Marko membeku ditempatnya, tapi seperti menyimpan banyak alasan yang dia yakin kalau Anjani akan langsung mempercayai nya. Marko pun melangkah dengan wajah tenang seperti tidak terjadi apa-apa.
''Sayang, sejak kapan kamu disini, hmm?'' Marko berucap dengan membelai wajah cantik Anjani.
''Kenapa? apa aku harus memberitahu mu terus, kalau akan kesini?''
Pertanyaan Anjani lagi-lagi membuat Marko tersentak. Mencari ide lagi untuk mengalihkan perhatian Anjani.
''Tentu saja tidak. Oh ya, aku punya kabar baik untuk kamu,'' ucap Marko, dan entah kenapa tiba-tiba Anjani merasa tertarik dengan kabar baik itu, seakan tersihir oleh mulut manis Marko, lagi-lagi ia luluh.
''Kabar baik apa?''
''Kita akan pergi berbulan madu!'' seru Marko dan Anjani tersenyum senang mendengarnya.
''Benarkah? tidak apa-apa harus meninggalkan pekerjaan? '' tanya Anjani memastikan dan Marko mengangguk cepat.
Anjani memeluk erat tubuh suami bajingannya itu, tanpa tahu ternyata Marko terpaksa mengatakan itu hanya untuk menyembuhkan kebusukannya.
Marko akan membangun kepercayaan Anjani lagi yang mulai goyah, ia tahu dari pertanyaan Anjani tadi, kalau istrinya itu sudah mulai meragukannya, dan dengan cara menyetujui pergi berbulan madu lah ia bisa membuat hati Anjani luluh padanya.
''Lusa kita akan pergi ke Hawai, itu kan tempat yang sangat ingin kamu kunjungi sejak dulu?'' Anjani mengangguk samar, matanya berbinar ternyata Marko masih mengingat impiannya yang pernah terucap.
Marko membelai wajah Anjani, menatap penuh cinta yang mungkin siapapun akan tertipu oleh raut wajah bak malaikat Marko itu. Yang ternyata menyembunyikan sebuah sifat bajingannya.
Ia mengangkat pergelangan tangannya, melihat jarum arloji yang melingkar indah disana. ''Sudah sore. Kita pulang ya, aku lelah,'' ucap Marko dan Anjani pun mengiyakannya.
Anjani mengambil tasnya yang ada di atas meja lalu mereka pergi dari sana dengan saling merangkul. Begitu keluar dari ruangan, mata Suci sedikit melebar, ia terkejut karena Marko keluar bersama Anjani.
Marko berhenti didepan meja Suci, yang membuat Suci jengkel dalam hatinya.
''Suci, saya punya tugas untuk kamu. Atur perjalanan bulan madu kami, pilihkan tempat-tempat dan survei semuanya. Oh ya satu lagi, pastikan hotel tempat kami tinggal selama disana tempat yang sangat nyaman,'' papar Marko dengan sangat percaya diri. Dan sengaja mengatakan itu dengan suara yang sedikit keras untuk memperdengarkan pada semua staffnya.
''Bulan madu?'' ucap pelan Suci yang masih terkejut, dan beberapa detik kemudian ia pun cekatan untuk menjawabnya.
''Baik pak, apa ada lagi yang perlu saya bantu?''
''Eh tunggu, Marko!'' sambar Anjani membuat Marko dan Suci menatap kearahnya.
''Sepertinya tidak perlu melibatkan Suci untuk urusan kita, dia sudah lelah bekerja disini. Betul 'kan Suci?'' suci hanya tersenyum tipis menanggapinya.
''Lalu?''
''Aku akan mengurusnya sendiri. Apalagi Hawai memang tempat impian ku, aku akan mempersiapkan semuanya sendiri,'' ucap Anjani kemudian.
Suci menatap nanar pada Marko. Hawai? Hawai adalah tempat impiannya juga, Suci dan Anjani pernah mengungkapkan impian itu bersama. Dan lagi-lagi ia harus kalah dari Anjani yang bisa lebih dulu pergi ke tempat indah itu. Dibawah meja sana, tangannya mengepal kuat, ia marah, ia kecewa dengan garis kehidupan dia sendiri.
Dia pikir bisa mengambil sebagian cinta Marko, ia sudah cukup menang. Namun, ternyata salah, lagi-lagi ia harus menerima kekalahan kesekian kalinya.
''Baik kalau begitu, aku serahkan itu padamu.'' Marko mencubit hidung mancung Anjani.
