Status kasta saja sudah berbeda tapi keberanian Lee bukan tanpa sebab. Pria satu itu memang menjadi kepala bodyguard yang memiliki kekuasaan untuk menggerakkan semua pelayan di dalam mansion sang majikan. Jadi tak seorangpun akan mengubah cara pandang selama izin tuan muda di genggaman tangan.
Arvind yang mengetahui Lee salah satu kesayangan kakak sepupunya hanya bisa mendengus sebal. Sebenarnya ia masih betah di mansion tersebut tapi lebih baik bergegas pergi meninggalkan kemewahan yang sangat menyilaukan hati dan pikiran. Rasa penasaran harus dikubur tanpa mendapatkan jawaban.
Awalnya ia datang untuk menemui kakak ipar yang baru saja diboyong ke kediaman sang kakak sepupu. Apalagi menurut informan yang sengaja dimasukkan menjadi salah satu pelayan menegaskan gambaran seorang gadis cantik dengan paras mempesona. Tentu saja ia penasaran hingga tanpa pikir panjang langsung mencari tahu sendiri.
Langkah kaki yang berjalan menjauh dari ruang tamu, membuat Lee menyalakan earphones di telinganya. Suara dering yang terdengar berganti sapaan familiar. Satu perintah sudah diterima tanpa perlu menjawab. Akan tetapi kini tugasnya semakin banyak.
"Fatma, kumpulkan semua pelayan di ruang tamu sekarang!" titahnya tanpa basa-basi bahkan tak ingin membuang waktu yang bisa menjadi kemarahan sang tuan muda.
Kesibukan Lee mengumpulkan para pelayan demi melaksanakan tanggung jawab seorang kepala bodyguard. Pria itu semakin terlihat tegas dengan wajah datarnya. Tatapan mata santai tetapi tajam seperti elang yang siap memangsa buruan, sedangkan di sisi lain hanya ada penantian.
Sejak tiga hari hatinya merasa tidak tenang. Berulang kali menghubungi nomor yang selalu mengobati rasa rindu di dalam kalbu tapi entah kenapa tidak tersambung. Tidak seperti biasanya sehingga pikiran melalang buana tanpa arah tujuan. Ingin mencari tahu tetapi tidak memiliki koneksi maupun kenalan.
"Zoya, kamu jadi ikut gak? Ayo, aku sudah mendapatkan izin agar kita pulang ke rumahku selama tiga hari." ajak seorang gadis dengan penampilan hijabers yang bernama Ayesha.
Tatapan mata lembut pemilik kelopak mata bunga mawar nan mempesona. Zoya Claudia, adik dari Ameera. Gadis itu sengaja menerima tawaran teman sekamar di asrama hanya untuk mendapatkan kebebasan. Niatnya hanya ingin mencari tahu keberadaan sang kakak yang menghilang tanpa kabar bulan ini.
Ditariknya koper yang berisi beberapa pakaian, buku dan juga tabungan selama ia tinggal di asrama. "Terima kasih, Ay. Kuharap orang tuamu tidak keberatan karena menampung diriku selama beberapa hari."
"Hadeh, kau tuh. Ayah, bunda orang baik kok, paling cuma berisik kalau kita gak nurut. Lagian dengan kedatanganmu, aku jadi punya teman di rumah. Kuy, kita tunggu jemputan di depan gerbang saja." Ayesha merangkul bahu Zoya, lalu keduanya berjalan meninggalkan depan ruang komite sekolah.
Seperti biasa, asrama memberikan hari libur setiap sebulan sekali dengan rapel hari. Jadi meski hari minggu tetap akan aktif menimba ilmu, rapel hari yang dimaksud adalah pertukaran hari weekend menjadi tiga hari berturut-turut dan biasanya menjadi liburan awal bulan. Jika Ayesha terbiasa pulang ke rumah saat liburan.
Namun tidak dengan Zoya. Gadis itu hanya keluar dari asrama saat mendapatkan kabar dari seseorang yang selalu menjadi perantara antara ia dan sang kakak. Kehidupannya seperti terkurung tetapi masih bisa merasakan kedamaian asal sang kakak memberikan kabar setiap sebulan sekali.
Mobil jemputan datang tepat waktu. Kedua gadis yang terlihat sangat dekat itu masuk menempati kursi belakang. Lalu kembali melanjutkan obrolan random tentang beberapa pelajaran yang menjadi tugas selama liburan. Namanya juga guru, pasti kurang afdol kalau siswa dibiarkan berkeliaran saat hari bebas.
"Non, mau mampir makan dulu atau langsung pulang?" Mang Ucup bertanya dengan sopan, membuat Ayesha melihat jam di pergelangan tangan kanannya.
Sebentar lagi memasuki waktu sholat magrib, sedangkan perjalanan menuju rumah masih dua jam kurang. Jika tetap melanjutkan, bisa jadi kelewat waktu ibadahnya. "Kita mampir di warung biasa saja, Mang. Zoya, kamu gakpapa kan kalau harus makan di luar?"
"Tidak kok, selagi gratis aku terima dengan senang hati." canda Zoya menghangatkan suasana di dalam mobil bersambut tawa pelan Mang Ucup dan juga Ayesha.
Bagi Ayesha perjalanan pulang sudah menjadi rutinitas harian tapi bagi Zoya adalah hal baru. Gadis itu tak sungkan bertanya ini dan itu untuk mengenal dunia nyata yang selama ini tidak dikenalnya. Sang teman dengan sabar menjelaskan dengan menjawab semua pertanyaan sebisa mungkin.
"Zoya, bukannya kamu selalu di jemput ya? Apa keluargamu sesibuk itu sampai tidak sempat memberikan kabar." celetuk Ayesha mengubah topik pembicaraan ke hal yang mengusik pikirannya.
Zoya menghela napas seraya membuang muka menatap ke luar. Dimana jalanan dengan temaram sinar mentari menandakan waktu kian beranjak meninggalkan peraduan siang. Keramaian di luar sana hanya karena para pedagang kaki lima yang membuka kedai makanan menarik perhatian orang yang membutuhkan.
"Zoya, maaf jika pertanyaan ku salah." Tangan memegang pundak sang teman yang masih membelakanginya, "Sudahlah jangan dibahas lagi. Sebentar kita sampai di kedai yang selalu menjadi langganan saat perjalanan pulang dari asrama."
.
.
Jangan lupa mampir ke karya othoor yang lain ya🤗
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments