Seorang pria dengan penampilannya yang rapi, berjalan dengan cepat keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobilnya. Setelahnya, dia bergegas untuk pergi menuju rumah Sheeva, mantan calon tunangannya.
Sebenarnya, semua ini bukanlah keinginan tulus dari Amaar. Pada kenyataannya dia melakukan semua ini agar dirinya mendapatkan kembali apa yang telah dirampas oleh sang papa. Hal itulah yang membuat Amaar terpaksa untuk melakukannya.
"Kalau bukan karena jabatan, aku tak mau melakukan ini."
Terselip rasa kesal dalam benak Amaar karena harus melakukan semua ini. Sesekali Amaar berdecak kesal saat mengingat jika dirinya harus bertemu dan meminta maaf pada Sheeva karena masalah ini. Padahal sebenarnya dia sama sekali tidak merasa bersalah atau menyesal karena sudah melakukan semua ini pada Sheeva.
Namun, lagi-lagi dirinya harus menurunkan egonya demi sesuatu yang cukup penting. Sebab jika tidak, maka hidupnya tidak akan seperti dulu lagi. Amaar tidak mau kehilangan apa yang dimilikinya hanya karena wanita seperti Sheeva.
"Apa yang sebenarnya yang Papa lihat dari wanita itu? Dia bahkan tidak terlihat menarik sama sekali. Dia juga sama seperti wanita-wanita lainnya," kata Amaar dalam hati.
"Dasar! Andai saja Papa tidak tahu, pasti tidak akan seperti ini kejadiannya. Astaga, benar-benar menyusahkan sekali!" ujar Amaar kesal.
Sungguh Amaar kesal ketika mengingat doa ditampar papanya. Terlebih, jabatannya sebagai CEO ditarik oleh sang papa. Papa Amaar bahkan sama sekali tidak mau mendengarkan dirinya sedetik pun. Amaar benar-benar dibuat bungkam karena itu. Dia sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk membela diri.
Setelah berkendara dalam waktu yang cukup lama, Amaar akhirnya telah sampai di rumah Sheeva. Sebelumnya, dia memang sudah mengajak Sheeva untuk bertemu di luar rumah wanita itu. Bukan tanpa alasan dia melakukan itu.
Pada kenyataannya Amaar cukup malu jika harus berhadapan dengan beberapa orang di rumah Sheeva nantinya. Dia takut jika tidak bisa mengendalikan dirinya nanti. Apalagi pembahasan yang akan mereka bicarakan adalah hal yang cukup serius.
"Oke, harus bisa!"
Amaar keluar dari mobilnya, dan berjalan menuju pintu rumah Sheeva. Mau tidak mau dirinya harus menemui Sheeva di mana pun itu. Amaar sama sekali tidak memiliki pilihan lain sekarang ini. Jadi, akan lebih baik jika dirinya mengikuti alurnya saja sekarang ini.
Helaan napas panjang, keluar dari mulut Amaar begitu saja. Setelahnya, tangan kekar Amaar terulur untuk mengetuk pintu rumah Sheeva. Amaar mencoba untuk bersikap biasa saja, sebisa mungkin dia menyembunyikan ketidaksukaannya.
Tidak lama menunggu, pintu di depan Amaar itu pun terbuka dan menampilkan sosok Sheeva. Amaar mencoba mengulas senyuman semanis mungkin untuk Sheeva. Dia sungguh tidak ingin jika Sheeva mengetahui apa sebenarnya maksud kedatangannya.
"Sheeva, aku minta maaf. Aku benar-benar minta maaf karena sudah membuat kamu kecewa. Aku tahu, aku salah, dan sekarang aku berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi. Aku tidak akan berselingkuh dari kamu lagi, asal kamu mau kembali padaku," tutur Amaar dengan wajah memelasnya. Dia berusaha meraih tangan Sheeva untuk digenggamnya.
"Sedang drama apa?" tanya Sheeva seraya melepaskan tangannya dari genggaman Amaar.
Sheeva terlihat enggan untuk menatap ke arah Amaar. Bukan apa-apa, hanya saja dia sudah tahu dan sangat hapal jika seseorang yang sudah berselingkuh maka akan tetap mengulanginya lagi di suatu hari yang akan datang. Dia sangat yakin itu.
Berselingkuh akan menyebabkan seseorang itu merasa candu. Layaknya rokok yang akan terus membuat seseorang yang merasakannya ingin kembali merasakannya. Tidak peduli meski banyak bahaya dan juga dampak buruknya. Mereka pasti akan melakukannya.
Lagi pula Sheeva tidak mencintai Amaar. Jadi, untuk apa Sheeva kembali pada Amaar? Itu hanya akan menjadi keuntungan tersendiri bagi Amaar.
"Maaf, tapi aku tidak bisa. Aku akan memaafkan kamu, tapi tidak bisa dan tak akan pernah kembali pada pria brengsek seperti kamu!" tegas Sheeva.
Sheeba tidak akan merubah pendiriannya, walaupun Amaar terus memohon padanya. Sheeva tidak peduli dengan itu. Selain karena tidak mau kembali diselingkuhi, Sheeva pun ingin menjadi seseorang yang dihargai oleh orang lain, dan bersama dengan Amaar dia tidak mendapatkannya.
Amaar tidak pernah menghargai keberadaannya yang merupakan calon tunangannya saat itu. Sheeva memang mengerti jika kemungkinan besar, Amaar belum bisa menerima keberadaannya sebagai calon tunangannya. Namun, tentunya Amaar bisa sedikit saja menghargai dirinya.
Bukan, bukan maksud Sheeva untuk meminta Amaar terus memikirkannya. Hanya saja sebagai seorang wanita sudah pasti mereka juga akan memiliki keinginan untuk bahagia dan dihargai oleh calon pasangannya. Sheeva mengembuskan napas kasarnya, dengan cepat dirinya berbalik untuk kembali masuk ke dalam rumahnya.
"Silakan pergi dari sini, keputusanku tidak akan berubah!"
"Sheeva. Aku mohon, aku berjanji aku tidak akan melakukannya lagi, kumohon kembali padaku!" teriak Amaar.
Amaar benar-benar kalut atas penolakan yang Sheeva berikan. Dia takut jika nanti tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan kembali apa yang papanya ambil darinya.
Sheeva menghentikan langkahnya dan kembali berbalik menatap Amaar. Senyuman tipis wanita itu sunggingkan setelahnya Sheeva berbicara.
"Maaf, tapi aku akan tetap pada pendirianku. Aku tidak akan merubah itu, apalagi karena sosok sepertimu. Jangan pernah berharap lebih!"
Amaar merasa frustasi karena lagi-lagi Sheeva menolak untuk kembali padanya. Dengan kasar, laki-laki itu mengusap wajahnya. Decakan kesal pun terus keluar dari mulutnya sebagai bentuk pelampiasan dari amarahnya.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Amaar pada dirinya sendiri. Dia sungguh tidak bisa terus berdiam diri seperti ini.
Sementara itu, di tempat lain lebih tepatnya di rumah Amora, wanita itu menatap tidak percaya ke arah foto yang baru saja masuk ke ponselnya. Wanita cantik itu kembali membuka ponselnya dan melihatnya kembali. Foto yang entah siapa pengirimnya.
"Apa ini, kenapa Amaar melakukan ini?" lirihnya.
Amora sungguh terluka saat melihat foto itu. Isi foto itu adalah sosok Amaar dan juga Sheeva. Mereka terlihat begitu dekat bahkan Amaar menggenggam tangan Sheeva.
Wajah Amora memerah saat membayangkan bagaimana kekasih yang begitu dicintainya itu malah bersikap seperti itu pada Sheeva. Pikiran Amora melayang, apakah karena Sheeva kekasihnya itu menjadi tak mau bertanggung jawab? Ah, Amora berteriak menyebut nama Sheeva.
"Aku harus menemui Amaar!"
Dengan amarah yang menggebu, Amora bangkit dari duduknya dan keluar dari rumahnya. Amora memutuskan untuk pergi ke apartemen milik Amaar untuk membicarakan semuanya. Dirinya ingin mendapatkan penjelasan dari Amaar.
Amora bergegas masuk ke apartemen Amaar. Saat pria itu membuka pintu apartemennya, Amora memasang wajah marahnya. Dengan nada keras Amora meminta penjelasan dari Amaar atas foto yang ada di ponselnya. Di dalam apartement Amaar, terjadi keributan antar keduanya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments