“Bertemu orangtua Bapak?” tanya Amara.
Randy menganggukkan kepalanya. Hari ini weekend dan tidak ada jadwal ke kampus baik Amara ataupun Randy.
Saat Amara mengatakan akan pulang untuk mengambil barang di rumah Bunda, Randy menyampaikan akan mengajak Amara bertemu dengan orangtuanya.
Waduh, kira-kira mereka akan terima aku nggak ya? Seharusnya sih nggak dan aku cepat ditalak oleh Pak Randy. Aneh pula ini orang, semalam gue udah berani nggak pakai bawahan biar dia ilfeel tapi sekarang dia biasa aja, batin Amara.
“Kita ke mall untuk beli ponsel kamu, lalu antar kamu ambil barang setelah itu kita bertemu Papi dan Mami,” ungkap Randy.
“Ponsel untuk aku?”
“Hm, semalam aku ingin mengabari kalau aku pulang telat tapi aku lupa kalau ponsel kamu rusak.”
“Pak Randy, kalau orangtua Bapak nggak suka aku gimana?”
“Kita sudah menikah dan ini bukan perkara suka atau tidak,” sahut Randy.
Pasangan itu sedang berada di dapur, yang mana Randy sedang membuat kopi dan Amara hanya mengekor karena masih ada yang ingin ditanyakan.
“Calon istri Bapak seperti apa sih, pasti cantik banget ya. Kalau nanti orangtua Pak Randy membandingkan aku dengan calon istri Bapak gimana?”
Randy menghentikan mengaduk kopinya lalu menoleh dan menatap Amara. Dia tidak bisa membandingkan atau menilai apakah Hana atau Amara yang lebih cantik, karena cantik itu relatif.
“Aku sih berharapnya mereka tidak suka aku dan minta Pak Randy segera mengucapkan ikrar talak.”
“Amara … bicara apa kamu?”
Amara mengedikkan bahunya lalu meninggalkan dapur.
Saat ini Randy dan Amara baru saja tiba di kediaman Bunda Amara setelah dari Mall untuk membeli ponsel baru. Ternyata Mirna ada di rumah dan langsung menyambut kedatangan putri serta menantunya.
“Amara,” panggil Mirna lalu memeluk Amara.
Amara tidak membalas pelukan Bundanya bahkan setelah wanita itu mengurai pelukan dia langsung pamit ke kamar.
“Maafkan saya, Amara seperti itu mungkin karena belum bisa menerima pernikahan kami,” tutur Randy.
“Bukan, bukan karena kamu. Sebelumnya memang hubungan kami kurang baik, ada hal yang membuatnya marah dan kecewa pada saya.”
“Nanti saya coba membujuk Amara agar bersikap lebih baik,” ujar Randy pada ibu mertuanya.
Mirna tersenyum, walaupun khawatir dan kecewa dengan proses pernikahan putrinya tapi dia yakin kalau Randy adalah sosok yang baik sebagai suami Amara. Selain dewasa Randy juga memiliki karakter yang baik.
“Bibi,” teriak Amara dari lantai dua. “Bantu aku turunkan koper.” Gadis itu kembali berteriak.
Randy yang melihat wanita paruh baya bergegas akan menaiki tangga menahannya, “Bik, biar saya saja.”
“Tapi Den, Non Amara panggil saya.”
“Tidak apa, biar saya saja,” ujar Randy yang segera menghampiri istrinya.
“Loh, Bibi mana?” tanya Amara.
Tanpa menjawab, Randy segera meraih koper yang akan dibawa Amara. Pria itu sempat menyunggingkan senyum, walaupun menolak betul pernikahan mereka tapi Amara malah membawa banyak barangnya untuk dipindahkan ke apartemen tempat tinggalnya yang baru.
“Kita langsung ke rumah Pak Randy?” tanya Amara saat menuruni anak tangga.
“Kalian mau langsung pergi?” tanya Mirna yang mendengar percakapan anak dan menantunya.
“Iya,” jawab Amara. Padahal Randy baru saja akan membuka mulutnya.
“Tadinya Bunda ingin mengajak kalian makan siang,” ujar wanita itu dengan raut wajah kecewa.
Randy dan Amara saling tatap.
“Maaf Bun, mungkin lain kali. Kebetulan kami sudah ada janji,” tutur Randy.
“Iya, Bunda paham. Amara, aktifkan ponselmu, Bunda tidak bisa menghubungi kamu.”
“Ponsel aku rusak, baru tadi beli yang baru. Lagipula bukannya Bunda sibuk di butik dan dengan pria beristri yang ….”
“Amara,” tegur Randy yang mulai bisa mengurai benang merah hubungan antara Amara dan Bundanya yang tidak baik.
“Bukan begitu Amara, kamu harus dengar dulu penjelasan Bunda.”
“Tidak perlu. Pak Randy, ayo,” ajak Amara.
Keduanya sudah berada di mobil dan meninggalkan kediaman Mirna.
“Tidak usah nasihati aku karena Pak Randy nggak ngerti dan nggak merasakan bagaimana jadi aku,” ungkap Amara yang seakan bisa menangkap apa yang akan disampaikan oleh Randy.
“Aku bukan ingin ikut campur atau menasehati hanya memberi masukan.”
Akhirnya mereka sampai di kediaman orangtua Randy.
“Ayo turun,” ajak Randy karena Amara belum beranjak dan menatap rumah di hadapannya.
“Pak Randy, aku deg-degan ya. Udah kayak mau ketemu orangtua pacar gitu,” ujar Amara sambil melepas seatbelt.
“Kamu mau bertemu mertua bukan orangtua pacar.”
“Eh, iya ya.”
Randy menyapa asisten rumah tangganya, sedangkan Amara berjalan mengekor langkah Randy.
“Mami di mana mbok?”
“Kayaknya masih di kamar, mau saya panggilkan Den?”
“Hm, boleh deh. Bilang aja aku dan Amara sudah datang.”
“Oh, jadi ini Neng Amara istri Den Randy?”
“Iya Mbok.”
Amara menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
“Wah, cantiknya!”
Amara mengenakan dress putih berlengan panjang, dengan rambut dibuat agak bergelombang membuatnya terlihat cantik tapi semakin memperjelas perbedaan umurnya dengan Randy.
Amara dan Randy menunggu di ruang tamu. Tidak lama terdengar suara langkah mendekat.
“Kalian sudah datang?”
Randy berdiri, diikuti oleh Amara.
“Mami mana Pih?” tanya Randy
“Ada.”
Amara masih belum bisa melihat jelas sosok pria itu karena terhalang tubuh Randy.
“Kenalkan ini Amara,” ujar Randy menggeser tubuhnya.
Amara dan pria yang dipanggil Papi oleh Randy saling tatap dan betapa terkejutnya gadis itu menyadari kalau pria di hadapannya adalah pria yang pernah dia lihat sedang memeluk Bundanya di butik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Hearty 💕
Bener ya... jadi besanan para ortu
2024-01-23
0
Siti Mujimah
oh no oh no..makin gk respek dong
2023-07-16
0
Siti Mujimah
whatt!¡!??¡
2023-07-16
0