Kemesraan itu bak seperti belati yang sengaja ditusukkan ke ujung batang hidungnya. Suci mendecih pelan lalu membuang pandangannya.
Marko dan Anjani berlalu pergi dengan masih saling merangkul. Para staff yang melihat kemesraan bos mereka tentu merasa terenyuh dan ikut senang, tapi tentu tidak dengan Suci.
''Kembali bekerja!'' tegas Suci yang kesal mendengar desus mereka yang mengagumi pasangan pengantin baru itu.
Seketika suasana disana sunyi, tidak lagi ada suara bising yang membicarakan kemesraan Marko dan Anjani. Di meja paling sudut, Pia memperhatikan wajah kesal Suci, ia bahkan terus memperhatikan gerak gerik suci yang melakukan apapun dengan serba salah karena dia tahu itu adalah sikap menahan emosi.
Mata Pia melirik berkas yang ada dimeja, berkas yang Suci perintahkan untuk memeriksa kembali data disana sebelum suci pergi bersama Marko pagi tadi.
Ia meraih berkas tersebut lalu menuju meja Suci. Matanya memicing karena melihat ada air mata yang keluar dari ujung mata Suci dan cepat-cepat dihapus saat ia datang.
''Ada apa?'' tanya Suci dengan suara parau dan tanpa melihat kearah Pia.
''Bu Suci ada masalah?'' tanya Pia tiba-tiba.
''Tidak! kenapa kamu kesini? Apa tidak ada lagi pekerjaan, hah!'' Pia memundurkan kepalanya karena tiba-tiba Suci memarahinya.
''Ini Bu, sudah selesai,'' ucap Anjani menyerahkan sebuah berkas dan Suci langsung merebut itu dari tangan Pia.
''Kembali ke meja mu!'' usir Suci dan Pia pun segera berlalu.
Dengan sikap seperti itu, membuat semua staff bergunjing dengan saling memberikan isyarat mata. Bukan mereka tidak tahu apa-apa hanya saja mereka belum tahu dan belum melihat langsung saja perselingkuhan Suci dan Marko.
Sebelum pulang kerumah, Anjani meminta Marko mengantarnya ke pusat perbelanjaan karena akan membeli sesuatu disana. Ya walaupun pusat perbelanjaan itu adalah miliknya. Namun, tetap saja ia akan mengeluarkan uang untuk membeli barang pribadinya.
Maka disinilah mereka berada, disebuah toko yang menjual berbagai macam model lingerie yang sangat seksi. Hanya dengan melihat model lingerie yang Anjani pilih saja, hawa nafsu Marko kembali meningkat, dan meminta Anjani segera menyelesaikan belanjanya untuk pulang kerumah.
Untuk apa? ya tentu saja untuk segera meminta Anjani memakai lingerie seksi itu.
''Cepatlah sayang…'' lirih Marko yang sudah tidak bisa lagi menahan diri karena celananya sudah sangat terasa sesak.
Beberapa pcs lingerie menjadi pilihan Anjani dan segera dibawa oleh staff toko untuk dibungkus, lalu Anjani memberikan kartu ajaibnya untuk membayar semua belanjaannya.
Hanya duduk disofa khusus, lingerie-lingerie tadi sudah berpindah ke tangannya dengan dibungkus rapi didalam paper bag.
Marko segera menarik lembut tangan Anjani karena benar-benar tidak bisa lagi menahan diri. Dan sesampainya di mobil, Marko langsung melahap rakus bibir ranum Anjani untuk sekedar mereda keinginannya.
''Kita lanjut dirumah, hmm? dan kamu harus pakai lingerie merah itu,'' ucap Marko penuh dengan rayuan.
Anjani mengangguk, ia sudah bisa mengimbangi Marko yang ternyata mengidap hyper se-ks, yang memiliki nafsu berlebihan hanya dengan melihat pakaian seksi itu.
''Hati-hati,'' ucap Anjani lembut karena merasa Marko mengendarai mobilnya dengan sedikit ugal-ugalan.
''Tentu saja, aku sudah tidak sabar melihat mu menggunakan itu.''
Happy Reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
S
Tak ada yg benar benar sempurna d dunia ini apapun termasuk manusia.Anjani sempurna tp lemah soal perasaan
2023-06-17
0
Yoo anna 💞
klau memang mau lama membongkar kebusukan Marco, minimal jgn bikin anjani bodoh kek thor, gtu aja udah luluh 😌 mau aja di celupi suami yang sudah diragukan itu
2023-05-18
3