon Suci.
Menekan sebuah tombol, setelah itu lemari pun terbuka. Suci tersentak kaget karena ternyata lemari besar itu bukan hanya sebuah lemari, melainkan ada sebuah ruangan yang cukup luas dengan satu ranjang king size dan lemari pakaian dua pintu disana.
Marko semakin membawa Suci masuk kedalam kamar rahasia itu. Yang mana awalnya hanya Marko dan Anjani lah yang tahu, karena memang Anjani membuat itu kala mereka berdua sangat ingin melakukannya pada saat disana.
Tapi ternyata kamar itu bukan lagi kamar rahasia, karena Marko dengan mudahnya membagi itu pada Suci.
Marko mendudukkan Suci ditepian tempat tidur. Ada yang terasa resah di dada Marko, saat Suci, wanita yang membuatnya gila. Jantungnya berdesir terlebih saat wanita itu meletakkan tangannya dibenda pusakanya yang sudah mengeras itu.
Suci membalikkan posisi duduk mereka, Suci yang berada diatas paha Marko yang setengah duduk seraya melontarkan pertanyaan, ''Apa hari ini dia tidak akan kesini?''
''Anjani sedang pergi ke Bandung, jadi kita bisa bermain dengan puas!''
Lantas Suci pun segera membuka jas yang menutupi tubuh kekar Marko. Di usapnya dada bidang pria yang juga membuat dia gila. Karena memang dasarnya mereka adalah orang yang tidak tahu diuntung.
Suci mengambil alih pemanasan itu, ia bermain begitu liar hingga Marko pun kelabakan dibuatnya.
''Kits mulai, ya!'' ucap Marko dengan suara yang sangat serak karena menahan hasrat yang sejak tadi bergejolak.
Tapi ketika Marko akan kembali menciumnya, tiba-tiba Suci bangkit dari posisinya, lalu memundurkan langkahnya.
''Malas ah! kamu sering kalah sama aku!'' ucap Suci meledek Marko yang sering mendahuluinya.
Mata Marko melebar, dan bersiap akan manarik tangan Suci, tapi Suci malah semakin menjauh. Marko berdecak dengan frustasi, mengacak-acak rambutnya dan segera beranjak untuk menarik Suci lagi.
''Jangan menguji kesabaran ku, Nona Suci Indriyani!'' ucap Marko dengan menyebutkan nama lengkap Suci. Tapi bukannya takut, suci malah menggodanya terus.
''Kalau bisa kejar aku!'' Suci berlari hanya dengan menggunakan pakaian dal-lam nya saja, begitu juga Marko yang hanya menggunakan celana panjangnya karena kemejanya sudah dibuka oleh Suci.
Marko mengejar Suci, bagaimanapun ia harus menangkap Suci dengan cepat karena adik kecilnya sudah memberontak ingin makan.
Suci tertawa begitu riang, mengelilingi meja kerja Marko sampai Marko kesulitan menangkapnya.
Suara tawa mereka tidak terdengar sampai keluar, karena Marko sudah lebih dulu mengaktifkan sistem kedap suara pada ruangannya untuk berjaga-jaga, seperti sekarang ini.
''Suci berhenti!''
''Tidak! tangkap aku dulu!'' teriak Suci.
''Ayolah baby, adik kecil ku sudah tidak bisa lagi menahannya,'' gusar Marko.
''Aku tidak peduli!'' Suci terus berlarian dan Marko, ia tidak menyerah untuk menggapai wanita itu.
Tak Tak Tak!
Sepasang kaki jenjang melangkah masuk kedalam ruangan kerja Marko, tanpa membobol password ataupun mengetuknya terlebih dahulu. Karena dia sendiri yang menekan beberapa angka itu hingga membuat dia berhasil masuk.
Matanya melihat kesekeliling, dan....
''Astaga!'' ia hampir saja terjatuh karena kakinya tersangkut sesuatu dibawah sana. Matanya memicing lalu iapun mengambil benda yang membuatnya hampir terjatuh itu.
Sebuah rok span berwarna hitam, dan hanya berjarak satu meter ada kain yang tergelatak lagi, ia terus memungutinya yang kali ini kain itu adalah bentuk sebuah kemeja perempuan. Dan tiba-tiba telinganya mendengar suara gelak tawa dari satu ruangan yang pintunya terbuka.
