Tidur di Sofa

Amara sudah berada di apartemen sejak sore, menunggu kehadiran Randy. Bukan karena statusnya sebagai seorang istri menunggu seorang suami pulang mencari nafkah tapi karena dia sudah lapar dan tidak ada makanan di kulkas dan laci sekitar dapur.

"Ishh, Pak Randy kemana sih, nggak tahu aku sudah lapar." 

Amara yang sebelumnya pergi begitu saja dari kediaman Bundanya tidak membawa bekal uang dan malu kalau harus minta apalagi dia masih dalam mode marah dengan Bunda. 

Pukul sembilan malam Randy tiba di apartemen, terkejut melihat Amara yang masih menunggunya. Gadis itu duduk di sofa dengan wajah cemberut dan tangan bersedekap. 

Yang membuat terkejut adalah pakaian yang dikenakan oleh Amara. Dengan piyama tanpa lengan berbahan satin dan celana piyama di atas lutut tentu saja membuat tubuh Amara terlihat menarik dan menggoda.

"Belum tidur?" 

"Gimana mau tidur, Pak Randy jadi suami nggak tanggung jawab banget sih. Koar-koar masalah tanggung jawab tapi aku kelaparan," tutur Amara. 

"Kamu belum makan?" 

"Mau makan apa? Nggak ada makan di sini. Minta uang," ujar Amara mengulurkan telapak tangannya. "Aku nggak mungkin minta uang sama Bunda." 

Randy mengeluarkan dompetnya dan mengambil beberapa lembar dan menyerahkan di telapak tangan gadis itu. 

"Ini sudah malam, pesan online saja." 

"Nggak mau, kelamaan. Aku mau makan di cafe bawah." 

"Tunggu! Kamu mau ke lobby?" 

"Pastinya dong, ke café harus lewat lobby." 

"Bukan itu, maksud aku kamu mau pakai baju ini ke cafe?" 

Amara menunduk memperhatikan pakaian yang dia kenakan. "Memang ada apa dengan penampilanku?" 

"Amara, tubuhmu tidak layak untuk dilihat orang kecuali suami kamu."

"Hahhh." 

"Ganti dulu, baru aku izinkan keluar!" 

"Tapi aku sudah lapar banget," keluh Amara. 

"Akan semakin lama kalau kamu mengajak berdebat." 

Amara menghentakan kakinya lalu kembali ke kamar. Tidak lama kemudian dia keluar sudah berganti pakaian, celana training dan kaos kebesaran milik Randy. 

"Pinjam, aku tidak bawa banyak baju," ujar Amara sambil berjalan menuju pintu. 

Randy ikut bersama Amara, karena sudah malam dan dia khawatir seorang gadis masih saja keluyuran. Berniat belanja dan mengisi kulkas serta dapurnya dengan bahan makanan.

"Pak Randy lapar juga?" 

"Tidak. Aku hanya ingin memastikan kamu aman," ujar Randy.

Ternyata Amara makan dengan begitu lahap, Randy yang menatapnya merasa bersalah karena mengabaikan dan melupakan kalau gadis itu memang menjadi tanggung jawabnya.

Teringat pembicaraan dengan orang tuanya saat Randy menjelaskan mengenai pernikahan dadakan yang terjadi. Pram mengusulkan agar segera menemui keluarga Hana untuk menyampaikan kondisi pernikahan Randy dengan Amara juga menemui orangtua Amara, walau bagaimanapun mereka saat ini berbesanan.

Pasangan itu sudah kembali ke unit mereka, Amara menghempaskan tubuhnya pada sofa.

“Ahh, kenyang juga. Akhirnya aku bisa tidur nyenyak.” Amara mengusap perutnya yang sudah terisi dan memejamkan mata.

“Habis makan jangan langsung tidur. Sudah sholat isya belum?” tanya Randy sambil melewati Amara dan menuju ke kamar.

“Iya, bawel bener punya suami,” gumam Amara yang merubah posisi duduknya lalu menghidupkan televisi menggunakan remote. Entah acara apa yang ditonton oleh Amara karena sesekali dia tertawa.

“Astagfirullah,” pekik Randy.

Amara bahkan sampai menoleh mendengar pekikan suaminya.

“Kenapa sih?”

“Harusnya aku yang bertanya, ada apa dengan pakaianmu?”

Amara berdiri dan menatap kembali pakaiannya. Saat Randy di kamar, dia melepaskan celana training yang kedodoran karena ukuran tubuh Randy dengannya sangat berbeda. Saat ini, Amara hanya mengenakan kaos  dan tanpa bawahan.

“Memang kenapa dengan pakaianku. Kaos kamu ini besar, lihat saja dia sampai menutupi kedua pahaku,” ungkap Amara tanpa merasa bersalah.

Randy bahkan mengusap wajahnya mendengar jawaban Amara.

“Amara, kamu ….”

“Apa lagi? Aku begini ‘kan Cuma dilihat oleh Pak Randy bukan keluar rumah apalagi jalan-jalan di mall.”

Amara mematikan TV dan berjalan menuju kamar.

“Nikmati aja sih Pak, Cuma Pak Randy loh yang lihat aku begini.”

Randy menghela nafasnya dan berusaha menetralisir sesuatu dalam tubuh yang bergejolak. Bagaimanapun dia adalah laki-laki normal dan penampilan Amara barusan membangunkan sesuatu di bawah sana.

“Sabar Randy, walaupun dia halal tapi komitmen dengannya belum dibicarakan.”

Malam ini Randy memutuskan tidur di sofa, dia khawatir kalau di dalam kamar penampilan Amara lebih berani dari yang barusan dia lihat. 

Terpopuler

Comments

Becky D'lafonte

Becky D'lafonte

godaan ini namanya😄

2023-09-16

1

mui mui mun€€€¥¥

mui mui mun€€€¥¥

ditunggu lnjutanya kak.

2023-05-09

0

Reyhan Dwi

Reyhan Dwi

lanjut thotrr

2023-05-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!