Dikediaman Nugraha terlihat terjadi keributan yang membuat Kyara terbangun dari tidurnya. Wanita itu tentu kaget karena mendengar suara Mamanya berteriak-teriak hingga suaranya menggelegar sampai ke kamarnya.
"Ada apa ya? Kenapa Mama teriak-teriak gitu," gumam Kyara menyeret langkahnya untuk turun dari ranjang, masih terlalu pagi untuk ia bangun membuat ia bermalas-malasan keluar dari kamar.
Namun, begitu mendengar suara Mamanya yang cukup kencang dan diiringi suara tangisan, mata Kyara langsung terbuka lebar, ia bergegas berlari menuruni tangga untuk melihat apa yang terjadi.
"Pa, bangun Pa, kenapa dengan Papa?" Sandra terlihat menangis meraung seraya memeluk tubuh suaminya yang tengah kesakitan.
"Mama, apa yang terjadi Ma? Kenapa dengan Papa?" Kyara syok tentunya, ia ikut mendekati Nugraha.
"Papamu sepetinya terkena serangan jantung, tolong minta Pak Edi siapkan mobil. Kita harus membawanya kerumah sakit," kata Sandra memerintah dengan cepat.
Tanpa diperintah dua kali, Kyara mengangguk cepat-cepat, ia berlari keluar rumah untuk memanggil supir rumah mereka lalu meminta untuk mengantar mereka kerumah sakit. Kyara tidak sempat mengganti bajunya, ia langsung saja ikut ke rumah sakit menggunakan piyama tipisnya.
Sesampainya dirumah sakit, Nugraha langsung ditangani dan untungnya pria itu masih bisa bertahan membuat Kyara bernafas lega.
"Kenapa Papa bisa collapse, Ma?" tanya Kyara sedikit heran, seingatnya Papanya sudah lama tidak terkena serangan jantung.
"Tadi ada telepon dari kantor, proyek Papamu disabotase orang, banyak karyawan yang menjadi korban dan kita pasti rugi besar," ujar Sandra menjelaskan.
"Proyek Papa disabotase? Kok bisa, Ma? Bukannya selama ini baik-baik saja?" Lagi-lagi Kyara terkejut, padahal Papanya tidak punya musuh.
"Itulah, entah siapa yang tega melakukan ini kepada keluarga kita. Kau tidak mengatakan ini pada Kakakmu 'kan?" kata Sandra menatap Kyara.
Kyara terdiam, ia bingung harus menjawab apa, karena ia memang sudah mengabari Kakaknya tentang masalah Papanya.
"Kau ini." Sandra langsung berwajah masam melihat ekspresi wajah Kyara. "Apa kau tidak bisa berpikir? Kakakmu itu baru saja menikah, dia pasti sedang menikmati waktunya dengan suaminya, kenapa kau malah mengganggunya?" sergah Sandra begitu emosional.
"Maaf Ma, aku akan menghubungi Kak Nia dulu, mungkin-"
"Mama, Kyara!"
Ucapan Kyara menguap begitu saja tatkala terdengar suara Rania dari arah lorong. Kyara langsung menoleh dan ia kaget saat tahu jika Kakaknya tidak datang sendiri, melainkan bersama Kakak iparnya, Bara.
Kyara langsung menunduk begitu Bara sampai didekatnya, ia sungguh muak jika harus menatap wajah pria itu. Setiap melihat wajah Bara, selalu mengingatkannya pada malam menyakitkan itu.
"Mama, Kya, bagaimana keadaan Papa? Kenapa bisa jadi seperti ini?" Tanya Rania langsung saja begitu sampai di depan mereka.
"Rania, Papamu baik-baik saja kok. Sekarang sedang ditangani Dokter. Seharusnya kau tidak perlu repot-repot datang kesini, kasihan suamimu. Kyara ini memang benar-benar," kata Sandra masih saja menyalahkan Kyara.
"Enggak, ini bukan salah Kya, justru aku seneng karena Kya hubungin aku. Aku jadi tahu keadaan Papa," ujar Rania membela Adiknya, lagipula memang tidak ada salahnya jika Kyara mengabarinya.
"Ya, seharusnya saat ini kau masih menikmati masa pengantin baru dengan Nak Bara, tapi-"
"Tidak masalah Ma, kesehatan Papa lebih penting." Bara langsung menyela sebelum Sandra menyelesaikan ucapannya.
Mendengar ucapan Bara, membuat Sandra berhenti berbicara dan menyalahkan Kyara. Tapi wanita itu masih terlihat jengkel, hanya saja sekarang diam menunggu.
Mereka semua akhirnya menunggu Dokter keluar dari ruangan Nugraha untuk mengetahui kabar pastinya. Selama itu pula, Bara terus menatap Kyara, karena pria itu tengah sangat kesal melihat penampilan Kyara yang hanya menggunakan piyama tipis setengah paha. Darah Bara seolah mendidih membayangkan berapa pria saja yang sudah menatap tubuh Kyara yang dipamerkan itu. Bara akhirnya mengambil ponsel dan mengirimkan pesan kepada wanita itu.
Kyara tentu begitu tidak nyaman karena Bara terang-terangan menatapnya dengan sangat tajam seperti itu. Hingga ia merasakan ponselnya bergetar menandakan ada pesan baru. Kyara segera membukanya dan ia kaget karena pengirim pesan itu adalah Bara.
