Mendengar teriakan kencang menggema ke segala penjuru membuat semua orang yang berada di sekitar lokasi shooting menoleh ke sumber suara. Pun begitu dengan Sheeva yang tengah beradu akting dengan lawan mainnya bernama Rizky. Gadis berusia dua puluh lima tahun itu menghentikan sejenak kegiatannya sambil memandang lurus ke posisi Azam saat ini.
Pak Imam melempar headphone yang menutupi kedua telinga dengan kasar, merasa kesal karena pekerjaannya terganggu saat melihat Sheeva berhenti berakting.
"Cut!" teriak Pak Imam menggunakan pengeras suara. "Sheeva, yang fokus dong! Jangan karena hal sepele membuat konsentrasimu terganggu. Kalau banyak jeda, kapan mau rilis? Nanti saya kena marah produser nih karena kamu!"
"Iya Pak, maaf." Sheeva berucap tanpa mengalihkan pandangan dari depan sana. Mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi melalui celah tubuh beberapa warga yang sedang menonton secara langsung proses shooting berlangsung. Akibat antusiasme para warga membuat gadis itu sulit siapa orang yang telah membuyarkan konsentrasinya itu
Rizky menyentuh bahu Sheeva dan berucap lirih. "Palingan juga asisten baru yang buat kesalahan. Udah, enggak usah kepo mendingan sekarang kita lanjut shooting sebelum Pak Imam semakin bertanduk."
"Iya, Bang. Sorry, gue udah buat semuanya berantakan." Bagaimanapun Sheeva harus meminta maaf karena pekerjaan mereka terhambat akibat kesalahannya.
Rizky tersenyum lebar hingga memperlihatkan lesung pipi di sudut bibir. "Enggak masalah. Yuk mulai lagi!" ajak lawan main Sheeva. Lantas keduanya kembali ke tempat masing-masing.
Meskipun Sheeva masih penasaran, tetapi dia berusaha bersikap profesional dengan kembali fokus pada script yang sudah dibacanya sebelum pengambilan adegan. Mengucap setiap dialog yang tertulis walau rasa ingin tahu masih bersemayam di dalam dada.
Sementara itu, di tempat yang sama hanya berjarak sepuluh meter dari posisi Sheeva berada tampak seorang wanita sedang mengipaskan pakaian yang terkena siraman teh panas. Cipratan cairan berwarna coklat tidak hanya mengenai pakaian atas, tetapi juga tangan dan celana yang dikenakan.
"Lo tuh kalau jalan pakai mata! Lihat, apa yang udah lakuin ke gue sekarang. Minuman gue tumpah nih dan itu semua gara-gara lo!" sembur wanita bernama Renata yang tak lain adalah lawan main sekaligus rival Sheeva di dunia hiburan.
Azam tercengang dibuatnya. Pasalnya Tere-lah yang lebih dulu menabrak, tapi mengapa justru wanita itu marah dan memutar balikan fakta hingga membuat orang lain mengira bahwa Azam-lah yang bersalah. Benar-benar aneh.
"Loh, bukannya Mbak sendiri yang menabrak saya? Lalu kenapa Mbak malah marah-marah kepada saya," ucap Azam dengan mata melongo.
Renata menatap penuh kemarahan mendengar ucapan pria asing di hadapannya. Baru kali ini melihat ada orang baru dalam lingkungan kerjanya yang berani melawan padahal biasanya mereka akan takut dan segera meminta maaf meski tak melakukan kesalahan. Namun, kenapa kali ini berbeda?
Tak terima dengan sikap Azam, Renata melempar gelas terbuat dari karton yang isinya tinggal separuhnya saja ke tanah, kemudian berkacak pinggang dengan dagu terangkat ke atas. "Jadi, lo nuduh gue yang nabrak duluan? Udah jelas lo sendiri yang salah, malah enggak mau ngaku. Buruan minta maaf sebelum gue minta keamanan sini untuk ngusir lo."
Alih-alih meminta maaf, Azam justru membalikan badan dan hendak pergi mengayunkan kaki pergi meninggalkan Renata. Lagi pula dia merasa tak berkewajiban meminta maaf sebab dirinya tidak bersalah.
Akan tetapi, sebelum Azam melangkah, tangan Renata telah lebih dulu mencekal lengan pria itu. "Jangan pergi dulu! Lo belum minta maaf sama gue!" sergahnya cepat.
"Saya tidak akan pernah meminta maaf atas kesalahan yang tidak pernah diperbuat." Tanpa menunggu jawaban Renata, Azam segera melepaskan tangan wanita itu. Namun, wanita itu semakin kuat mencengkeram.
"Lo enggak pernah disekolahin ya sampai enggak tahu caranya minta maaf ke orang bagaimana? Apa susahnya sih bilang maaf ke gue. Atau ini adalah didikan yang diajarkan majikan lo agar selalu merasa paling benar meski sebetulnya lo berada di posisi salah."
Renata berkata begitu karena sebelum shooting dimulai, dia melihat Azam keluar dari mobil Sheeva sambil membukakan pintu untuk rivalnya itu. Terlebih saat ini Azam mengenakan seragam serba hitam yang biasa dikenakan sopir sehingga mempertegas dugaan Renata bahwa pria di depannya ini adalah sopir pribadi sang rival.
"Astaga, apaan lagi sih ini. Kenapa harus ada pengganggu di saat aku sedang bekerja," keluh Pak Imam. Lalu dia melambaikan tangan kepada salah satu asistennya dan berkata, "Ada apaan sih, kok bising banget?"
"Itu Bos, Mbak Renata sedang mengomeli sopir pribadi Mbak Sheeva. Katanya sih dia enggak mau minta maaf padahal udah nabrak Mbak Renata."
Mendengar nama sopir pribadinya disebut, tanpa pikir panjang Sheeva meletakkan topi caping kepada Rizky kemudian berjalan setengah berlari menuju tempat Azam dan Renata berada.
"Buruan minta maaf selagi gue masih berbaik hati. Kalau enggak gue bakal-"
"Bakal apa, hah? Lo berani macam-macam sama sopir gue?" tanya Sheeva dengan tatapan mengintimidasi. Berkacak pinggang seakan menantang Renata untuk berduel. Tidak ada ketakutan sedikit pun terpancar dari sorot mata gadis itu.
Renata tersenyum smirk mendengar suara Sheeva. Walaupun posisinya saat ini membelakangi Sheeva, tetapi dia hapal betul siapa pemilik suara lembut tersebut.
Membalikkan badan dengan dagu terangkat ke atas. "Wah, wah, ternyata lo gercep juga ya, Va, bisa langsung datang ke sini setelah denger gue marahin sopir lo yang ceroboh ini. Gue enggak nyangka lo akan sedemikian membela pegawai rendahan macam sopir lo ini."
Renata melirik Azam, lalu memperhatikan penampilan lelaki itu dari atas kepala sampai ke ujung kaki. Azam mempunyai wajah rupawan dan tubuh atletis dengan otot lengan tercetak sempurna meski dibalut seragam berwarna hitam. Seandainya saja dia tak melihat pria itu keluar dari mobil Sheeva, pasti menduga jika lelaki di sebelahnya ini adalah aktor terkenal tanah air.
"Ehm ... atau jangan-jangan lo punya hubungan spesial dengan cowok ini? Ck, kasihan banget sih hidup lo. Saking lamanya hidup menjomlo, sopir rendahan macam dia pun lo embat." Tersenyum mengejek karena berhasil mempermalukan Sheeva di depan semua orang. Hati semakin bahagia tatkala melihat wajah Sheeva merah padam.
Kedua tangan mengepal di samping badan, rahang mengeras dan gigi gemelutuk. Ingin rasanya Sheeva menyumpal mulut Renata, tetapi dia mencoba bersabar untuk tidak mempermalukan diri di depan semua orang. Terlebih saat ini ada banyak warga menonton dan mungkin saja satu di antara mereka adalah haters yang siap menyebar berita demi menjatuhkan nama baiknya.
Sheeva melipat kedua tangan di depan dada kemudian menaikan sebelah sudut bibir ke atas. "Emangnya kenapa kalau dia sopir, masalah buat lo? Lagi pula mau dia sopir, tukang kebun maupun pedangang keliling sekalipun, bukan urusan lo 'kan?"
"Daripada lo sibuk ngurusin hidup gue, lebih baik cari cara gih gimana caranya ngalahin gue. Emangnya lo mau selamanya terus berada di urutan kedua terus setelah gue? Kalau gue sih ogah."
Dengan gerakan cepat Renata mengangkat tangan ke udara, berniat menampar wajah Sheeva. Akan tetapi, sebelum telapak tangan sang artis mendarat sempurna di wajah mulus Sheeva, tangan kokoh seorang pria mencegahnya.
"Jangan pernah menyentuh Mbak Sheeva! Sekali saja Nona menyentuhnya maka Anda berhadapan dengan saya!" tandas Azam tegas.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Baek chanhun
bagus banget jalan ceritanya,
tapi mbak jarang update.
thanks mbak senja 💪😍🙏🏻
2023-05-09
0