2 VS 1

"Amaar!" teriak Amora.

Amaar tak peduli dengan teriakan Amora, dia terus berjalan menuju parkiran. Amora membayar pesanannya terlebih dahulu, lalu pergi menyusul Amaar. Sialnya, saat Amora sampai di parkiran, mobil Amaar telah melaju kencang.

"Sial!" umpat Amora.

Amora menggerutu karena Amaar meninggalkannya begitu saja. Wanita itu memberhentikan taksi lalu naik ke dalamnya. Dia akan pulang ke rumah terlebih dahulu. Di dalam taksi, Amora terus meluapkan kekesalannya pada Amaar.

"Kenapa, Mbak?" tanya sopir taksi.

Amora hanya meliriknya sekilas dengan sinis. Sopir taksi tersebut menelan salivanya kasar. Seharusnya dia tak bertanya pada Amora. Namun, sebagai manusia sopir tersebut merasa kasihan pada Amora.

"Sudah sampai, Mbak," ucap sopir.

Amora memberikan uang pada sopir taksi, lalu turun. Dia berjalan menuju rumahnya langsung menuju kamar. Sesampainya di kamar, Amora membanting pintu kamarnya dengan keras.

"Ini semua gara-gara Sheeva!" teriak Amora.

Barang-barang yang berada di atas meja dilempar oleh Amora. Dia melampiaskan amarahnya dengan melempar barang-barang itu. Amora marah karena Amaar tidak mau bertanggung jawab dan dia menganggapnya semua gara-gara Sheeva.

Ide gila muncul dalam benak Amora. Wanita itu merasa kalau Sheeva harus bertanggung jawab. Amora memiliki ide untuk menemui Sheeva secara langsung dan melampiaskan amarahnya. Rasanya masih kurang ketika melampiaskan amarah hanya dengan melempar barang-barang di kamarnya.

"Lo harus tanggungjawab, Sheeva," geram Amora.

Untuk menemui Sheeva tentu saja Amora harus mengetahui di mana keberadaannya. Sheeva tak mungkin ada di rumah, jadi Amora perlu informasi lokasi terkini. Mengingat Sheeva seorang artis terkenal, Amora langsung membuka aplikasi Instagram.

Amora mengecek akun Instagram milik Sheeva untuk mengecek di mana keberadaanya. Wanita itu dapat mengetahuinya dari lokasi terakhir Sheeva upload kegiatan shooting. Amora akan datang ke lokasi tersebut.

Amora mengganti pakaiannya menjadi lebih tertutup. Wanita itu memakai topi dan masker lalu keluar kamar. Dia menuju parkiran lalu masuk ke dalam mobilnya. Kalo ini, dia akan menyetir sendirian untuk menuju lokasi keberadaan Sheeva.

"Apa Sheeva masih shooting di sini?" tanya Amora.

"Mbak Sheeva hari ini ada jadwal pemotretan di luar," jawab seseorang.

"Boleh minta lokasinya?"

Amora sempat kesal karena Sheeva tak ada di sana. Namun, dia tersenyum senang ketika mendapatkan alamat pemotretan Sheeva. Awalnya, orang yang ditanya oleh Amora tidak membocorkan apa pun. Hanya saja Amora pandai merayunya.

Setelah mendapatkan alamat pemotretan Sheeva, Amora segera bergegas menuju mobilnya. Amora masuk ke dalam mobil lalu melajukannya dengan kecepatan rata-rata. Amora ingin segera sampai di tempat tujuan.

Jarak dari lokasi shooting ke pemotretan Sheeva lumayan jauh. Amora harus menempuh waktu sekitar 20 menit. Dalam perjalanan, Amora menyetel musik seraya ikut bernyanyi secara brutal.

Amora menyetel lagu yang sesuai dengan isi hatinya saat ini. Apa lagi kalau bukan lagu galau yang bisa menjadi pemersatu bangsa. Amora seolah bernyanyi satu persen, sisanya meluapkan isi hati.

"Di mana Sheeva?" tanya Amora pada salah seorang petugas di lokasi pemotretan.

"Maaf, Mbak siapa?" Petugas tersebut bertanya balik pada Amora.

"Aku ingin bertemu dengan Sheeva. Sampaikan kalau Amora menunggunya!" perintah Amora.

"Baik, ditunggu ya, Mbak."

Petugas tersebut berlalu, dia masuk ke dalam lokasi pemotretan. Amora dijaga oleh satpam supaya tidak masuk ke dalam. Awalnya Amora ingin menerobos masuk, tetapi tatapan tajam dari kedua satpam itu membuatnya mengurungkan diri.

"Maaf, Mbak Sheeva sedang melakukan pemotretan, tidak bisa diganggu," ujar petugas tadi yang sudah kembali ke hadapan Amora.

