"Marko?" Anjani masuk keruangan Sete mengetuknya beberapa kali. Matanya mengedarkan pandangan, ruangan Marko terlihat sepi.
Anjani meletakkan paper bag yang berisikan makanan untuk mereka makan siang bersama dikantor. Tapi tiba-tiba ia mendengar pintu kamar mandi terbuka yang disana ternyata Marko lah yang baru keluar dari kamar mandi.
"Marko?"
"Sayang? kamu dari tadi?" tanya Marko dengan santai tanpa ada raut merasa bersalah karena telah mengkhianati cinta istrinya.
"Enggak, baru aja. Kamu habis ngapain?"
"Oh, aku habis mandi. Ya! mandi, cuaca hari ini sangat panas, AC pun rasanya enggak berfungsi," kata Marko dengan tangan yang mengibaskan wajahnya.
"Iyakah? apa kamu sakit?" Delisa meletakkan punggung tangannya dikening Marko yang sedikit berkeringat.
"Kamu berkeringat, apa kepala mu sakit?" pertanyaan Anjani segera dijawab oleh Marko.
"Ya, sepertinya aku demam. Kamu mau antar aku ke klinik?" Anjani mengangguk dan segera membawa Marko pergi dari sana.
Namun, siapa sangka ternyata saat ini Marko hanyalah sandiwara. Kedatangan Anjani yang tidak memberikan kabar kepadanya, membuat Marko dan Suci panik ketika mendengar ketukan pintu dan panggilan Anjani. Sehingga membuat keduanya memutuskan untuk bersembunyi dikamar mandi.
Ya Suci yang akan pergi dari ruangan, ternyata tidak sempat. Karena bersamaan dengan datangnya Anjani.
Ketika Anjani membawa Marko keluar ruangan, Suci pun keluar dari kamar mandi. Rasa penyesalan memang ada, tapi sisi iblisnya mengalahkan semuanya.
"Maafkan aku, Jani. Tapi aku menyukai suami mu!" Suci memastikan penampilannya rapih seperti semula, karena dia tidak mau membuat semua karyawan mengira yang tidak-tidak tentangnya. Ia pun keluar dari sana.
Kembali ke meja kerja dengan senyuman manisnya, yang ternyata dibalik itu mengandung sebuah racun mematikan.
''Eh! Pak Marko kenapa?'' tanya seorang staff yang menghampiri meja Suci.
''Kenapa?''
''Lho? bukannya tadi kamu ada diruangan Pak Marko.'' Suci gugup, ia panik mendengar pertanyaan itu, sungguh, ia belum menyiapkan jawaban semacam itu.
''Tadi Bu Anjani datang, dan tidak lama beliau keluar lagi dengan Pak Marko, sepertinya pak Marko sedang tidak baik-baik saja,'' ucap Staff itu yang semakin membuat Suci kelabakan.
''Oh iya, fertigo Pak Marko kumat, jadi dia minta diantar Bu Anjani,'' jawab Suci dengan asal karena hanya alasan itu yang masuk akal menurutnya.
Staff itu mengangguk dengan raut wajah tdiak puas mendengar jawaban Suci dan diapun berlalu pergi dari sana.
''Kenapa rambutnya basah? bukannya tadi rambutnya dikuncir?'' gumam staff itu sembari berjalan ke meja kerjanya.
Ya rupanya Suci melupakan tatanan rambutnya, dan juga tidak mengeringkan rambutnya dengan benar. Tapi staff itu tidak menaruh rasa curiga sedikitpun pada Suci, hanya saja ia merasa aneh dan melupakannya begitu saja.
''Semoga enggak ada yang curiga,'' gumam Suci.
Diklinik, Marko yang sedang diperiksa oleh seorang dokter merawa was-was kalau Anjani akan mencurigainya. Tapi tidak, seakan dokter itu berpihak kepadanya. Dokter pun menjelaskan sakit apa yang diderita oleh Marko.
''Kemungkinan faktor terlalu lelah bekerja, sehingga membuat otot kepala berdenyut. Tapi Anda tidak perlu khawatir, saya akan meresepkan obat yang saya minta diminum sesuai waktu ya…'' jelas Dokter tersebut yang dimengerti oleh Anjani.
Marko? ia hanya diam dengan terus memikirkan Suci yang masih berada di kamar mandi sebelum dia pergi dari ruangannya.
''Semoga tidak ada yang curiga,'' gumam Marko yang sudah duduk dikursi mobil penumpang karena yang mengemudi mobil adalah Anjani.
Jarak klinik kekantor memang dekat, dan maka dari itu mereka pun kembali kesana begitu cepat. Warna bibir Marko yang memucat membuat Anjani tidak berpikir untuk tidak percaya karena dokter pun mendiagnosis apa yang terjadi pada tubuh Marko.
Mata Marko terus mencari keberadaan Suci yang ternyata sudah berada di meja kerjanya, duduk manis lalu berdiri menyambut kedatangannya dan Anjani layaknya seorang sekertaris kebanyakan pada Bos nya.
''Selamat pagi Bu,'' sapa Suci dengan formal. Anjani tertawa kecil mendengarnya. Karena hari-hari biasa Suci dan Anjani sangatlah dekat, tapi tidak dikantor. Mereka akan bersikap profesional layaknya bawahan dan atasan.
''Kau menyebalkan Suci,'' ucap pelan Anjani dan Suci hanya tersenyum.
''Kami kedalam dulu,'' ucap Anjani lagi, ''Oh ya kau sudah sarapan?'' tanyanya pada Suci yang hampir meletakkan bo-kongnya kekursi.
Suci melirik kearah Marko lalu menjawab, ''Sudah Bu. Baru saja,'' jawabnya masih dengan mata yang tertuju kearah Marko.
''Oh begitu, baiklah.'' Anjani dan Marko berlalu akan masuk ke ruangan. Tapi panggilan suci membuat keduanya berhenti diambang pintu.
''Maaf Pak Marko?''
''Ya?''
''Saya hanya ingin mengingatkan. Nanti malam ada jadwal Anda bertemu dengan klien yang dari jepang, beliau meminta Anda datang untuk membicarakan kerja sama perusahaan,'' kata Suci, dan Marko mengangkat sebelah alisnya lalu mengangguk.
''Baik, terima kasih sudah diingatkan, saya hampir lupa,'' jawab Marko.
Dan merekapun masuk kedalam. Anjani segera menyiapkan makan siang untuk Marko dan dirinya yang dia beli dari restoran dekat kantor.
Perhatian, dan penyayang. Itu semua ada pada diri Anjani, lalu apa yang sebenarnya Marko cari. Kenapa seakan Anjani saja tidak cukup sampai sahabat sang istri pun turut ia inginkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
guntur 1609
lah kok delisa. bukanya jani
2025-02-16
0
Yoo anna 💞
semoga gak kelamaan membongkar kebusukan para iblis itu
2023-05-16
5