Kebodohan Anjani adalah, karena CINTA! perasaannya terhadap sang suami kerap mengabaikan sisi lain dihatinya yang mulai meragukan kesetiaan Marko padanya.
Seperti saat ini, Anjani tengah menuruti kemauan Marko untuk memakai gaun kurang bahan yang tadi ia beli. Marko menatap dengan lapar pada lekuk tubuh molek Anjani yang hanya ditutupi kain tipis dari lingerie itu, yang bahkan tidak sepenuhnya menutup karena tipisnya kain lingerie hingga bisa melihat isi dari gaun itu yang transparan.
Marko mendekat pada Anjani yang berdiri didepan lemari besar. Menyibak rambut Anjani yang tergerai kedepan. Menghirup kuat-kuat aroma persik yang menjadi candunya.
Entah sejak kapan, Marko sudah menyapu bagian leher Anjani. Hingga membuat wanita itu berdesis nikmat. Tangan Anjani berinisiatif membuka satu persatu kemeja Marko dan ikut menciumi aroma tubuh Marko. Tetapi ia menghentikan pergerakannya, lalu mendorong pelan tubuh Marko yang sudah memepet padanya.
Marko menatap kecewa. Dan berniat untuk kembali mendekat tapi tiba-tiba Anjani menghentikannya dengan meletakkan pergelangan tangannya didepan dada Marko.
''Ada apa?''
''Tidak ada, tiba-tiba aku merasa lapar. Aku masak dulu!'' Anjani pergi kekamar mandi dan beberapa saat kemudian keluar dengan pakaian lengkap. Kemana lingerie tadi? ya lingerie tadi ia lemparkan ke keranjang pakaian kotornya lalu berganti pakaian rumahan.
Marko masih mematung depresi melihat istrinya yang mengacaukan pikirannya. Sekarang sudah kepalang tanggung, nafsunya sudah diujung kepala. Adik kecilnya sudah memaksa untuk diberi makan tapi karena ulah Anjani ia harus melakukannya dengan cara mandiri dikamar mandi.
Sungguh memalukan bagi Marko, karena harus menggunakan tangan dan cairan sabun untuk menuntaskan hasrat setannya padahal dia memiliki istri.
Marko terus mengumpat sembari memainkan tangannya di adik kecilnya itu hingga beberapa saat kemudian, cairan kental pun menyembur keluar yang membuat Marko mengerang hebat disana.
Matanya menatap kesal pada jejak cairannya yang ada dilantai lalu iapun memutuskan untuk mandi agar lebih segar. Ya mengingat ia juga habis berhubungan intim Dengan Suci, dan lupa mandi.
Dibawah sana. Anjani tidak pergi kedapur untuk memasak makanan seperti apa yang dia katakan pada Marko tadi. Melainkan ia berada di kamar tamu, menyendiri disana.
Aroma yang dia hirup pada tubuh Marko, bukanlah aroma parfum ataupun sabun Marko. Melainkan aroma parfum wanita yang dia hapal itu adalah aroma parfum dari Suci. Wangi melon, ya karena Suci sangat menyukai aroma melon.
Air matanya luruh. Pikirannya kembali berperang. Sisi lain mengatakan kalau kecurigaan terhadap Suci benar terjadi, dan disisi lain ia sangat ingin mempercayai suami dan sahabatnya itu.
Ia menekan dadanya kuat-kuat. Rasa sakit itu tidak bisa dia hindari. Walaupun ia mencoba berpikir positif. Namun, tetap saja hati dan perasaannya terluka.
Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 9 malam. Anjani yang sudah puas merenung akhirnya keluar dari kamar tamu itu. Menaiki anak tangga untuk menuju kamar tidur mereka.
Membuka pintu dan yang dia lihat adalah, Marko yang sudah tertidur pulas disana. Dia pergi kekamar mandi untuk membersihkan dirinya karena memang ia belum sempat mandi. Lalu pergi tidur disamping Marko dengan membelakanginya.
Matanya perlahan terpejam dan bersamaan air matanya menetes dari ujung mata bulatnya. Rasa sakit itu sangat nyata walaupun dia sangat ingin mengabaikannya.
Malam itu berlalu begitu saja, dengan posisi tidur mereka yang saling memunggungi. Hingga pagi pun menjelang. Seperti biasa, Anjani akan lebih dulu bangun ketimbang Marko.
