Bara menyipitkan matanya, terlihat semakin tidak suka karena Rania dengan begitu berani meminta bercerai darinya. Dan tentu saja ia tidak akan melakukan hal itu, karena jika sampai ia bercerai dari Rania, ia akan kehilangan Kyara dan tidak bisa mengendalikan wanita itu lagi.
"Bercerai? Boleh, kau katakan saja kepada Papamu kalau kau memang ingin bercerai. Tapi sebelum itu harusnya kau tahu apa yang akan terjadi setelah itu," ujar Bara begitu dingin dan ketus kata-katanya.
Rania terdiam, ia memikirkan apa yang dikatakan oleh Bara. Ia tidak mungkin bercerai dengan Bara karena kedua orang tuanya pasti sangat syok, apalagi pernikahan mereka baru seumur jagung.
"Bagaimana? Apakah jadi? Jika iya, aku akan menghubungi pengacaraku, kita urus semuanya sekarang juga," kata Bara menjauhkan dirinya, mengambil ponselnya seolah ingin menghubungi pengacaranya, padahal pria itu hanya ingin membuat Rania semakin panik.
"Jangan!" seru Rania menahan tangan Bara dengan cepat. "Jangan lakukan apapun, aku tidak mau membuat kedua orang tuaku sedih karena masalah ini. Maafkan aku, aku akan pergi sekarang," ujar Rania menatap Bara begitu sendu sebelum ia beranjak dari hadapan Bara dengan membawa perasaan sakit dihatinya.
Bara hanya diam saja, ia menatap Rania sampai benar-benar lenyap dari pandangannya seraya mengulas senyum liciknya.
"Kau pikir siapa dirimu Rania? Bisa seenaknya mengaturku, kau dan keluargamu sudah berada dibawah kendali ku, jangan harap kalian akan lepas," desis Bara dengan tatapan yang begitu tajam. Setelah itu ia segera mengunci ruang kerjanya dan masuk ke ruangan lain melalui pintu yang berada dibalik rak-rak bukunya.
Siapapun tidak akan tahu jika dibalik lemari itu ada sebuah pintu rahasia yang menghubungkan dengan kamar Kyara. Jadi, jika Bara ingin melakukannya, ia tidak perlu repot melalui pintu utama dan agar tidak ketahuan tentunya.
Sesampainya dikamar Kyara, pandangan Bara semakin menggelap, ia menatap Kyara yang meringkuk di selimut tebalnya itu. Sama seperti sebelum-sebelumnya, Bara langsung mendekati wanita itu dan langsung menindihnya tanpa rasa canggung.
"Bangun ..." bisik Bara meniup-niup wajah Kyara agar wanita itu bangun. "Bangun Kya ... tugasmu masih banyak," bisiknya lagi, kali ini ia menenggelamkan wajahnya diceruk leher Kyara yang begitu harum memabukkan. Tangannya sudah bergerak liar menggerayangi tubuh adik iparnya itu dengan begitu lihai dan menggoda.
Kyara mengerutkan dahinya, tidurnya terusik saat merasakan sesuatu yang berat menimpa tubuhnya. Bahkan kini Kyara merasa merinding saat lehernya dijilati oleh Bara. Kyara langsung membuka matanya, dan ia terkejut bukan kepalang saat melihat Bara sudah ada diatasnya.
"Kau! Bagaimana kau bisa masuk!" pekik Kyara kaget bercampur bingung, seingatnya ia sudah mengunci semua pintu dan jendela.
"Ini adalah rumahku, setiap sudutnya sesuai keinginanku. Dan kau sudah berani membangkang perintahku lagi, malam ini kau harus aku hukum," kata Bara menatap Kyara begitu tajam.
"A-apa?" Kyara bertanya terbata-bata, ia mencoba bangkit tapi Bara segera mendorong bahunya lagi membuat ia tidak bisa berkutik. "Bara, tolong jangan lakukan itu lagi, aku minta maaf aku-"
"Diam! Kau satu-satunya wanita yang terus menolak diriku, aku harap ini terkahir kalinya kau membangkang perintahku atau kau akan tahu siapa aku yang sebenernya," bentak Bara mengeluarkan sebuah borgol yang sengaja dibawanya dan mengangkat kedua tangan Kyara diranjang.
"Bara, lepaskan aku Bara, ini sakit," ucap Kyara semakin panik, ia mencoba menarik kedua tangannya tapi hal itu justru membuat tangannya semakin sakit.
Bara tersenyum sinis, belum puas membuat kedua tangan Kyara terikat, pria itu mengambil dasi yang ada di laci samping ranjang lalu menutup mata Kyara membuat kepanikan wanita itu meningkat.
"Bara, kau mau apa! Lepaskan aku! Bara, akhhhhhhh ..." Kyara awalnya berteriak-teriak histeris, tapi beberapa menit kemudian ia memekik kaget saat Bara tiba-tiba mencium miliknya dengan bibirnya yang basah.
"Men de sahlah Kya, panggil namaku yang keras," kata Bara tersenyum kecil, ia ingin membuat Kyara takluk dengan permainannya dan wanita itu tidak akan sanggup berpaling darinya lagi..
Kyara bergerak tidak nyaman, ia berusaha untuk tidak mengeluarkan suara laknatnya saat digoda sedemikian rupa oleh Bara. Dengan keadaan kedua tangan yang diborgol dan mata yang ditutup membuat pikiran Kyara berubah liar.
"Baraaaa!!!!!"
____
Kyara melangkahkan kakinya perlahan menuju kelas di kampusnya, Ia harus berjalan hati-hati karena saat ini miliknya berdenyut dan sangat perih. Matanya juga terlihat cekung pertanda kurang tidur.