Dua manusia yang sedang berlarian saling mengejar turut menjadi tontonan menyakitkan baginya. Posisinya yang berjongkok membuat mereka tidak menyadari kehadirannya. Ya dia adalah Anjani.
Kenapa Anjani berada disana? bukankah ia akan pergi keluar kota? Ya! jadi semua ini rencananya dengan Pia, dan juga orang kepercayaannya yang membantu menangani proyek dikota Bandung.
Rencana yang berasal dari Pia, dan disetujui oleh Anjani, sehingga membuat drama itu dimulai.
Keraguannya terhadap Marko semakin menjadi-jadi ketika aroma parfum Suci tercium di tubuh Marko.
Dan pada akhirnya ia menghubungi Pia untuk menyusun rencana itu. Ia berbohong pada Marko yang mengatakan akan pergi ke Bandung agar membuat Marko merasa akan bebas melakukan perselingkuhannya dengan Suci.
Lalu Anjani juga menghubungi orang kepercayaannya, karena dia yakin Marko akan menghubungi anak buahnya untuk memastikan kalau dia benar akan pergi kesana.
Rencana itu berjalan dengan sangat baik, ditambah bantuan Pia yang terus mengawasi pergerakan Marko dan Suci.
Maka disinilah dia berada. Dengan kaki ya g gemetar hebat karena ternyata ia mendapati suaminya tengah bercanda gurau dengan sahabatnya sendiri, terlebih-lebih mereka tidak mengenakan busana lengkap.
Kenyataan yang menyakitkan bukan? sampai Anjani pun tidak bisa berkata-kata, ia hanya bisa diam dengan mata yang sudah berkaca-kaca sejak tadi.
Sampai sejauh ini pun, Marko ataupun Suci belum menyadari kehadirannya, mereka masih bercanda disana, bahkan Marko tengah menggendong tubuh ramping Suci, seakan sedang memamerkan kemesraan didepan mata Anjani.
''Marko! turunkan aku!'' Suci terus memberontak tapi Marko masih menyongsong Suci digendongnya.
Tawa yang tadi terdengar sangat nyaring, perlahan hilang, karena mata suci seperti melihat sebuah bayangan dari kaca lemari buku. Bayangan seorang perempuan yang berdiri menghadapnya, memperhatikannya dalam diam.
Dengan ragu, Suci memutar kepalanya dan betapa terkejutnya dia. Dia melihat Anjani yang berdiri dibalik meja kerja Marko. Seakan tiba-tiba penyakit lumpuh menyerang, Suci pun membeku tidak sama sekali bergerak dan bersuara, matanya menatap satu kesatu sisi membuat Marko penasaran dengan apa yang dia lihat Suci.
Tidak kalah terkejut dari Suci, bahkan tanpa sadar ia melepaskan tubuh Suci dan hampir membuat wanita itu terjatuh kalau tidak dengan cepat ia berpegangan dengan tiang lemari.
''Sayang?'' Marko membeku, keringat membasahi dahinya. Adik kecilnya yang sejak tadi ia sebut tidak lagi memberontak.
Marko gugup, tapi walaupun sudah ketahuan Marko tetap berusaha menyangkalnya seraya berkata, ''Sayang, ini tidak seperti yang kamu duga.''
''Kita, kita hanya, hanya—''
''Hanya bermain-main, iya?'' potong Anjani.
Marko mati kutu, ia tidak bisa lagi melontarkan kata-kata, pembelaan tidak lagi keluar. Ia berdiri dengan menautkan kedua telapak tangannya. Begitu juga Suci yang berdiri dengan kepala yang tertunduk malu.
Anjani menyeka air matanya yang hampir terjatuh itu. Ia melangkah dengan raut wajah datar dan dingin. Tapi ada yang aneh, kenapa Anjani tidak menangis meraung-raung seperti wanita kebanyakan yang akan mengamuk setelah mendapati suaminya bersama dengan wanita lain.
Lantas air mata itu? air mata itu hanya sebuah respon yang biasa terjadi. Ia bahkan menyeringai yang Marko sendiri merasa kalau Anjani saat ini bukan seperti Anjani biasanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Aditya HP/bunda lia
siap di tendang dan hidup melarat kamu Marko berengsek ... 😡
2023-07-01
0
Yoo anna 💞
lanjut kak... semangat 💪
2023-05-19
3