Pergi ke toilet sekarang, kita perlu bicara.
Kyara mengerutkan dahinya sama sekali tidak menggubris pesan itu dan hanya melirik Bara dengan malas.
Drtt ... Drttt ...
Ponsel Kyara kembali bergetar dan lagi-lagi Bara mengirimkan pesan, namun sekarang disertai foto.
Menurut, atau foto ini akan aku tunjukkan kepada Kakakmu.
Mata Kyara membulat sempurna saat berhasil mengunduh foto itu, ia benar-benar terkejut karena foto itu adalah foto dirinya dengan Bara yang sedang tidak memakai apapun. Bara pasti yang sudah mengambil foto itu saat ia masih tertidur.
Kyara mengigit bibirnya saat membaca pesan itu, ia menatap Bara yang memasang wajahnya yang begitu dingin. Dan Kyara sadar, jika saat ini Bara benar-benar marah membuat ia mau tidak mau menuruti keinginan pria itu.
"Aku mau ke toilet sebentar," kata Kyara bangkit dari duduknya membuat semua orang menatapnya tapi tidak mengatakan apapun.
Kyara sendiri tidak membuang waktunya, ia bergegas pergi menuju toilet yang menurutnya aman untuk dipakai bertemu dengan Bara, ia tidak mau jika ada orang yang akan melihatnya nanti bersama Bara.
Cukup lama Kyara menunggu didepan toilet dengan perasaan campur aduk tak karuan. Sampai ia melihat Bara datang dan langsung menarik tangannya masuk kedalam toilet itu lalu menghempaskan tubuhnya dengan keras ke dinding.
"Apa lagi maumu?" bentak Kyara tidak tahu lagi harus menyikapi Bara seperti apa.
"Siapa yang mengizinkanmu memakai baju seperti ini? Kau sengaja memamerkannya kepada semua pria diluar sana, hah!" Bara langsung meluapkan amarahnya, ia juga mencengkram lengan Kyara sangat kuat karena begitu emosi.
"Kau ini apa-apaan?" Kyara meringis kesakitan. "Lepaskan aku jika kau hanya ingin mengatakan hal tidak penting seperti ini," sergah Kyara mencoba melepaskan dirinya.
"Tidak penting katamu? Ini penting untukku Kya, jika kau berani memamerkan tubuhmu lagi, aku akan membuat kau hamil saat itu juga!" bentak Bara kembali menghempaskan Kyara dengan kasar.
"Berhentilah mengancamku Bara, apa yang sebenarnya ada diotakmu itu? Aku tidak akan sudi mengikuti permainanmu karena ini semua salah. Dan kau harus tahu satu hal, ini tubuhku, jadi aku berhak sepenuhnya atas diriku, bukan kau!" seru Kyara menantang tatapan Bara yang gelap dan menyeramkan itu. Ia harus menunjukkan pada Bara kalau ia bukanlah wanita lemah.
Bara mengertakkan giginya, semakin marah hingga ia tanpa ragu menarik pinggang Kyara dan meremasnya sangat kuat, nyaris menyakiti. "Siapa bilang kau berhak atas dirimu? Semua yang ada dalam dirimu adalah milikku, dan kau harus menuruti perkataanku tanpa bantahan sedikitpun," kata Bara begitu serius.
"Kau memang gila! Jangan harap aku akan melakukannya," ucap Kyara mencoba mendorong Bara meski tidak berhasil.
"Baik, sepertinya membuat Papamu masuk rumah sakit belum membuatmu takut dan hanya menganggapku main-main ya? Bagaimana jika setelah ini akan aku buat dia benar-benar mati?" kata Bara menarik sudut bibirnya, memperlihatkan senyumnya yang licik.
"Jadi kau?" Kyara begitu terkejut mendengar ucapan Bara, ia tidak menyangka jika pria itu yang telah menyabotase proyek Papanya sehingga perusahaan rugi besar.
"Bagaimana? Sekarang kau tahu siapa aku Kyara?" Bara kembali menarik sudut bibirnya membuat Kyara benar-benar marah.
"Kurang ajar!" Kyara bersiap melayangkan tamparan kepada Bara karena merasa pria itu sangat keterlaluan. Namun, Bara sudah lebih dulu sigap menangkap tangannya dan menciumnya seraya memejamkan mata.
"Jangan gunakan tangan ini untuk hal yang tidak penting, dia hanya boleh mencakarku dan membuat punggungku terluka saat kita bercinta nanti," desis Bara terus menciumi tangan Kyara penuh nafsu.
Kyara begitu jijik, ia segera menarik tangannya dengan kasar dan Bara yang tersenyum tanpa dosa.
"Sampai disini kau paham maksudku Kyara? Aku tunggu malam ini kau dirumahku, semoga kau tidak salah langkah kali ini," ucap Bara menjauhkan dirinya, memasukkan tangannya kedalam saku celana lalu meninggalkan Kyara setelah memberikan ancaman kecilnya. Bara yakin, setelah ini tidak ada alasan untuk Kyara menolak dirinya lagi.
Happy Reading.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Ita rahmawati
si bara pinter bgt y akalny 😏😏
2023-06-04
2
Sindi Cahyani
next kk
2023-05-07
1
iyel
jahat bngt sih si bara😡, semoga ada yg bisa bantu kyara 🥺
2023-05-07
1