Tentu saja, semalaman penuh Bara membuatnya tidak henti men de sah dan mengajarkan banyak hal padanya. Kyara bahkan tidak tahu tidur jam berapa, tubuhnya sudah terlalu lelah untuk melihat jam, dan ia langsung tertidur setelah Bara menyelesaikan ronde terakhirnya.
"Sialan banget itu orang memang, apa dia tidak bisa melakukannya sekali saja? Sebenarnya tubuhnya itu terbuat dari apa?" gerutu Kyara kesal bercampur heran jika mengingat keperkasaan Kakak iparnya itu, mungkin sesuai dengan namanya, pikir Kyara.
Dorrr!!!
"Astaga, sialan!" Kyara mengumpat keras karena dikejutkan oleh Franda, sahabatnya.
"Hahaha, lagian jalan ngelamun aja sih. Lagi mikirin apa?" Franda terkikik geli, melihat muka bete yang ditunjukkan Kyara.
"Nggak usah ganggu deh, kepalaku sakit sekali. Pengen tiduran aja," ujar Kyara sama sekali tidak bersemangat, tubuhnya benar-benar lelah dan ingin tidur.
"Kenapa? Apa kau sakit? Sampai harus pakai Hoodie seperti ini," ujar Franda memandang sahabatnya begitu khawatir, karena saat ini wajah Kyara terlihat pucat. "Jalanmu juga aneh," sambung Franda lagi.
"Eh, bukan-bukan." Kyara langsung menggelengkan kepalanya. "Aku hanya pusing, pengen istirahat aja, mungkin kurang tidur juga. Jalanku kenapa? Bukannya selalu seperti ini?" ujar Kyara begitu gugup, jika diperhatikan memang jalannya lelet seperti keong karena miliknya benar-benar sangat perih sekali.
"Istirahat aja, hari ini 'kan cuma ada satu kelas, nanti-"
"Kyara."
Ucapan Franda terputus tatkala mendengar seorang pria yang memanggil nama Kyara. Keduanya menoleh secara bersamaan menatap pria yang baru saja datang.
"Astaga, Kak Saga, dia memanggilku?" Kyara tampak begitu gugup, terlihat sekali wanita itu menyimpan perasaan kepada pria yang bernama Saga itu.
"Iyalah, siapa lagi yang namanya Kyara?" celetuk Franda memutar bola matanya malas.
"Dia kesini Nda, dia kesini," kata Kyara malah heboh sendiri.
Saga sudah berada tepat dihadapan wanita itu, tidak lupa senyuman manis dengan kedua lesung pipi yang terlihat membuat wajah Saga semakin menawan.
"Kya, aku dari kemarin mencarimu. Akhirnya sekarang bisa bertemu juga," kata Saga menatap Kyara.
"Mencariku Kak? Memangnya ada apa?" tanya Kyara mencoba bersikap biasa saja meski saat ini hatinya ingin sekali meledak saat Kakak tingkat terpopuler di kampusnya itu mengajaknya berbicara.
"Tidak ada, aku hanya ingin mengajakmu pergi ke bazar yang digelar di alun-alun kota, banyak buku komik dan novel terbaru juga. Aku dengar kau suka membaca komik, ingin pergi bersama?" ujar Saga tanpa basa-basi lagi, toh tujuannya memang ingin mengajak Kyara.
"Komik? Ya, ya aku suka Kak. Kapan acaranya itu?" Kyara menanggapinya sangat antusias, ia sampai lupa jika sedang menjalankan mode ja'imnya.
"Siang ini Kya, kalau kau mau, kita bisa bertemu bersama," kata Saga lagi.
"Boleh, tapi aku sama Franda ya?" ujar Kyara, tidak akan melupakan satu-satunya sahabat baiknya itu.
"Iya ajak aja," sahut Saga tidak keberatan.
"Nggak usah deh kayaknya, hari ini aku mau pergi sama keluarga soalnya. Kalian berdua aja," timpal Franda.
"Yah, kok nggak bisa sih? Padahal ini seru nanti," kata Kyara sedikit kecewa sahabatnya tidak ikut.
"Lain kali aja ya Kya, hari ini kalian berdua dulu. Have fun buat kalian," ucap Franda mengerlingkan sebelah matanya, menggoda Kyara yang pasti kesenangan karena bisa jalan berdua dengan Saga, pria yang dikaguminya sejak lama.
"Baiklah, kalau begitu sampai ketemu nanti siang Kya, aku masuk ke kelas dulu ya," kata Saga berpamitan, tidak lupa memberikan senyuman manisnya.
Kyara balas tersenyum seraya mengangguk singkat, ia sama sekali tidak menyangka kalau Saga akan mengajaknya pergi, padahal selama ini pria itu terlihat sangat jauh untuk digapai. Tapi sekarang Saga malah menghampirinya sendiri.
"Aku tidak sabar menunggu siang nanti," kata Kyara tersenyum-senyum sendiri.
"Dasar yang udah jatuh cinta," celetuk Franda mengerlingkan kepalanya tapi ikut tersenyum karena tingkah Kyara itu.
Kyara tidak mempedulikannya, ia lalu mengajak Franda masuk kedalam kelasnya. Namun, sebelum itu, ia merasakan ponselnya bergetar, ada sebuah pesan masuk dari Bara, membuat Kyara langsung membukanya.
Datang ke kantorku nanti siang, jangan sampai terlambat.
Kyara berdecih, bukannya takut ia malah langsung mematikan ponselnya, sungguh menganggu kesenangannya saja.
Happy Reading.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Afternoon Honey
sadis banget itu Bara 😡
2023-09-18
1
miyura
lanjut othor..
2023-05-08
2
Sindi Cahyani
next
2023-05-08
2