DKS ^ Bab 13

Cakra menatap istrinya sambil memainkan kedua alisnya naik turun. Laki-laki itu tampaknya sedang memikirkan keinginan sang putra yang menginginkan teman bermain di keluarga itu.

“Sayang, menurut kamu gimana keinginan Arka?” tanya Cakra yang saat ini tengah menikmati waktu berdua dengan sang istri tercinta.

Aize menundukkan wajah dalam-dalam. Dia sempat menarik napas berat sebelum akhirnya menjawab, “Ya, kita usahakan aja, Mas. Kita punya Arka juga tunggu lama. Semoga aja kita bisa kasih dia adik secepatnya!”

Cakra merangkul Aize dan mendaratkan kecupan singkat di bibir. “Kamu benar, Sayang. Aku hanya bisa berharap selagi kita masih muda kita bisa punya banyak anak. Biar nggak kesepian kayak aku dulu!”

Aize hanya mengangguk sembari tersenyum senatural mungkin agar melegakan hati suaminya. Walau apa pun yang terjadi, dia juga sangat berharap bisa hamil lagi dan tentunya itu adalah buah cintanya dengan Cakra.

Pagi ini, setelah Cakra berangkat ke kantor, tiba-tiba ada suara ketukan di pintu rumah Aize. Mendengar suara ketukan pintu itu, jantung Aize tiba-tiba berdegup dengan sangat cepat. Rasanya seperti dia sudah mengenal irama ketukan pintu itu.

Arka yang baru selesai mandi dan berganti baju, berinisiatif untuk membukakan pintu karena melihat Aize yang sejak tadi hanya bengong.

“Biar Arka yang buka, Ma!”

Aize tidak dapat mencegah putranya yang sudah berlari ke arah pintu. Wanita itu hanya bisa mengejar dan memperhatikan siapa yang datang begitu pintu berhasil dibuka oleh Arka.

“Papa! Kok Papa balik lagi?” tanya Arka begitu melihat sosok sang ayah yang muncul di balik pintu.

“Surprise! Papa bawakan banyak mainan buat kamu, Sayang!”

Aize memperhatikan laki-laki yang datang ke rumahnya itu. Meskipun dia memakai pakaian yang sama persis dengan yang dipakai Cakra tadi sebelum berangkat ke kantor, tapi Aize bisa mengenalinya sebagai Birru. Jelas sekali saat perhatian Aize tertuju pada tanda lahir di bawah telinga yang laki-laki itu miliki, karena Cakra tidak mempunyai tanda lahir itu.

Dada Aize terasa sesak saat melihat laki-laki yang selama ini selalu dihindarinya itu muncul di depan rumahnya. Terlebih lagi, kini Birru tengah menggendong Arka yang selama ini selalu dia yakini sebagai anak Cakra.

Mata Aize seperti terbakar saat melihat kemiripan yang sangat jelas antara Arka dan Birru. Mereka memiliki bentuk wajah yang sama, hidung, bibir, alis mata, dan juga bentuk mata yang sama. Mata itulah yang membedakan Cakra dan Birru. Hati wanita itu semakin hancur saat menyadari kenyataan bahwa Arka pastilah anak kandung Birru.

“Papa bawakan hadiah ulang tahun buat kamu, Sayang. Papa harap kamu menyukai semuanya!” kata Birru yang kemudian melirik Aize dengan senyum licik. Bahkan, anak kecil itu juga tidak bisa membedakan yang mana ayahnya karena Birru dan Cakra memang sangat mirip dari berbagai hal.

Aize tak ingin putranya dekat-dekat dengan Birru. Dia masih sangat ingat dengan ancaman laki-laki itu yang ingin mengambil anaknya saat lahir. Sekarang, Aize sadar pasti Birru datang untuk tujuannya itu.

“Arka, kamu main di dalam dulu ya. Mama ada yang mau diomongin sama ... papa!” Aize sangat malas menyebut Birru sebagai ayah dari putranya, tapi dia melakukan itu supaya Arka tidak curiga.

“Iya, Ma. Papa, makasih hadiahnya!” Arka mendaratkan sebuah kecupan di pipi Birru yang selama ini tidak pernah laki-laki itu dapatkan. Rasanya ada yang hangat di hatinya saat putra kandungnya itu memberikan kecupan di pipinya.

“Iya, Sayang. Nanti main lagi sama Papa!”

Aize memastikan agar putranya tidak mendengar percakapannya dengan Birru karena waita itu berencana untuk mengusir saudara kembar suaminya itu dari rumah.

“Mau apa kamu ke sini? Jangan ganggu kebahagiaan kami!” tanya Aize yang terpaksa mengecilkan suaranya agar Arka tidak mendengar percakapannya dengan Birru.

“Kamu nggak lihat? Aku ke sini ingin ketemu anak kandungku. Aku sudah memberimu waktu empat tahun bersamanya tanpa gangguan. Sekarang, aku datang untuk melihat anakku, apa itu salah, Aize?”

Mendengar jawaban Birru yang sangat enteng itu membuat Aize tak bisa menahan diri. Dia mendorong Birru agar keluar dari rumahnya dan tidak mengganggu lagi. Namun, tangan besar Birru berhasil menahan gerakan wanita itu.

“Aku nggak mau kamu di sini! Pergi dari kehidupan kami! Atau aku akan bilang ke Mas Cakra tentang kelakuanmu ini dan kami akan lapor polisi!” sentak Aize yang dengan geram masih bisa mengontrol suaranya.

“Lapor saja! Aku tidak takut! Paling-paling kamu yang diusir sama Cakra. Lalu, aku akan ambil Arka dan kamu menjadi gelandangan sendirian hidup di jalan tanpa anak dan suami!” timpal Birru yang sama sekali tidak terusik dengan ancaman lemah dari Aize.

Aize mengatur napasnya yang mulai terengah-engah karena menahan amarah. Wanita itu memandangi Birru dengan sorot mata kebencian. Entah cara apa yang bisa dia lakukan untuk menyingkirkan laki-laki itu dari kehidupannya.

“Besok aku akan datang lagi! Kalau kamu membuatku kesulitan bertemu dengan putraku, aku akan melakukan tindakan kriminal dengan wajah ini dan aku akan membuat Cakra dipenjara karena dia yang akan menanggung perbuatanku nanti!”

***

Pengen ngulek mulutnya Birru deh saking gemesnya 😌😌

Yuk, ramaikan kolom komennya, jangan lupa kembang kopinya ya 😘😘😘

Terpopuler

Comments

Pia Palinrungi

Pia Palinrungi

kamu harus ngomong baik2 sm cakra aize

2024-01-07

0

Aditya Ivander

Aditya Ivander

jangan d uleg thor. hidupnya d masa lalu sudah kau buat menderita masa iya muka gantengnya mau kau uleg thor😭😭😭

2023-09-14

0

Ersa

Ersa

masalahmu apa sih Ru dg aize. jangan2 kamu tuh sebenarnya jatuh cinta ya sama aize

2023-06-17

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 71 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!