Tawaran Pekerjaan

Merantau ke ibukota untuk mendapatkan pekerjaan ternyata lebih sulit dari yang dibayangkan. Hal tersebut sedang dirasakan oleh Azam. Hari ini, dia sudah berkeliling mencari pekerjaan di ibukota, mengunjungi beberapa perusahaan. Akan tetapi, tak ada satu pun yang mau mempekerjakannya dengan alasan tidak ada lowongan pekerjaan.

Amplop cokelat yang berisi surat lamaran pekerjaan itu digenggamannya. Kini, dia singgah terlebih dahulu di warung kecil pinggir jalan. Azam merasa tenggorokannya kering, oleh sebab itu dia singgah terlebih dulu membeli minum di sebuah warteg kecil di pinggir jalan.

Seorang wanita paruh baya memindai penampilan Azam mulai dari atas kepala hingga ke ujung kaki. Kemeja lengan panjang warna putih terlihat begitu cocok dengan warna kulit putih bersih sang pemuda. Celana kain warna hitam membungkus kakinya yang jenjang.

"Sedang mencari pekerjaan, Mas?" tanya penjaga warung ramah.

Azam tersenyum menanggapinya. Tanpa menjawab lebih pun, orang-orang juga pasti mengerti kalau dirinya tengah mencari pekerjaan. Amplop cokelat memang sudah bukan rahasia lagi untuk para pencari kerja.

"Masih muda harus semangat, jangan gampang nyerah. Kalau kitanya semangat, nanti pasti ada saja jalannya," sambung penjaga warung tersebut, memberi semangat pada pria tampan di depannya. Walaupun tidak bisa membantu, setidaknya dia dapat menyalurkan sedikit energi positif agar Azam tak pernah menyerah untuk mendapat pekerjaan.

"Iya, Bu. Pasti ada jalannya," sahut Azam seraya memberi senyuman.

Azam memesan satu gelas teh manis dingin untuk menyegarkan tenggorokan. Dia berpikir keras, ke mana lagi dirinya harus mencari pekerjaan? Tak ada satu pun perusahaan yang mau mempekerjakannya, sebab tak ada lowongan bagi karyawan tamatan SMA.

Bukannya tak semangat, Azam semangat mencari kerja. Hanya saja dirinya frustasi, sudah 2 bulan di ibukota mencari pekerjaan, masih belum mendapatkannya. Sementara, hidup sehari-hari pun membutuhkan biaya.

"Jadi totalnya berapa, Bu?" tanya Azam setelah menegak habis es teh manis yang dipesannya beberapa saat lalu.

"Lima ribu," jawab penjaga warung.

Azam memberikan uang lima ribu rupiah pada penjaga warung tersebut. Lalu, dia pergi meninggalkan warung untuk kembali ke kost-annya. Azam memilih untuk jalan kaki, kebetulan jaraknya tidak terlalu jauh dari lokasinya saat ini. Daripada mengeluarkan ongkos, berjalan kaki tidak terlalu buruk. Hitung-hitung olahraga.

"Capek juga ternyata," kekeh Azam seraya merebahkan tubuhnya ke atas ranjang.

Azam melirik ke atas nakas, di sana ada kartu nama orang yang waktu itu menabraknya. Tangannya yang kokoh meraih kartu nama tersebut dan entah mengapa sebuah ide terlintas di benak pria itu.

"Apa aku minta bantuan dia saja, ya? Siapa tahu dia bisa membantuku mendapatkan pekerjaan. Dia 'kan model dan artis terkenal pasti punya link di mana-mana," ucap Azam saat membaca nama yang tertera di sana.

Tidak ada jalan lain, Azam akan menghubungi Sheeva untuk meminta bantuan. Dia berharap Sheeva dapat membantunya memberikan pekerjaan. Azam memencet tombol hijau untuk menelepon Sheeva.

Akan tetapi, Azam tak jadi melakukannya. Dia merasa sungkan kalau harus menelepon langsung. Azam memilih untuk mengirimkan pesan terlebih dahulu. Dia meminta Sheeva untuk bertemu dengannya di sebuah tempat.

[Halo, Mbak Sheeva. Maaf mengganggu. Sebelumnya perkenalkan, nama saya Azam. Kita pernah bertemu beberapa hari lalu saat Mbak tanpa sengaja menabrak saya.]

[Begini, Mbak. Apa kita bisa ketemuan kebetulan ada hal penting yang ingin disampaikan. Terima kasih dan maaf kalau sudah mengganggu aktivitas Anda.]

"Oke, tinggal nunggu dibalas," gumam Azam. Dia meletakkan telepon genggam itu ke ruang kosong di samping ranjangnya lalu kembali merebahkan tubuh di atasnya.

Di sisi lain, Sheeva baru saja selesai melakukan shooting. Dia menuju tempat di mana manajer dan make up artist-nya berada. Sheeva tersenyum pada kedua orang yang selalu menemaninya kerja itu.

"Makan dulu!" perintah manajernya. Rahmi menyodorkan satu kotak nasi ke hadapan Sheeva.

Dengan senang hati Sheeva menerima kotak makanan tersebut. "Thanks," ucapnya lembut.

Sheeva memakan makanan yang telah dipesan oleh manajernya. Lebih tepatnya, mereka makan siang bersama di lokasi shooting. Meskipun tidak bersamaan dengan para artis lain yang ada di lokasi.

Ketika sedang asyik menyantap makanan, Sheeva teringat akan benda pipih miliknya. "Ponselku mana?" tanya Sheeva.

Rahmi menyerahkan benda tersebut ke hadapan Sheeva. "Ini. Oh ya, tadi ponselmu berdering mungkin ada seseorang yang mengirimkan pesan. Dicek sendiri aja, Va, siapa tahu penting."

Kedua alis tertaut petanda bingung. "Siapa?" tanya Sheeva penasaran.

Manajer Sheeva menggendikan bahu. "Entahlah. Soalnya nama si pengirim tidak tercantum di phone book-mu."

Dikarenakan penasaran, Sheeva langsung membuka ponselnya. Ternyata benar saja, ada nomor asing yang mengirimnya pesan. Sheeva membuka pesan tersebut, ternyata isinya meminta bertemu dengannya.

Sudut bibir Sheeva tertarik ke atas saat mengetahui siapakah gerangan pengirim pesan tersebut. 'Oh, jadi namanya Azam.'

Senyuman manis terukir di bibir ranum Sheeva berhasil mengalihkan perhatian Rahmi pada segelas es dawet yang ada dalam genggaman tangannya. Memicingkan mata tajam pada sosok gadis cantik di sebelahnya.

"Va, kenapa kamu senyum-senyum sendiri? Apa isi pesan tersebut berisi lawakan atau jokes hingga membuatmu tersenyum?" tanya Rahmi penasaran.

Sheeva tersenyum samar. "Isi pesannya biasa-biasa aja kok, Mbak. Ini pesan yang dikirim oleh orang yang waktu itu aku tabrak. Dia ngajakin aku ketemuan. Mumpung masih rehat jadi aku mau ketemuan dulu sama dia sebentar." Sheeva memberi penjelasan kepada salah satu orang yang berjasa pada kelangsungan karirnya selama ini. Berkat Rahmi, dia bisa berada di puncak tertinggi ketenaran sebagai seorang artis dan model top terkenal tanah air.

Setelah mengetahui bahwa pesan tersebut berasal dari orang yang waktu itu ditabraknya, Sheeva langsung membalas. Dia menyetujui permintaan korbannya waktu itu. Lagi pula dia telah berjanji untuk memenuhi permintaan orang tersebut.

Sheeva mengajak bertemu di restoran yang tak jauh dari lokasi shooting. Segera saja dia mengirim alamat restoran terhadap si pria itu. Supaya tidak mengulur waktu, Sheeva akan bergegas menuju ke sana sekarang.

"Mbak Sheeva mau pergi?" tanya make up artis, ketika melihat Sheeva buru-buru menghabiskan makanannya.

"Iya, Mbak Anis. Aku ada urusan penting nih jadi mesti buru-buru," jawab Sheeva cepat. Akibat tergesa-gesa, Sheeva tersedak ayam goreng yang baru saja masuk ke mulut.

"Pelan-pelan dong, tidak ada orang yang mau merebut makananmu, Va." Rahmi menyororkan sebotol air mineral kepada Sheeva sembari mengusap punggung sang artis.

Sheeva mengangguk, lagi pula kenapa dia buru-buru menghabiskan makanannya? Padahal, Sheeva bisa mengirim pesan pada pria itu untuk menunggunya sebentar. Namun, dia tetap menghabiskan makanannya dengan cepat. Sheeva memakai kacamata hitam dan topi, lalu bergegas pergi.

Azam senang ketika mendapat balasan persetujuan dari Sheeva. Dia bersiap-siap untuk menuju ke lokasi restoran yang dikirim oleh Sheeva. Azam kini telah mengganti pakaiannya menjadi lebih rapi.

"Oke, pesan ojol dulu."

Azam memesan ojek online untuk mengantarnya ke lokasi restoran yang dituju. Dia kini tengah menunggu ojek online datang di depan indekosnya. Tak lama kemudian, ojek online yang dipesannya pun datang.

"Jadi, apa yang mau kamu bicarakan, Mas?" tanya Sheeva.

Kini, Sheeva dan Azam telah duduk berharap di sebuah restoran. Azam menarik napasnya panjang, dia akan menjelaskan maksud dan tujuannya meminta bertemu dengan Sheeva.

"Aku sudah mencari pekerjaan selama dua bulan di sini, tapi belum dapat. Masalahnya, tidak ada perusahaan yang nerima karyawan lulusan SMA," ujar Azam membuka suara.

"Aku frustasi, butuh pekerjaan secepatnya. Biaya untuk hidup sehari-hari di sini juga sudah semakin menipis. Jadi, aku hubungi kamu, karena merasa kamu bisa membantu untuk cari pekerjaan."

"Nenekku di kampung butuh biaya untuk pengobatannya, belum lagi adik-adikku masih sekolah. Sementara aku di sini masih menjadi pengangguran," tambahnya.

Sheeva merasa tak tega mendengar Azam yang kesulitan mencari pekerjaan. Dia tampak berpikir bagaimana caranya membantu pria di hadapannya saat ini. Akhirnya, satu ide terlintas dalam benaknya.

"Gimana kalau kamu kerja dengan aku, Mas?" tawar Sheeva.

"Maksudnya?" Azam bertanya balik, karena dia tak mengerti dengan tanggapan Sheeva.

"Gimana kalau kalau kamu kerja jadi sopir pribadi aku? Selama ini aku selalu diantar jemput oleh Elsa, asisten pribadiku. Jarak antara indekos-nya dengan rumahku cukup jauh, aku kasihan sama dia kalau harus pulang larut malam terus. Kalau Mas Azam jadi sopir aku, 'kan tidak masalah karena Mas laki-laki tindak kejahatan pada seorang pria lebih sedikit daripada wanita. Ehm, itu pun kalau Mas Azam mau."

Azam melongo tak percaya. Secepat itukah dirinya akan mendapatkan pekerjaan? Sementara Sheeva menatap Azam menunggu jawaban. Sheeva menawarkan pekerjaan itu karena memang dirinya membutuhkan sopir untuk mengantarnya ke mana-mana.

Dengan ragu Azam bertanya, "Mbak Sheeva serius?"

Sheeva mengangguk. "Seriuslah, Mas. Masa aku bercanda sih. Bagaimana, mau tidak? Akan ada uang lembur, biaya pengobatan jika Mas Azam sakit. Pokoknya gaji yang didapat sudah terima bersih deh," bujuk gadis itu.

Wajah Azam seketika semringah saat mendengar ucapan Sheeva. Kapan lagi mendapat kesempatan bekerja sebagai sopir pribadi dari artis terkenal papan atas.

Azam menerima tawaran dari Sheeva untuk menjadi sopir pribadi. Beruntungnya, Azam memiliki kemampuan menyetir. Jadi, dia langsung bisa menerima tawaran itu. Azam sangat bersyukur, karena Sheeva benar-benar bisa membantunya.

"Terima kasih, ya. Aku tidak pernah berpikir Tuhan akan mempertemukanku dengan gadis sebaik dan secantik Mbak Sheeva," ucap Azam seraya tersenyum.

Rona merah muda terpancar di kedua pipi Sheeva kala Azam memujinya. Sungguh dia merasa tersanjung atas pujian tersebut.

"Sama-sama. Kamu bisa mulai bekerja besok," ujar Sheeva sambil memalingkan wajah ke arah lain.

Benar-benar seperti mimpi, setelah frustasi mencari pekerjaan, akhirnya Azam mendapatkannya. Azam tak menyangka bisa bertemu wanita sebaik Sheeva. Padahal, Sheeva merupakan artis yang terkenal.

Menurut Azam, biasanya artis yang terkenal dan banyak uang itu pada sombong. Namun, tidak dengan Sheeva, wanita itu justru kebalikannya. Sheeva juga mampu menghargai orang lain.

"Mau pesan apa?" tanya Sheeva pada Azam.

"Tidak usah, aku langsung pulang saja," jawab Azam.

Azam tidak mempunyai uang banyak untuk memesan makanan di restoran tersebut. Kantongnya cukup tahu diri untuk memesan di sana. Sheeva sepertinya menyadari akan hal itu.

"Aku yang traktir," ucap Sheeva.

Azam menggeleng. "Tidak perlu, Mbak. Aku tidak mau merepotkanmu."

Berdecak kesal. "Kalau begitu, aku tarik ucapanku tadi. Aku tidak jadi membuka lowongan untuk sopir pribadi!" ancam Sheeva.

Sheeva dapat menebak kalau Azam belum makan. Maka dari itu dia ingin berbagi dengan mentraktir Azam makan di sana. Azam tak bisa menolak ketika Sheeva mengancamnya seperti itu.

Pada akhirnya Azam terpaksa menuruti permintaan Sheeva. Dia memesan makanan secukupnya karena tidak mau dicap lelaki berengsek yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.

...***...

Terpopuler

Comments

Purwati Ningsih

Purwati Ningsih

Orang baik akan bertemu dgn orang baik pula. Othorr.. aq mampir dsni ❤😘

2023-05-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!