Terkadang perasaan tak tenang yang datang menyapa menjadi bentuk alarm diri akan apa yang akan terjadi. Ameera semakin merasa gelisah begitu mobil memasuki pagar megah yang terlihat angkuh menantang siapapun yang menatapnya. Was-was hingga berpikir ingin kembali kembali ke villa tanpa tetangga.
Mobil berhenti terparkir di belakang mobil van yang menjadi pengawal perjalanan, lalu Ryan membuka pintu seraya menoleh ke arah Ameera yang tampak enggan untuk turun. "Sayang, ayo! Kita sudah sampai rumah keluargaku."
"Mas, apa kita tidak salah rumah?" tanya Ameera dengan polos tetapi lebih mengharapkan jawaban tidak dari suaminya.
Keraguan dimata wanita itu membuat Ryan menutup pintu mobilnya lagi. Tatapan mata saling terpaut mencoba memberi ketenangan dengan mata teduhnya. Tanpa kata semakin mendekatkan diri menyapu bibir kelu menikmati pagutan manja.
Tangannya menahan dada bidang yang semakin menginginkan kekuasaan, "Mas, kita di mobil." Ingatnya seketika menghentikan Ryan yang mulai tertahan menatap dengan tatapan mata berkabut.
Akhirnya pasutri itu turun bersama karena tak ingin khilaf. Para pelayan sudah berkumpul di depan rumah menyambut kedatangan mereka berdua. Lagi-lagi Ameera tertegun dengan apa yang dilihatnya. Semua seperti mimpi ketika hidup para raja tersaji di depan mata.
Tangan yang melingkar di pinggang semakin terasa erat. Ia tahu Ryan berusaha memberi dukungan agar bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan baru yang ada. Tanpa berlama-lama pria itu memperkenalkan sang istri kepada semua pelayan dengan nada suara bariton yang menyentak kesadaran Ameera.
"Salam kenal, semuanya." sapa Ameera kepada semua pelayan dan penjaga yang menganggukkan kepala tetapi cepat-cepat menundukkan pandangan lagi. "Mas, bisa pelankan suaramu? Aku merasa tidak nyaman mendengar itu."
"Hmm, ayo masuk!" Permintaan sederhana sang istri diabaikan karena itu tidak berlaku di dalam rumahnya.
Mansion dengan luas yang bisa dijadikan bandara, maka tidak ada salahnya jika ia bersikap lebih keras agar semua penghuni mansion bisa memahami tanpa harus mengulang perkataan. Baginya kehidupan di luar gerbang milik dunia tapi di dalam gerbang hanya miliknya seorang.
Tanpa mengharap apapun, pria itu menjelaskan beberapa bagian ruangan yang bisa disambangi Ameera di saat merasa bosan. Selain itu, ia juga menjelaskan beberapa peraturan agar tidak terjadi pelanggaran. Setiap detail dari apa yang tidak boleh dilakukan membuat wanitanya semakin gelisah.
"Mas, kenapa kamu berubah?" Ameera menatap Ryan dengan tatapan sendu. Jujur saja ia menyesal karena meminta pindah kembali ke kota. Baru beberapa menit saja, peraturan sudah menjadi belenggu di dalam sangkar emas.
Pertanyaan sang istri menyudahi penjelasannya tentang peraturan yang ada. "Jika kita hidup di dunia bebas, maka kebebasan yang didapat tapi disini. Semua memiliki tujuannya masing-masing. Percayalah kamu akan cepat mempelajari semuanya."
"Maksudnya mas apa?" Ia semakin dibuat bingung karena perubahan tak bisa dihindari.
Bukannya menjawab. Ryan justru merengkuh tubuhnya ke dalam gendongan. Langkah kaki menaiki anak tangga menuju entah kemana. Tatapan mata yang teduh masih menjadi miliknya tetapi kenapa hati semakin tak karuan? Sungguh pikiran pun kian bergelut tanpa arah yang pasti.
Kamar utama yang menggunakan password suara untuk terbuka berhasil mengalihkan perhatian. Ryan masuk tanpa menurunkannya, "Selamat datang di kamar kita. Kuharap istri tersayangbku bahagia dengan hadiah pertama pernikahan kita."
Kamar seluas rumahnya diisi dengan furniture lengkap dan pasti serba mahal bahkan ranjang dihiasi bunga segar berbentuk love seperti sengaja di dekor untuk menyambut kedatangan mereka berdua. Tanpa sadar tubuhnya terlepas dari dekapan sang suami.
"Semua pengaturan ini, apakah kamu yang buat Mas?" tanyanya tanpa memperhatikan kesibukan Ryan yang berdiri di belakangnya karena ia sendiri mencoba menghapal setiap sudut ruangan. "Mas Ryan!"
Niat hati ingin berbalik tetapi dekapan hangat mengejutkannya. Sentuhan tangan kekar bersambut embusan napas hangat menyusup merengkuh kenikmatan. Dibiarkannya sang suami memulai perjalanan panjang agar dapat melepaskan beban.
Pergulatan panas yang mulai terjadi tak luput dari perhatian seseorang. Tatapan mata tak berkedip melihat setiap adegan yang terpampang jelas di layar pipih yang terpajang di dinding depan ranjangnya. Sakit hati kian menyesakkan dada tetapi harus tetap bersabar. Semua demi kebaikan bersama.
Diambilnya remote yang ada di samping tempat duduk sebelah kanan, "Nikmatilah siang mu dengan rasa haus kasih sayang karena malamnya hanya menjadi milikku seorang." Tak ingin meneruskan tontonan, ia memilih merebahkan tubuh dengan mata terpejam.
"Cinta itu hanya tentang pengorbanan. Aku tidak berharap di cintai tanpa kegilaan. Percayalah kamu harus mendapatkan hukuman setimpal meski semua kau lakukan hanya demi kita." ujarnya dalam kesendirian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
𝐂𝐋𝐈𝐅𝐅💋🅁🄸🄽🄰👻ᴸᴷ
llah kamarnya dipasang cctv sapa yg liat itu
2023-05-18
0
❤️⃟WᵃfQueen Lee
kok aneh sih sama Ryan ini masak istri sendiri aja di batasi di rumah sendiri makin penasaran apa ada sesuatu yang di sembunyikan Ryan
2023-05-18
0
𝓐𝔂⃝❥Etrama Di Raizel
Nah kan, ini yang ngga enak. Ini itu di larang hadeh.
2023-05-18
0