Amora yang sempat mengurungkan diri untuk menerobos masuk tidak punya pilihan lain. Namun, Amora berusaha untuk melakukan penawaran terlebih dahulu sebelum benar-benar menerobos masuk. Amora mengeluarkan uang yang cukup banyak dari tasnya.

"Izinkan aku masuk dan uang ini buat kalian," ujar Amora.

Awalnya para petugas itu menolak permintaan Amora. Namun, Amora terus membujuknya, hingga akhirnya penawarannya itu berhasil. Amora memberikan uang sogokannya pada petugas itu dan dia masuk ke dalam. Amora tersenyum tipis, dengan uang semuanya menjadi mudah.

Sheeva tengah melakukan pemotretan, dia menggunakan dress berwarna hitam. Riasannya yang terkesan natural membuatnya tampak elegan dan berkelas. Saat Sheeva tengah mengatur pose, Amora datang berteriak memanggil namanya.

"Sheva!" teriak Amora dengan emosi yang menggebu.

Sheeva sedikit terkejut karena Amora berhasil masuk. Namun, Sheeva tidak terlalu ambil pusing, Amora pasti melakukan berbagai macam cara. Amora berjalan mendekat ke arah Sheeva.

"Wah, ada tamu tak diundang," ujar Sheeva seraya tersenyum tipis pada Amora.

Amora semakin emosi ketika Sheeva mengejeknya. Tak peduli dengan orang-orang yang berada di sekeliling Sheeva saat ini. Amora tetap pada pendiriannya sejak awal.

"Puas lo mempermalukan gue, hah?" tanya Amora.

"Maaf, mempermalukan apanya, ya?" Sheeva pura-pura tak tahu.

"Lo pikir dengan menampilkan video gue sama Amaar di acara pertunanga kalian itu lucu? Itu buat gue dan Amaar malu. Nama gue jadi jelek dan semua itu gara-gara lo!" teriak Amora meluapkan kekesalannya.

"Oh ternyata lo masih punya rasa malu," sahut Sheeva enteng.

Amora berteriak memaki Sheeva, bahkan sempat akan mencakar wajah Sheeva. Namun, beberapa orang yang terlibat dalam pemotretan Sheeva menahannya. Mereka tak membiarkan Amora melukai Sheeva.

"Mbak, tolong keluar!"

Amora terus berontak, dia ingin mencakar Sheeva. Hanya saja kekuatannya tak sebanding dengan dua pria yang mencekal Amora saat ini. Sheeva tersenyum miring menatap Amora yang terus berteriak memakinya.

"Lebih baik lo keluar daripada buang-buang energi di sini," saran Sheeva pada Amora.

Amora berdecih, dia meminta dua pria yang mencekalnya itu untuk melepaskannya. Setelah dilepaskan, Amora langsung berjalan keluar dari ruangan pemotretan. Amora merasa tak puas karena Sheeva tak menanggapinya.

Meskipun insiden yang terjadi beberapa hari lalu tersebar gara-gara Sheeva, dia sama sekali tak menyesalinya. Sheeva sama sekali tak peduli, karena hukuman itu pantas bagi orang-orang macam Amora dan Amaar. Malu yang ditanggung oleh Amora dan Amaar tak sebanding dengan sakit hati orang tua Sheeva.

Amora meninggalkan lokasi pemotretan dengan wajah kesal. Dia berjalan menuju mobilnya seraya menendang batu-batu kerikil kecil. Sheeva dan Amaar membuatnya benar-benar marah.

"Amora?" tanya seseorang.

Amora menoleh, seseorang tengah berpapasan dengannya. Dia adalah Renata, Amora mengenalinya karena wanita itu sering mondar-mandir di televisi. Amora menghentikan langkahnya, Renata menghampiri seraya menjulurkan tangannya mengajak bersalaman.

"Renata," ujar Renata.

Renata tahu kalau itu Amora karena mendengar isu dari asisten pribadinya. Dia sempat diperlihatkan video Amora yang tengah bercumbu dengan Amaar. Selain itu, Renata juga sempat mencari tahu hubungan antara Amora dan Sheeva.

"Amora."

Renata tersenyum, dia mengajak Amora untuk mampir di kafe terdekat terlebih dahulu untuk berbincang. Renata tahu kalau Amora merupakan musuh bebuyutan Sheeva. Amora sempat menolak, tetapi Renata terus membujuknya.

Renata menggunakan nama Sheeva untuk membujuk Amora. Wanita itu ingin mengajak Amora sebagai kekasih gelap Amaar bekerja sama dengannya untuk menjatuhkan Sheeva. Amora akhirnya menyetujuinya.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!