Sepagi ini ia tengah sibuk dengan para pelayan didepur kotornya. Memasak sarapan dengan para pembantu. Anjani adalah sosok yang tidak pernah memandang setatus sosial seseorang, karena dia sadar, dia juga berasal dari orang yang sangat sederhana.
Perlahan matahari mulai memunculkan dirinya, dan bersamaan pula sarapan pun selesai tersaji. Anjani kembali kekamar untuk membersihkan dirinya yang bau asap masakan.
Setelah membersihkan dirinya, iapun segera membangunkan Marko.
''Hmm?'' gumam Marko.
''Apa kau tidak pergi kekantor?'' tanya Anjani yang duduk ditepi ranjang samping Marko.
Marko membuka matanya, menoleh kearah jam dinding lalu segera bangun. Memeluk mesra tubuh Anjani yang sudah sangat wangi sepagi ini, membuat nafsunya kembali bangkit. Tapi dengan cepat Anjani mengalihkan perhatian Marko.
''Mandilah!'' Anjani berdiri, ''Sudah siang. Aku juga akan segera pergi,'' lanjutnya, membuat Marko mengernyit dahi dengan heran.
''Pergi kemana?''
''Hari ini aku harus pergi ke Bandung, mengurus proyek pembangunan kawasan ruko sebelum kita pergi ke Hawai.'' Marko mengangguk-anggukkan kepalanya.
''Apa aku harus ikut?'' ujar Marko dan Anjani pun segera menggelengkan kepalanya karena dia tahu itu hanyalah sebuah basa-basi.
''Tidak perlu, kau juga haru urus pekerjaan mu 'kan, sebelum meninggalkannya beberapa waktu kedepan.''
Marko mengiyakannya. Dan beranjak dari tempat tidurnya untuk segera mandi. Anjani pun segera menyiapkan pakaian kerja Marko lalu pergi kembali ke meja makan untuk menunggu Marko.
Dua puluh menit kemudian, Marko menghampirinya dengan penampilan yang sudah rapih dan formal. Makan bersama tanpa adanya obrolan.
Setelah mereka berdua menyelesaikan sarapan. Barulah Marko memulai pembicaraan.
''Kamu yakin akan pergi sendiri?''
''Iya, lagipula hanya melihat perkembangan saja.''
''Ya sudah, kalau begitu hati-hati. Segera hubungi aku setelah sampai sana. Aku pergi dulu.'' Marko beranjak dari kursinya lalu mengecup kening Anjani sebelum melangkah pergi.
Anjani memperhatikan langkah Marko yang semakin menjauh, ia menghela nafasnya kasar lalu ikut beranjak untuk kembali kekamarnya.
''Sepertinya aku akan sedikit terlambat karena jalanan yang pasti macet. Tolong tangani dulu!'' Anjani bicara pada orang kepercayaan.
Dan diperjalanan, Marko juga tengah menghubungi seseorang. ''Benarkah Bu Anjani akan survei proyek pembangunan disana?''
''Benar Pak! hari ini Bu Anjani mengatakan akan pergi kesini,'' jawab seseorang itu dari sebrang telpon sana.
Lalu setelah berbasa-basi Marko pun memutuskan sambungan telepon, jari-jarinya mengetikkan sebuah pesan dengan lihai hanya dengan satu tangan dan sembari mengemudi, lalu segera menyimpan kembali ponselnya setelah menekan icon send pada layar ponsel.
''Tadi malam kau keluar dengan mandiri, sekarang ku pastikan ada tangan lentik yang membantu mu menuntaskannya,'' ucap Marko dengan tangan mengelus benda keras yang menonjol di balik celananya.
Marko tiba-tiba teringat sesuatu, dia baru ingat barang yang sangat penting baginya sudah habis, yaitu sebuah pengaman. Dengan cepat Marko membelok-belokan stir mobil kearah mini market untuk membelinya. Dia tidak mau mengambil resiko, maka dari itu ia selalu menggunakan barang itu ketika sedang bersama Suci. Namun, tidak dengan Anjani.
Ketika ia berada dikasir, seseorang mengenalinya lalu memanggil namanya. ''Marko? kita ketemu lagi, kau sedang apa?'' tanyanya dan matanya langsung tertuju kearah tangan Marko yang tengah memegang sebuah boks kecil yang dia tau isinya adalah pengaman.
Ditempat lain seseorang tengah tersenyum miris. Merasa jalan hidupnya terlalu aneh. Satu sisi ia bisa menggapai satu persatu impiannya, tapi disisi lain ternyata ia tidak beruntung disebuah hubungan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments