Prok Prok Prok
Anjani menepuk tangannya seakan bersorak kagum dengan permainan busuk suami dan sahabatnya.
Beberapa kali Anjani berkata 'Wah!' sembari mengelilingi mereka. Memperhatikan penampilan mereka yang tidak berbusana, lalu berdiri didepan Marko dan Suci dengan tangan yang melipat.
''Sejak kapan?'' tanyanya dengan alis yang ia angkat satu.
''Sayang, aku—''
Ucapan Marko terjeda lagi karena Anjani meletakkan tangannya didepan mulut Marko, yang menandakan kalau dia tidak mau mendengarkan apapun bentuk alasan dari Marko.
''Cukup jawab pertanyaan ku,'' ucapnya pelan.
Marko menghela nafasnya lalu menundukkan kepalanya dalam-dalam. Entah itu bentuk rasa penyesalan atau malu karena ketahuan, tapi yang pasti Anjani tidak peduli sama sekali. Yang dia mau hanyalah jawaban atas pertanyaannya itu.
''Se—sejak kau menolak ku.'' Suara Marko sangatlah pelan, tapi Anjani dapat mendengarnya dengan sangat jelas.
Anjani tertawa kecil mendengarnya. Ia ingat betul kapan dan dimana saat ia menolak Marko untuk mengikuti permintaannya. Ya tepat hari dimana besoknya akan terlaksana pernikahan mereka.
Sangat luar biasa! Pengkhianatan itu berawal dari penolakannya. Dan ternyata selama ini ia mengalami pengkhianatan dalam pernikahan nya. Janji suci yang terlontar tidak lagi berguna bagi Anjani, karena yang ada hanya sebuah Pengkhianatan!
''Kau tau Marko, aku menolak mu hanya karena ingin meninggalkan kesan indah pada malam pertama kita,'' ujarnya dengan suara yang gemetar tapi tidak sampai menangis.
''Iya aku tau,'' sahutnya tanpa berpikir akan kesalahannya.
''Tapi Jani, ini tidak sepenuhnya salah Marko!'' sela Suci.
Anjani memiringkan kepalanya ingin melihat langsung wajah wanita yang tidak tahu diri itu. Posisinya yang salah tapi masih sempat membela pria yang mana adalah suami dari Anjani, wanita yang mereka khianati.
''Apa kau sedang membelanya, Suci?'' tanya Anjani dengan nada bicara yang aneh.
Suci tidak menjawabnya, ia hanya bisa menundukkan kepalanya dalam-dalam, apalagi saat ini ia tidak berbusana.
Anjani melirik kearah dua helai pakaian yang tadi ia punguti satu lantai dan diletakkannya dimeja. Mengambil pakaian itu dan ....
Brukk!
''Pakai itu! sebelum aku membuka pintu agar semua orang melihat tubuh bug-gil mu itu!''
Anjani melemparkan pakaian yang ia temukan itu yang memang milik Suci tepat kearah wajahnya. Tapi Suci tidak kuasa untuk marah, karena dia sadar, kalau dia juga ikut bersalah.
''Kau tau Ci. Awalnya aku menganggap kalau posisi mu itu tidak salah, karena tidak akan ada penggoda kalau tidak ada yang menyambutnya. Tapi ternyata aku salah, kamu memang busuk, terbukti dari caramu membela dia!'' Anjani menunjuk tepat didepan mata Marko. Ya itulah reaksi wajar seorang istri yang merasa kecewa dengan suaminya.
''Aku benar-benar tidak bermaksud, Jani …." lirih Suci.
Tapi kebiasaan Anjani yang akan mudah memaafkan semua orang, tidak untuk kali ini. Ia tidak mempedulikan Suci, ia tidak peduli dengan tangisan Suci. Bahkan permohonan maaf Marko.
Anjani memundurkan langkahnya, meraih tasnya lalu pergi dari sana. Tapi sebelum keluar dari ruangan itu, ia sejenak menoleh seraya berkata, "Kita akan selesaikan ini dengan fair!'' Kemudian melanjutkan langkahnya keluar dari sana.
Didepan ruangan ia melihat kearah tempat Pia berada. Menghampirinya dan menepuk pundaknya. "Terima kasih atas bantuan mu," ucap Anjani dan Pia hanya tersenyum tanpa menjawabnya.
Anjani pun berlalu. Ia melangkah dengan cepat. Bahkan sapaan karyawan ia abaikan begitu saja. Entah akan pergi kemana dia, yang jelas Anjani berjalan dengan sedikit berlari.
Brugh!
Anjani menabrak seseorang, dan Anjani hampir saja terjatuh kalau tidak ditahan oleh orang yang ditabraknya.
''Maaf!'' ucap Anjani yang ingin segera pergi, tapi tangan orang itu masih memeganginya tanpa berniat untuk melepaskannya. Lantas Anjani pun berbalik ingin melihat siapa yang sedang menahannya itu.
Mata mereka bertemu cukup lama tapi kemudian Anjani pun menarik kuat tangannya dari orang itu.
''Jani?''
Anjani tidak menghiraukan orang yang menyebut namanya yang seakan mengenalnya dengan sangat akrab, karena memanggil namanya dengan panggilannya.
Anjani berlalu pergi, orang itu berdiri ditempatnya memperhatikan Anjani yang beraliran kesatu arah jalan.
Dan tibalah Anjani dibelakang gedung kantor. Yang mana disana tidak akan ada orang yang datang. Lalu untuk apa Anjani datang kesana, kenapa ia memilih tempat itu?
Seketika Anjani ambruk, ia terjatuh dibawah tanah. Tangannya memukul kuat dadanya yang terasa begitu sesak. Dirinya yang berdiri kuat, tertawa dan menatap berani pada Marko dan Suci, adalah sisi dia yang lain. Karena sesungguhnya ia sangat terpukul, ia kecewa dengan semuanya.
Merasa bodoh! bodoh karena sangat mudah percaya dengan suami dan sahabatnya. Yang memang dia hanya memiliki mereka berdua, dan baginya tidak masalah mempercayakan semuanya pada mereka.
Tapi ternyata kepercayaannya dibalas dengan pengkhianatan. Seperti apa yang dikatakan oleh pepatah, air susu dibalas dengan air tuba. Yang jelas tak selaras!
Ia menangis begitu lirih, kaki yang sejak tadi sudah gemetar tidak lagi bisa menopang bobot tubuhnya. Ia memeluk tubuhnya sendiri, merasa jijik dengan dirinya karena ternyata selama ini ia berbagi cinta pada orang lain.
''Aakkkhhhhh!! hiks hiks hiks!'' Anjani menjerit dalam tangisnya. Jeritan kecewa, sakit hati dan patah hati. Membuat siapapun yang mendengarnya akan merasa iba melihat tangis Anjani itu.
''Kenapa kalian begitu tega! kenapa?!''
''Apa kurang ku pada kalian! apa salah, aku berharap timbal balik dengan kebaikan juga.''
Anjani terus meracau meluapkan emosi yang terasa sebah didadanya. Tapi itulah cara dia meringankan beban pikiran dan kekecewaannya.
Butuh waktu lama Anjani meluapkan semua emosinya. Akhirnya iapun bisa lebih tenang, duduk dengan memeluk kakinya dan kepalanya yang terbenam di lengannya. Walaupun masih ada pergerakan dipunggung karena isakan sesak habis menangis, tapi ia sudah merasa lebih baik dari sebelumnya.
Drap Drap Drap
Derap langkah kaki samar-samar terdengar dan berhenti di belakangnya.
''Tempat yang bagus!'' ucapnya, tapi Anjani belum juga mengangkat kepalanya.
''Entah masalah apa yang sedang terjadi padamu. Tapi kau juga jangan mengabaikan dirimu, bangkit dan berjuang kalau itu pantas, pergi dengan elegan jika bagimu itu sudah tidak pantas,'' paparnya.
Dia mengatakan tidak tahu menahu, tetapi dia justru memberikan sebuah dorongan semangat yang sangat jelas pada permasalahan yang menimpa Anjani.
Anjani mengangkat kepalanya perlahan, dan seperti sudah mengetahui siapa yang mendatanginya. Lantas Anjani kembali membenamkan kepala dilengannya.
''Ini, berikan pada suami mu itu. Dia menjatuhkannya tadi,'' ucapnya sembari memberikan dompet milik Marko.
Ya orang itu adalah Roger. Orang yang sama dengan orang yang ditabrak Anjani tadi. Melihat mata Anjani yang basah juga bibir yang pucat membuat Roger khawatir dan pada akhirnya mengikuti langkah Anjani, mendengar semua racauannya. Tapi dia tidak terlalu paham apa yang di maksud Anjani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Yoo anna 💞
lanjut kak.... semangat 💪🥰
2023-05-20
4