“Maksudnya bagaimana?” Randy tidak mengerti maksud dan kode yang diberikan Amara.
“Mana tugas pengganti untuk aku?”
“Tidak ada, aku hanya khawatir dengan kamu. Makanya aku minta kamu datang.”
Amara bergeming dan mengabaikan Randy.
“Aku sudah pesan makanan, kamu belum sarapan bukan?”
Amara masih kesal melihat para wanita memuja suaminya dan itu terjadi setiap hari. Namun, tersangkanya seperti tidak merasa bersalah.
“Amara,” panggil Randy.
“Pak Randy itu terlalu tampan dan sempurna sebagai seorang laki-laki.”
Randy mengernyitkan dahinya dengan pernyataan Amara. Saat dia membahas mengenai kondisi tubuh Amara juga kekhawatirannya, gadis itu malah membahas mengenai penampilan suaminya.
“Lalu?”
“Pak Randy senang dikagumi banyak perempuan?”
“Lalu aku harus bagaimana, aku tidak merespon bahkan mengabaikan mereka. Jadi sejak tadi kamu cemberut karena hal ini?”
Amara acuh masih dengan wajah cemberutnya.
“Jadi laki nggak peka banget,” gumam Amara.
Randy terkekeh, “Jadi kamu cemburu?”
“Eh, apaan cemburu. Ya enggak lah, mana mungkin aku cemburu.”
Interaksi Randy dan Amara terhenti karena terdengar ketukan pintu. Ternyata OB yang mengantarkan pesanan makanan.
“Makan dulu, kuliahmu hari ini penuh bukan?”
Amara bergeming membuat Randy menghela nafasnya dan membuka salah satu kotak makan.
“Buka mulutmu, biar aku suapi.”
“Aku nggak lapar.”
“Makan atau kamu aku makan!”
“Apaan sih, sejak kapan Pak Randy mesum begini?”
“Sejak kamu jadi istriku, buka mulutmu!”
Randy dengan telaten menyuapi Amara, membuat hati gadis itu menghangat dengan perlakuan Randy. Gadis itu menyadari kemarahan yang dia rasakan saat para wanita memuji suaminya adalah rasa cemburu.
Apa mungkin aku mulai menyukai Pak Randy, batin Amara saat menerima kembali suapan dari pria dihadapannya.
Jika Amara benar menyukai Randy akan sulit bagi dirinya menerima talak atau keputusan yang tidak memuaskan untuk hubungan pernikahannya kelak.
Makananya sudah habis, tapi Amara serasa enggan meninggalkan ruang kerja Randy. Beralasan kakinya sakit, gadis itu bersandar di sofa memainkan ponselnya dan sesekali mencuri pandang menatap pria yang sedang fokus dengan berkas di mejanya.
"Kalau memang sakit, lebih baik pulang dan istirahat di rumah," ujar pria yang berada dalam tatapan Amara.
"Nggak apa-apa, sudah baikan. Ini mau kembali ke kelas," sahut Amara.
"Mau diantar?"
"Tidak perlu, yang ada cewek-cewek pada keganjenan dan goda Bapak. Situ seneng tapi di sini pusing."
Amara sedang merapikan tasnya saat ponsel Randy berdering, dari ucapan pria itu sepertinya Imelda yang menghubungi Randy.
"Iya Mih, aku lihat dulu jadwalku baru aku sampaikan ke Hana."
Dari pada mendengarkan pembicaraan suami dan Ibu mertuanya tentang wanita lain, Amara pun meninggalkan ruangan itu bahkan tanpa pamit.
“Amara,” panggil Randy di sela panggilan teleponnya.
“Urus aja calon istri Bapak,” gumam Amara saat sudah berada di luar.
...***...
Randy pulang ke apartemen cukup larut dan mendapati istrinya sudah tertidur. Bukan urusan kampus yang membuatnya pulang terlambat, tapi pria itu menemui orangtuanya untuk membicarakan pertemuan dengan keluarga Hana dan menyampaikan mengenai pernikahannya.
Pria itu menghela nafas bahkan sampai mengusap kasar wajahnya saat melihat Amara yang mengenakan gaun tidur yang tersingkap memperlihatkan kedua paha putih mulusnya.
“Amara, kamu ceroboh sekali. Bagaimanapun juga aku seorang pria normal.”
Randy menuju toilet untuk membersihkan diri lalu menunaikan ibadah isya yang sudah agak lambat. Setelahnya, dia memperhatikan luka di tubuh Amara yang sudah mulai mengering lalu menyelimuti tubuh mungil Amara.
“Sepertinya aku harus tidur di sofa, dekat denganmu membuatku semakin menginginkanmu.”
Esok hari.
Amara terjaga dan menatap jam dinding menunjukan waktu subuh. Gadis itu sudah beranjak duduk dan memandang sekeliling kamar, tidak ada Randy di sana.
“Apa pak Randy tidak pulang?”
Mendapati suaminya berbaring di sofa dengan selimut yang sudah terjatuh ke lantai, Amara mendekati membangunkan pria itu.
“Pak Randy,” panggil Amara.
“Ehm.” Randy hanya bergumam dengan mata tetap terpejam.
“Pak Randy,” panggil Amara lagi, bahkan kali ini dia menggoyangkan tubuh pria itu.
Randy pun terjaga dan terkejut dengan Amara sudah berdiri di dekatnya.
“Ada apa? Kamu sakit atau butuh sesuatu?”
Amara menggelengkan kepalanya.
“Sudah masuk waktu subuh, Pak Randy tidak sholat?”
Randy menatap wajah Amara, tidak menduga kalau gadis itu bisa juga bangun awal tanpa dibangunkan olehnya bahkan mengingatkan untuk beribadah. Ternyata ada perubahan yang terlihat dari diri Amara semenjak mereka menikah. Tanpa disadari Randy pun tersenyum.
“Ngapain senyam senyum, bukan cepat berwudhu.”
“Bagaimana kalau kita sholat berjamaah,” ajak Randy.
Amara hanya menganggukkan kepalanya. Keduanya melaksanakan ibadah bersama bahkan setelah selesai Randy mengulurkan tangannya untuk dicium oleh Amara. Pria itu mengusap kepala istrinya dan berkata, “Jadilah istri salihah.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Hearty 💕
Makin 💕❤💕❤💕❤💕❤💕❤
2024-01-23
0
Hearty 💕
Ternyata 💕❤💕❤💕❤💕❤ mulai tumbuh
2024-01-23
0
Defi
kok jadi nyesek ya, walau Amara hadir disaat Randy dan Hana mau menikah
2023-05-17
1