Melayani Suami

Kebetulan hari ini adalah weekend, Randy sudah keluar dari apartemennya untuk jogging meninggalkan Amara yang sibuk dengan pikirannya sendiri. Bagaimana tidak, ucapan sang suami tadi pagi yang mungkin juga berisi doa dan harapan agar dirinya menjadi istri salihah cukup menyita pikiran.

Gadis itu duduk bersandar di sofa dengan pandangan tertuju pada layar datar di hadapannya yang sedang menayangkan berita mengenai perceraian artis sedangkan pikirannya memikirkan harapan Randy.

Jadilah istri salihah

Jadilah istri salihah

Kalimat itu terasa terus mengiang, saat Amara mandi, sarapan bahkan sampai saat ini.

“Pak Randy mendoakan atau nyindir ya? Sudah jelas aku bukan istri salihah atau memang dia ingin aku jadi istri salihah?” gumam Amara.

Amara membuka ponselnya dan melakukan pencarian menjadi istri yang salihah. Dia mengernyitkan dahinya saat membuka salah satu link hasil pencarian dan membaca informasi yang dia dapatkan. Beberapa  poin sudah paham yang mana menjadi istri salihah adalah harus lebih dekat dan beriman termasuk taat pada suami juga menjaga aurat.

“Menjaga aurat?” gadis itu menunduk dan memandang penampilan dirinya sendiri. “Tapi ini di dalam rumah kali, jadi nggak masalah dong aku pakai pakaian begini.”

Kembali fokus pada layar ponselnya membaca kelanjutan hasil pencairannya.

“Melayani suami.”

Brak.

Ponsel yang dipegang Amara bahkan sempat terlepas dan terjatuh ke lantai, dia bahkan harus menarik nafasnya setelah membaca lengkap uraian dari maksud melayani suami.

Amara bukan gadis polos yang tidak paham maksud dari istri melayani suami, proses yang dimaksud sedang terlintas di benaknya. Apalagi dia pernah melihat adegan ranjang pasangan yang entah suami atau istri di ponsel Juan.

Terdengar suara pintu dibuka dari luar dan masuklah sosok tampan yang terlihat semakin tampan karena sedang berkeringat.

Gila, keringetan gitu makin kelihatan tambah macho jadi penasaran kalau lagi iya iya, batin Amara.

“Eh, kok aku jadi mesum begini sih.”

“Kenapa?” tanya Randy yang melihat Amara memukul kepalanya sendiri walaupun bukan pukulan kencang.

“Owh, nggak,” sahut Amara.

“Aku mandi dulu, kita sarapan setelah ini,” ujar Randy sambil meletakan ponsel dan earphone di atas meja.

“Mau mandi, ikut dong Pak,” lirih Amara yang sudah pasti tidak didengar oleh Randy yang sudah menghilang di balik pintu kamar.

Drt Drt

Ponsel Randy berdering, Amara menoleh dan tertera nama Hana di layar. Tidak mungkin Amara menjawab panggilan tersebut walaupun dalam hatinya ingin sekali mengatakan jangan lagi menghubungi suami saya.

Namun, dia masih punya hati untuk tidak melakukan itu. bagaimanapun perempuan bernama Hana adalah wanita yang akan dinikahi Randy dan saat itu belum tahu kalau calon suaminya sudah menikah.

“Tunggu, perasaan Pak Randy gimana ya?”

Ponsel tersebut kembali bergetar tapi kali ini karena pesan masuk. Lagi-lagi Amara menatap layar ponsel tersebut dan bisa membaca pesan melalui jendela pop up, di mana Hana menanyakan kenapa Randy jarang berkabar dan menghubunginya.

“Aku jadi penasaran seperti apa perempuan ini.”

“Perempuan siapa?” tanya Randy yang sudah berjalan mendekat.

Mampus, sejak kapan dia di sana.

“Tuh, artis yang cerai padahal belum ada satu bulan menikah,” sahut Amara asal sambil menunjuk layar TV.

Randy menatap Amara dengan aneh, karena TV sedang menayangkan acara memasak.

“Apa belum sarapan bisa buat kamu mendadak jadi error?”

“Yah nggak mungkinlah Pak, dari ujung kepala sampai kaki nggak ada mode error.”

“Mau makan apa?” tanya Randy meraih ponselnya.

“Kayaknya tadi ada telepon deh,” ujar Amara.

Randy hanya diam saat fokus dengan ponsel di tangannya.  Tentu saja dia sudah membaca pesan dari Hana dan melihat log panggilan.

“Pak, boleh tanya serius nggak?”

Randy menoleh dan mengangguk pelan. Hati pria itu masih gamang dengan teguran kenyataan bahwa akhir-akhir ini dia memang mengabaikan Hana dan jarang berkabar pada wanita itu. dirinya berada dalam posisi seakan menyelingkuhi dua wanita. Amara sebagai istrinya dan Hana sebagai calon istrinya.

“Pernikahan kita mau dibawa ke mana? Pak Randy nggak mau talak aku sedangkan Pak Randy akan segera menikah dengan … Hana,” tutur Amara.

“Amara kita sudah bahas ini, aku sedang berusaha menjadi pria bertanggung jawab,” sahut Randy. “Mengenai Hana, aku juga mami dan Papi akan segera menemui keluarganya untuk mengatakan mengenai pernikahan kita.”

“Lalu?”

“Lalu bagaimana maksud kamu?”

“Kalau mereka sudah tahu Pak Randy sudah menikah lalu bagaimana?”

Benar juga yang dikatakan Amara, akan bagaimana kalau Hana tahu aku sudah menikah, batin Randy.

Melihat suaminya diam, mungkin bingung dengan keadaan mereka Amara pun tidak melanjutkan penasaran dan keingintahuannya.

...***...

Bruk.

“Aahhh,” hela nafas Amara saat mendaratkan tubuhnya di sofa.

Baru saja pulang dari kediaman Bunda sejak tadi siang, bahkan dia makan siang juga makan malam bersama Bunda termasuk juga Randy. Amara langsung disibukkan dengan ponselnya berbeda dengan Randy yang sudah berada di meja kerja yang ada di sudut ruang tamu apartemennya.

Pria itu memikirkan pertanyaan Amara tadi pagi juga ucapan Mirna ibu mertuanya saat mereka bicara berdua.

“Bunda sangat berharap kamu bisa menjadi suami yang baik dan membimbing Amara. Walaupun hal itu sudah tidak bisa kamu lakukan tolong jangan sakiti Amara, dia putri Bunda satu-satunya. Jangan pula kamu biarkan orang lain menyakiti Amara walaupun orang itu adalah orang terdekat kamu.”

“Huft.”

Randy lalu melangkah mendekati sofa dan duduk di samping istrinya.

“Pak kita nonton yuk, malam minggu nih masa cengo doang.”

“Nonton ke ….”

“Nggak usah di sini aja pakai TV, kalau ke bioskop nanti ketemu orang kampus bisa berabe. Kata Pak Randy, pernikahan kita jangan di publish ‘kan?”

Memang benar pernyataan itu adalah perintahnya tapi mendengar ulang dari Amara seakan menjadi sebuah sindiran karena sampai saat ini Randy belum juga melegalkan pernikahan mereka yang baru dilaksanakan secara agama.

Amara sudah berjongkok di depan laci di bawah TV,  mencari kepingan CD film yang menumpuk di sana.

“Ini masih terbungkus, belum di tonton ya Pak. Kita putar ini aja ya, aku juga belum nonton yang ini,” usul Amara.

Pasangan itu sudah kembali duduk bersisian bahkan Amara melipat kedua kakinya saat menyimak betul film yang diputar. Sesekali Amara terbahak sedangkan Randy hanya tersenyum. Sebenarnya film yang mereka tonton bergenre action tapi ada bumbu humor dan parahnya saat ini adalah adegan romantis di mana pasangan dalam film sedang berciuman dan memulai adegan ranjang.

Baik Amara ataupun Randy  terpaku dengan adegan tersebut bahkan harus menelan saliva karena didera canggung dan hormon yang menyeruak membuat keduanya merasakan keinginan meniru adegan yang mereka tonton.

“Amara, kita tidak boleh melihat ….”

“Kenapa? Pak Randy jadi kepingin? Aku mau jadi istri salihah dengan melayani suami seperti adegan itu,” ungkap Amara menunjuk TV sambil menatap Randy.

Terpopuler

Comments

Hearty 💕

Hearty 💕

Ara kamu yakin???

2024-01-23

0

Defi

Defi

Waduh kok Amara yang mulai duluan, padahal masi belum jelas arah pernikahan kalian kemana

2023-05-17

1

Sri Ayudesrisya46

Sri Ayudesrisya46

wah Amara lagi berusaha jadi istri shalihah yg melayani suami nya dengan baik

2023-05-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!