Ketika rasa hanya bentuk dari tipu daya. Maka yang tersisa hanyalah frasa tanpa arti. Begitulah kehidupan Ameera yang terbelenggu dalam cinta Ryan. Bagi wanita itu, pernikahannya merupakan jalan pulang tetapi bagi sang suami hanya jembatan masa depan.
Jangankan cinta, pria yang selalu memanjakannya itu hanya ingin mendapatkan sesuatu yang dianggap sebagai tameng kehidupan. Seorang pewaris yang tidak bisa diberikan sang istri pertama. Andai Laura tidak mengalami kecelakaan yang menyebabkan pengangkatan rahim, sudah pasti ia tak harus melakukan kegilaan yang menyeret wanita ketiga ke dalam hidup mereka.
Ia sadar telah merencanakan segalanya sejak awal melihat Ameera yang saat itu tengah melakukan obrolan dengan seseorang melalui telepon. Percakapan yang membuat pikiran seorang pebisnis bekerja dengan cepat membaca kesempatan yang ada. Layaknya bintang jatuh bersinar terang.
Sehingga tanpa menunda waktu, ia meminta Lee memeriksa semua latar belakang Ameera. Setiap detail informasi yang memudahkan rencananya. Yah, setidaknya apa yang menjadi tujuan dilakukan tanpa meninggalkan jejak keraguan. Maka ia sengaja mengubah profile selama beberapa waktu agar Ameera percaya akan cintanya.
Termasuk membayar di muka biaya bermalam dengan Ameera agar wanita itu bersih dari sentuhan pria manapun. Semua sudah dipikirkan dengan baik hanya saja sampai kapan sandiwara cinta harus ia jalani? Bahkan ketika sudah menikah dan untuk menyentuh wanita itu saja, ia harus membayangkan wajah Laura.
Memang miris karena harus berbagi ranjang dengan wanita lain tanpa rasa cinta. Akan tetapi semua itu harus dilakukan demi sang istri tercinta. Sulit memang pada awalnya hingga ia mulai terbiasa memiliki istri lain untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginan hati hanya saja tidak tau sampai kapan hubungan yang selalu menjadi alasan Laura kecewa itu akan berlangsung.
Pertanyaannya bukan sampai kapan tetapi apakah dia sanggup untuk menghentikan semua itu? Ketika nanti Ameera benar-benar mengandung anaknya. Bukan tidak mungkin kasih sayang itu tumbuh. Entah kenapa dia sendiri mulai ragu terhadap dirinya sendiri.
Untuk pertama kali ia merasa perasaan, hubungan dan juga toleransi mulai terpisahkan dari dalam arti serta pikiran. Sedangkan kesadaran menyadari benar tentang Laura yang memiliki segalanya kecuali tidak bisa memberikan keturunan padanya. Satu kenyataan itu tidak menjadi masalah tapi sang istri merasa ia memerlukan keturunan.
Bohong jika tidak menginginkan keturunan dari pasangannya sendiri hanya saja melihat situasi yang menjadi takdirnya. Dimana Laura tidak ingin dunia mengecap namanya sebagai pria tidak beruntung. Sehingga semua yang telah direncanakan atas kesepakatan bersama.
Akhirnya pria itu keluar dari kamar mandi dengan wajah basah yang membuat Ameera tersenyum karena pancaran ketenangan dari sorot mata sang suami. Tatapan yang memang membuatnya terpesona. Selama ini hanya sesekali memperhatikan wajah Ryan karena ia tidak ingin semakin jatuh cinta pada orang yang memang memiliki pahatan sempurna dari Sang Pencipta.
"Mas, aku mau apelnya lagi," ucap Ameera mengulurkan piring yang telah kosong.
Ryan mengangguk dengan langkah kaki menghampiri meja yang memang diisi oleh deretan keranjang buah sesuai dengan keinginan sang istri. Diambilnya satu buah apel yang beraroma segar manis menggoda. Kemudian ia berjalan menghampiri brankar tempat sang istri berada.
Lalu mengambil piring yang menggantung di udara. Tidak ada kata selain seulas senyum yang terus terkembang menghiasi wajah. Tangan kekar itu mulai mengupas kulit buah apel tanpa ada percakapan sedikitpun. Hening yang membuat Ameera ikut merenung.
"Kenapa kamu sangat diam sekali, sih, Mas. Bukankah selama ini kamu yang selalu banyak bicara atau karena situasi saat ini sehingga kamu marah denganku?" Ameera menatap intens Ryan yang seketika melirik ke arahnya, tetapi lirikan mata itu tak bermakna.
Sepotong buah apel diberikan, lalu ia melanjutkan mengupas potongan lain agar Ameera bisa menikmati makanan tanpa banyak komentar, sedangkan di sisi lain kesepakatan final baru saja berakhir. Dimana kesepakatan itu antara Zoya dan Lee.
Keduanya menandatangani sebuah kertas dengan segel yang memang menggunakan darah masing-masing. Cap jari jempol warna merah beraroma anyir membuat kesepakatan mereka semakin jelas. Apalagi ketika syarat dari si gadis remaja mengejutkan dan Lee hanya bisa menyetujui tanpa syarat tambahan.
Namun setelah memikirkan dengan baik. Lee tidak bisa mundur karena apa yang akan terjadi nanti mungkin tanggung jawab keduanya. Sementara saat ini yang terpenting baginya adalah dia bisa mendapatkan Zoya serta membuat gadis itu tetap berada di sisinya sampai kapanpun.
Egonya semakin melambung tinggi ke angkasa hingga tanpa sadar dia tak memahami bagaimana kehidupannya di masa depan. Zoya yang telah merencanakan sesuatu di balik syarat kesepakatan di antara mereka berdua. Ketika seseorang berbuat licik, maka gadis itu memilih bersikap bijaksana sebelum memulai rencana selanjutnya.
"Sekarang kita partner, jadi sesuai kesepakatan pertama. Kamu harus melakukan tugas pertama dan pastikan jangan sampai kakakku curiga. Jika terjadi kesalahan, maka semua ini tidak akan ada artinya dan jangan salahkan aku jika menghilang darimu.
"Jangan berharap kamu bisa menemukan aku di peradaban dunia yang kamu kuasai." sambung Zoya membuat Lee menatap ke arahnya dengan tatapan tak suka.
"Apakah kamu mulai mengancamku?" Lee mempertanyakan pernyataan yang sudah jelaskan apa maknanya.
Sementara yang ditanya hanya mengedikkan bahu. Kemudian melengos mengalihkan pandangannya ke arah lain. Gadis itu merasa apapun yang keluar dari bibirnya, tak akan sebanding dengan rasa sakit di hati dan juga pikiran yang digoreskan Lee. Siapa pria itu hingga berhak mengintimidasi.
Lee tidak memiliki hak untuk mengatur kehidupannya. Jangan Lee, bahkan kakaknya saja tidak pernah memberikan ultimatum hanya untuk membuat dia tetap tinggal di dalam rumah. kehidupan bebas itu bukan tentang peraturan tetapi tentang tanggung jawab yang harus disadari oleh diri masing-masing.
Seperti saat ini, dimana satu tanda tangan yang merupakan kesepakatan bersama akan menjadi tanggung jawab. Ia tidak akan menghindari apa yang sudah menjadi keputusannya. Hanya saja jika Lee mengingkari semua syarat yang sudah diajukan.
Maka bukan salahnya jika berkhianat meski itu harus membuat kekacauan di dalam kehidupan sang kakak. Mungkin untuk saat ini tidak akan terjadi apapun. Sampai suatu saat nanti ia menemukan jalan untuk melindungi sang kakak dari orang-orang yang bermuka dua.
Sampai kapanpun, bagiku kamu adalah iblis. Raga ini bisa menjadi milikmu tapi tidak dengan hatiku. Sebanyak kamu menuntaskan hasrat, perhitungan kebencian dalam diriku semakin meningkat. Kita lihat, siapa yang jatuh dalam permainan takdir dan tipu muslihat kalian.~kata hati Zoya yang enggan menatap ke arah Lee.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments