Pemberontakan di mata sang permaisuri berujung kehangatan derit ranjang yang bergoyang. Ryan memberikan sentuhan gelora pada wanita yang memang berhak atas jiwa, raga dan juga hatinya. Pria itu tak membiarkan tubuh polos putih terlewatkan walau hanya sejengkal.
Pergulatan panjang yang menjadi obat kerinduan melupakan waktu yang berputar begitu cepat hingga akhirnya tubuh saling berendam menikmati sensasi hangat kolam penyatuan. Entah sudah berapa kali benih masa depan diluncurkan bersama jeritan kenikmatan.
"Hubby, bagaimana tenagamu begitu kuat? Aku sudah tidak tahan tetapi biarkan sejenak istirahat. Kemarilah," tubuh yang masih menyatu membuat keduanya seperti boneka.
Kekasih hati manapun akan sakit hati melihat adegan ranjang suami sendiri tetapi apa lagi yang bisa dilakukan? Teguran atau keluhan bahkan tidak bisa mengubah kenyataan. Kini ia hanya menyuarakan apa yang selama ini terpendam. Salahkah?
Tatapan mata tak kuasa melihat hasil lukisan cinta darinya, "Bagaimana keadaanmu? Apa semua baik disini?"
"Semua baik, tapi aku sangat merindukanmu. Bisa-bisanya ditinggal sendirian tanpa pernah berpikir diriku masih hidup atau ... Emmptt ...,"
Tak ingin permaisuri hatinya meneruskan ucapan yang bukan-bukan. Ryan sengaja membungkam wanitanya dengan pagutan mesra. Tangan mencengkram mengharapkan dilepaskan tetapi tak kunjung mendapatkan kebebasan. Sentuhan yang semakin berkelana kembali menyatukan rasa.
Sementara di kamar lain, Ameera baru saja terbangun. Wanita itu mengedarkan pandangan matanya ke sekeliling. Kamar nan luas tetapi hanya seorang diri. Dimana Ryan berada? Biasanya sang suami akan menyambut dengan secangkir minuman segar agar ia kembali relax.
Untuk pertama kalinya setelah pernikahan ia merasa kesepian. Tak ingin berburuk sangka, Ameera memilih membersihkan diri agar tubuhnya kembali merasa nyaman. Fasilitas yang memadai membuat ia merasa hidup di kerajaan.
Tiga puluh menit telah berlalu, langkah kaki keluar dari kamar mandi menuju ruang ganti. Lemari kaca empat pintu menjadi tujuannya, "Coba aku lihat apa ada pakaian yang bisa kukenakan," digesernya pintu pertama hingga memperlihatkan deretan gaun indah nan elegan.
Mata terkesiap melihat semua persiapan yang dilakukan suaminya. Apakah itu berarti selama ini Ryan hanya tengah menguji dirinya? Rasa penasaran semakin membelenggu, membuat tangan tak sungkan membuka tiga pintu lemari lain. Ia tak menyangka jika empat pintu hanya berisi barang wanita saja.
Kamar itu milik mereka berdua lalu kenapa hanya ada barang satu orang? Seharusnya tersedia pakaian untuk Ryan juga bukan? Aneh tapi lagi-lagi tak ingin berburuk sangka sehingga membiarkan keanehan itu tersimpan di dalam logikanya.
Setelah memilih pakaian santai yang dirasa nyaman, ia bergegas memakainya. Kemudian tanpa merias wajah langsung keluar meninggalkan kamar. Kemewahan memang bisa membuat nyaman tapi ya tetap bosan jika sendirian. Langkah kaki menyusuri anak tangga seraya memperhatikan setiap sudut ruangan dari lantai atas.
Mansion yang luas dan jika ia berteriak di dalam kamar. Bisa saja tak seorangpun tahu. Saking luasnya hingga selalu membutuhkan walkie talkie atau lebih tepatnya menggunakan interkom yang terhubung di seluruh ruangan. Wajar saja sih, namanya juga bangunan yang didesain mewah nan luas.
Terlihat beberapa pelayan tengah sibuk menyiapkan makan malam. Padahal masih pukul tiga sore. Kenapa sudah membuat masakan sebanyak itu? Dihampirinya orang yang sibuk melakukan pekerjaan itu, lalu menyapa dengan sopan.
"Sore, semuanya. Harum sekali masakannya, boleh icip gak nih?" tanya Ameera membuat seorang pelayan mengambilkan piring disiapkan ke atas meja, sedangkan pelayan lain menarik kursi agar bisa didudukinya.
Rasanya tidak nyaman diperlakukan seperti itu tapi tak enak hati juga jika menolak dilayani. "Terimakasih, jangan diambilkan. Aku bisa sendiri tapi masa makan sendiri. Kalian ikut makan ya." ajaknya membuat para pelayan saling pandang, kemudian menggelengkan kepala serempak.
"Kalian ini kenapa cuma diem? Gak jawab satupun ucapanku, apa iya sariawan bareng?" tanya Ameera begitu polosnya membuat para pelayan harus menahan diri agar tetap diam karena peraturan sang majikan sudah jelas tidak bisa diganggu gugat.
Tadi masalah pakaian yang membuat hati heran, sekarang sikap para pelayan yang menambah kebingungan. Sebenarnya ia tinggal di istana atau kuburan? Kalau orang yang ada di dalam rumah hanya bungkam, trus siapa yang bisa diajak ngobrol saat Ryan tidak bersamanya.
"Non, silahkan makan. Akan saya temani dan kalian kembali ke belakang!" ucap seseorang dari belakang mengalihkan perhatian Ameera.
Wanita itu menoleh menyambut seseorang yang terdengar begitu tegas bahkan para pelayan patuh tanpa komentar apapun. Seorang pria dengan pakaian bodyguard berjalan mendekati meja makan. Jika dilihat masih muda karena wajahnya terlihat segar.
"Kamu siapa?" Tatapan mata masih mengikuti langkah pria yang semakin dekat dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
❤️⃟WᵃfQueen Lee
gimana Ameera gak mikir aneh-aneh kalau di kamar yang di tempati gak ada baju Ryan sama sekali
2023-05-18
0
𝓐𝔂⃝❥Etrama Di Raizel
ngga isa bayangin, nanti Aameera tahu gimana perasaan nya ya 🥺🥺
2023-05-18
0
ᵘⁿⁱ🅢🅐🅡🅘💋E𝆯⃟🚀`oғғ
mungkin semua pelayan dirumah itu udh diperingatkan sebelumnya klo gak boleh ngomong apa² pda Ameera
2023-05-18
0