Permintaan sederhana sang istri langsung disanggupi Ryan, membuat wanita itu menyelesaikan ritual mandi lebih cepat dari biasanya. Lalu bersiap mempercantik diri agar kencan pertama setelah pernikahan lebih afdol. Senang rasanya setelah berdiam diri selama ini, ia bisa keluar menikmati udara segar.
Kesibukannya teralihkan ketika Ryan berjalan mendekat membawa sebuah kotak kado yang ternyata untuknya. Kotak kado diletakkan ke atas meja rias, bahkan dibukakan sehingga ia bisa melihat isi di dalamnya secara langsung. "Hubby, ini?"
"Untukmu sebagai identitas baru selama rencana kita belum berhasil. Kuharap permaisuri mau menerima hadiah kecil dari pelayannya." jawab Ryan lembut memberikan hadiah tersebut sepenuh hati.
"Wow, suamiku cerdas banget jadi makin cinta deh, by the way sejak kapan kamu membuat ini, hubby?" Diambilnya topeng dari dalam kotak. Tangan meraba-raba mencoba memeriksa hasil dari seni yang memang bisa menipu banyak orang.
Ryan sengaja memesan topeng kulit manusia agar mempermudah ia melakukan pekerjaan di luar sana tanpa mengkhawatirkan istri pertamanya. Sebagai seorang suami, ia peka dan paham bagaimana rasanya menjadi istri yang hanya bisa berdiam diri di ruang rahasia.
Jadi secara khusus meminta seorang seniman untuk membuat satu topeng dengan wajah mirip Ameera bahkan ketika selesai dipasang ke wajah permaisurinya. Bisa dijamin tidak akan ada yang curiga. Bukti sudah ada di depan mata.
Pelukan hangat menyentak kesadaran Ryan yang ternyata termenung dalam angan. Tatapan mata tanya menunjukkan ketidaknyamanan, "Jika wajah ini semakin membuatmu jatuh hati. Aku tidak sudi memakainya."
"Tidak ada yang seperti itu, ratuku. Permaisuri di istana ini hanya kamu, Laura Ryan Mahendra." Ryan mengeratkan pelukan seraya tersenyum menatap manik mata sang istri yang masih berwarna biru menenangkan. "Semua hanya untukmu. Jika aku berkhianat, kamu berhak membunuh raga ini."
Kesungguhan yang terpancar dari sorot mata Ryan begitu meyakinkan membuat Laura semakin mendekatkan wajahnya hingga tak menyisakan jarak. Sapuan lembut yang meraup rasa nikmat perkenalan kedua bibir yang saling bertautan. Dekapan hangat membawa keduanya dalam satu rasa dari hati yang menggebu-gebu.
Kebersamaan yang selalu menjadi awal perjalanan panjang justru diteruskan. Ryan seakan mendapatkan madu yang tidak ingin dia sia-siakan. Tangan nakal menurunkan resleting gaun sang istri tanpa melepaskan pagutan yang semakin menuntut lebih. Aksi yang saling berebut menambah irama detak jantung pasutri itu, sedangkan di tempat lain hanya ada ketegangan.
Hasil laporan belum juga keluar. Padahal sudah menunggu selama lima belas menit tapi dokter belum juga memanggilnya untuk memasuki ruangan. Sementara sang pengawal entah pergi kemana karena sejak ia keluar dari ruang pemeriksaan tidak melihat batang hidung Lee dimana-mana.
Duduk sendiri di bangku tunggu pasien dengan pemandangan lorong rumah sakit yang terlihat begitu sepi seperti tidak ada penghuninya. Selain suara helaan napas, tak ada lagi yang bisa mengalihkan perhatian dari kesendirian serta kesunyian di hati. Perlahan merebahkan punggung ke belakang seraya menatap dinding di depan mata.
