Cemburu (Lagi)

Kenapa juga aku nggak pakai sweater atau syal, harus bilang apa sama mereka. Iya kali digigit semut, batin Amara. 

Selama perkuliahan, Melly selalu mencuri pandang pada Amara. Penasaran dengan sahabatnya itu yang mungkin saja selama ini menyembunyikan sesuatu. 

"Apa?" tanya Amara tanpa  bersuara, karena Melly dan Juan selalu mencuri pandang ke arahnya. 

"I'm watch you," sahut Juan lirih. 

Amara hanya bisa mencibir, dia sudah tidak bisa mengelak lagi mengenai hubungannya dengan Randy. 

Akhirnya kelas pertama berakhir, Amara yang beranjak untuk ke toilet ditarik oleh Juan. 

"Mau ke mana? Jangan menghindar lo." 

Bahkan Melly merentangkan tangan nya agar Amara tidak bisa lewat apalagi melarikan diri. 

“Aku mau ke toilet, udah nggak tahan,” jujur Amara.

“Ayo aku antar, setelah ini lo harus cerita selengkap-lengkapnya,” cetus Melly sambil menggandeng tangan Amara.

“Iya lo ikutin dah, takut kabur.” Juan ikut mengompori.

“Apaan kali, mana ada aku kabur. Tas aku juga masih ada di situ,” tunjuk Amara ke arah meja yang ditempati tadi.

Tidak lama kemudian, Amara sudah kembali ke kelas. Tentu saja masih bersama Melly yang tidak melepaskan tangannya dari lengan Amara.

“Sini duduk, kelas berikutnya masih setengah jam lagi. Cukuplah buat loe cerita tentang status dan tanda kepemilikan di leher lo,” titah Juan yang menepuk kursi di sebelahnya.

Amara menatap kelasnya masih ada beberapa rekan sekelasnya yang masih tinggal dan sibuk dengan urusan masing-masing. Sebagian sudah ke luar, entah ke kantin atau perpustakaan.

“Jadi?” tanya Melly yang menatap Amara dengan wajah bertumpu pada tangannya.

Amara yang duduk di antara Juan dan Melly menghela nafasnya sebelum menjelaskan dan menceritakan awal hubungannya dengan Randy.

“Jadi lo nikah digerebek?” tanya Melly karena terkejut dengan cerita Amara yang baru saja dimulai.

“Sttt, jangan sampai didengar yang lain. Bukan digerebek, merekanya aja yang salah paham. Aku ditolong karena hujan dan motor mogok masa dipikir sedang melakukan yang nggak-nggak.”

“Terus kalian benar dinikahkan?” tanya Juan.

Amara menganggukan kepalanya.

“Siapa suami lo, kita kenal nggak?” tanya Juan.

“Iya, siapa dia? Ganteng dan tajir nggak?” tanya Melly.

“huft.”

Amara kembali menghela nafasnya pelan.

“Kalian kenal kok, dia bagian dari kampus ini juga.”

Melly dan Juan saling tatap kembali menatap Amara.

“Mahasiswa juga?”

Amara menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Juan menebak dengan siapa Amara menikah.

“Dosen?” tanya Melly.

Amara menoleh dan menganggukkan kepalanya.

“Tapi dia belum punya istri ‘kan? Jangan sampai lo jadi istri kedua,” ujar Melly.

“Udahlah lo sebutin aja namanya, nggak usah kasih clue untuk kita tebak siapa dia,” usul Juan yang sudah tidak sabar.

“Ehm, pria itu … Pak Randy.” Amara berkata dengan lirih agar tidak didengar selain oleh Juan dan Melly.

“What? Lo nikah dengan cowok yang most wanted banget di kampus kita,” pekik Melly yang sudah berdiri dari duduknya.

“Dasar beg* ngapain lo teriak.” Juan ikut berteriak dan menarik tangan Melly agar kembali duduk.

“Ish, kalian ini kenapa nggak sekalian bicara di bagian informasi biar seisi campus tahu semua.”

“Ya gue kagetlah, Pak Randy gitu loh. Jadi simpanannya aja gue mau banget, nah ini dia jadi istrinya tapi kelihatan tersiksa dan tertekan. Bisa tukar tempat nggak sih,” tutur Melly.

“Terus gimana?”

“Jujur ya, aku tuh minta ditalak hari itu juga tapi sampai sekarang dia masih ingin mempertahankan hubungan ini. Katanya pernikahan bukan untuk main-main,” jelas Amara.

“Pantesan care banget waktu lo jatuh pas acara pecinta alam,” ungkap Juan.

“Eh, Pak Randy kuat nggak di ranjang? Pastinya dia ganteng banget ya kalau lagi polosan.”

“Dasar omes, gue pikir laki doang yang omes. Ini perempuan omes juga,” ejek Juan sambil menunjuk Melly.

“Tolong jangan ungkap ini ke mana pun, hanya kalian yang tahu selain keluarga,” pinta Amara.

Obrolan mereka pun terhenti karena dosen jadwal berikutnya sudah hadir dan mulai membuka pertemuan dengan mengabsen dan menjelaskan materi. Amara berusaha fokus, dengan kuliahnya.

...***...

[Aku tunggu di ruangan]

Kuliah baru saja berakhir dan Amara membuka ponselnya yang bergetar. ternyata ada pesan dari Randy.

“Kantin yuk,” ajak Melly.

“Café depan ajalah. Masih lama kita break, bosen gue di kantin terus,” usul Juan.

“Kalian aja ya, aku ada perlu.”

“Ketemu Pak Randy?”

Amara menganggukan kepalanya.

“Gue ikut ya,” usul Melly.

Belum juga Amara menjawab, Juan sudah menarik kerah baju Melly dan membawakan tas perempuan itu.

“Juan, lepasin gue.”

Amara hanya tersenyum dan menggelengkan kepala melihat kelakuan dua sahabatnya. Dia berjalan menuju gedung di mana ruang kerja Randy berada. Saat keluar dari lift dan berjalan di koridor, Amara mengernyitkan dahinya melihat Randy berdiri di depan pintu ruang kerjanya.

Hal yang membuat Amara merasa aneh adalah ada seorang wanita di sana, di hadapan Randy dengan wajah menunduk. Wanita itu mengenakan hijab dan pakaian syar'I, walaupun hanya memandang wajah itu dari samping tapi Amara tahu kalau wanita itu berwajah cantik.

“Kami akan datang akhir pekan ini,” ujar Randy.

“Baik Mas, kami menunggu.”

Deg.

Hana, dia pasti Hana.

Amara terpaku dan berdiri di tempatnya memandang pasangan itu, bersamaan dengan Randy yang menoleh.

“Amara,” gumam Randy.

Hana yang mendengar gumaman pria di hadapannya, ikut menoleh menatap ke arah tatapan Randy. Merasa menjadi perhatian dan sepertinya Randy belum menjelaskan kalau dia sudah menikah dengan Amara, gadis itu pun berbalik dan melangkah pergi seakan dia salah jalan.

“Mas lagi sibuk ya? Kalau begitu aku pamit,”  ujar Hana.

Randy berdehem lalu menganggukkan kepalanya.

“Aku antar ke bawah.”

Keduanya berjalan bersisian walaupun berjarak. Amara memilih menggunakan tangga darurat, berjalan cepat menuruni anak tangga.

“Kenapa dia nggak lepaskan aku kalau calon istrinya begitu sempurna,” gumam Amara.

Perempuan itu meninggalkan kampus termasuk jadwal kuliah berikutnya. Rasanya kalaupun dia tetap mengikuti kelas tapi tidak akan bisa fokus setelah menyaksikan interaksi suaminya dengan wanita lain dan wanita itu adalah calon istri dari suaminya.

Amara menepuk dadanya yang agak sesak.

“Aku kenapa sih? Apa iya aku cemburu?”

Terpopuler

Comments

Hearty 💕

Hearty 💕

Betul sekali Ara

2024-01-23

0

Reyhan Dwi

Reyhan Dwi

up ya thorrrr

2023-05-19

0

Sri Ayudesrisya46

Sri Ayudesrisya46

iya kamu cemburu Amara!!! Amara ga sadar udah jatuh cinta sama susmi nta sendiri

2023-05-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!