Warna putih sebagai ciri khas rumah sakit menghempaskan angan bersambut kenangan. Memori yang sudah lama terlupakan tiba-tiba kembali hadir datang menyapa. Bayang-bayang yang menjadi awal kehancuran di dalam hidupnya. Bayangan itu merasuk meremukkan sisa harapan dan menghanguskan semangat yang pernah ada.
Semua berawal dari lima tahun yang lalu. Dimana keluarganya masih utuh tetapi tiba-tiba saja kepulangan sang ayah menjadi awal badai rumah tangga keluarga kecil yang selalu harmonis. Ayah yang pergi berpamitan untuk bekerja dan pulang justru membawa anak lain dari selingkuhan yang ternyata sahabat lama.
Ia ingat, sang ibu masih tersenyum meski hambar dengan tatapan mata kecewa menahan luka. Ingatan itu masih terekam jelas di dalam sanubari. Dimana tidak ada pertengkaran setelah kebenaran terungkap hanya saja semua rutinitas dan juga kebiasaan mendadak menghilang yang membuat ayahnya merasa tidak dihargai.
"Kau itu tidak tahu terimakasih. Sudah untung aku rawat dan besarkan anak kita. Eh ini malah nglunjak, makanan pesan trus, cucian numpuk. Mau jadi apa kau?" cecar ayah dengan nada oktaf yang bisa di dengar tetangga sebelah tapi ibu hanya diam dan pergi berlalu meninggalkan ruang makan tanpa peduli omelan suaminya.
Dibalik tirai kamar dengan pintu terbuka. Dua gadis dengan usia berbeda mendengar semuanya tanpa ada yang terlewatkan. Hari-hari berikutnya masih sama seperti badai yang menerjang tanpa ada penghalang hingga suatu waktu, sang ayah melewati semua batasan sebagai seorang suami yang membuat istri merasa tak sanggup lagi bertahan di dalam hubungan tak sehat.
Pertikaian semakin besar tanpa menyadari bahwa di antara keduanya masih ada dua anak gadis yang menjadi saksi kehancuran keluarga secara perlahan dalam hitungan satu bulan. Tiba-tiba hari naas itu datang, dimana niat hati melakukan proses gugatan cerai tetapi justru berakhir tragis karena kecelakaan beruntun yang menyebabkan nyawa melayang tanpa perawatan.
"Saudari Ameera!" panggil suster untuk ketiga kalinya. Wanita itu bahkan semakin meninggikan suaranya agar sang pasien mendengar. "Saudari Ameera!"
Tak ada jawaban, melihat itu ia berjalan menghampiri Ameera. Lalu menepuk pundak si pasien yang tersentak akibat ulahnya, "Dokter memanggilmu, ayo masuk!"
Ameera menganggukkan kepala, kemudian beranjak dari tempat duduknya. Kedua wanita itu berpindah tempat menemui dokter yang memang sudah menunggu menatap kertas di atas meja tetapi langsung mempersilahkan duduk begitu menyadari pasien sudah datang masuk keruangannya.
"Dok, langsung jelaskan poin utama saja. Aku akan mendengarkan." kata Ameera tidak sabar ingin tahu hasil pemeriksaan yang baru saja dilakukannya.
Anehnya dokter justru terlihat tidak bisa berkata-kata seakan ada yang mengganggu pikiran. Padahal terbiasa menangani pasien yang memiliki banyak keluhan dan juga berbagai penyakit yang ingin mendapatkan pengobatan terbaik. Hal itu membuat Ameera bingung karena baru kali ini menemui seorang dokter yang pendiam.
Kertas laporan di sodorkan ke depan, "Hasil pemeriksaan tidak ada masalah apapun tapi justru kami menemukan penyakit yang harus segera ditangani. Apakah kamu sering melakukan hubungan intim dengan waktu yang terlalu sering?"
"Iya, Dok. Aku baru menikah jadi kami sering melakukan itu, tapi kenapa dokter bertanya hal tersebut?" tanya balik Ameera karena penasaran tetapi tetap berkata jujur.
Satu jawaban yang membuat si dokter meminta Ameera untuk membaca hasil laporan terlebih dahulu. Dimana di kertas putih bertinta hitam tertera satu jenis penyakit yang tampak asing untuknya yaitu Endometritis. Penyakit yang menyerang wanita tanpa pandang bulu.
Endometritis merupakan kondisi peradangan pada lapisan rahim (endometrium) yang biasanya disebabkan oleh infeksi. Kondisi ini dapat menyerang wanita dengan faktor risiko tertentu. Selain itu, endometritis juga dapat menyasar ibu yang baru melahirkan. Kondisi ini dikenal sebagai endometritis postpartum sebagai infeksi yang menyerang endometrium atau saluran genital bagian atas.
"Dok, apa penyebab penyakit endometritis?" tanya Ameera tetapi masih fokus membaca setiap kata yang ada di atas kertas.
Si dokter membantu Ameera menemukan hasil pemeriksaan yang berkaitan dengan penyebab utamanya terkena penyakit endometritis, "Hal itu disebabkan karena Infeksi menular seksual (IMS), seperti klamidia dan gonore. Itulah yang terjadi pada kamu."
"Jika endometritis bergejala ringan dan disebabkan oleh kondisi lain, seorang dokter akan memberikan antibiotik oral. Namun, apabila penyebab endometritis adalah penyakit menular seksual, sebagian dokter akan meresepkan obat untuk pengidap endometritis dan pasangan seksualnya."
Penjelasan dokter terdengar begitu jelas tapi apa yang harus dia lakukan? Masa iya memberikan hasil laporan pada Ryan yang baru saja mendapatkan cinta darinya. Kehidupan semakin berat ketika ujian datang diminta. Padahal niat hati ingin ikut program hamil sebagai bentuk kewajiban seorang istri.
"Jadi apa yang akan di lakukan team medis agar bisa memastikan bahwa aku benar-benar mengidap penyakit endometritis. Apakah operasi atau hanya pemeriksaan lain?" Ameera sengaja mengajukan pertanyaan lagi untuk mengetahui apa yang harus diputuskan untuk ke depan nanti.
Sementara dokter harus mencari pemilihan kata yang tepat agar penjelasannya nanti bisa diterima dengan mudah tanpa rasa bingung. Bagaimanapun Ameera bukanlah dokter yang memahami istilah di dunia kedokteran. Sehingga pemilihan bahasa harus bisa menyesuaikan.
"Kita menyebutnya kultur atau pengambilan sampel. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel dari serviks. Tujuannya untuk menguji bakteri yang dapat menyebabkan infeksi, seperti klamidia dan gonokokus (bakteri penyebab gonore). Lalu, ada juga biopsi endometrium yaitu tindakan medis ini dilakukan dengan mengeluarkan sejumlah kecil jaringan dari lapisan rahim untuk diuji.
"Secara keseluruhan akan ada pemeriksaan secara beruntun yang mengharuskan kamu tetap di rumah sakit. Sebelum itu, aku berharap suamimu tahu tentang kondisi saat ini agar bisa memberikan dukungan satu sama lain." sambung Si Dokter memberikan jawaban yang dianggap sudah sangat sederhana.
Kini jelas sudah tentang penyakit yang menyebabkan ia harus ekstra bersabar jika ingin melakukan program hamil. Akan tetapi ia juga sadar bahwa Ryan masih sibuk bekerja dan tidak mungkin menganggu. Sejenak terdiam memikirkan apa yang bisa dilakukannya.
Menghela napas pelan mencoba menetralkan perasaan yang berkecamuk di dalam hati dan pikiran. "Lakukan saja pemeriksaan hari ini, tapi tolong jika pengawal pribadiku bertanya bilang saja aku memerlukan perawatan karena kelelahan atau dehidrasi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments