DKS ^ Bab 17

Pertemuan Cakra dan saudara kembarnya tak dapat dihindari. Cakra benar-benar syok saat melihat kehadiran seseorang yang sangat mirip dengannya itu.

“Halo, Cakra. Apa kabar? Kamu pasti syok ya lihat aku?” Birru mengulurkan tangan dan tersenyum.

Cakra yang masih sangat syok pun menerima tangan itu. Bahkan, laki-laki yang mirip dengannya itu bisa tahu namanya.

“Kamu siapa?” tanya Cakra sekali lagi. Dia merasa seperti sedang bercermin karena tingkat kemiripan mereka yang benar-benar identik. Bahkan, Cakra belum menyadari jika mata mereka berbeda.

“Namaku Birru. Kita pernah berbagi tempat tinggal yang sama lebih dari tiga puluh tahun lalu, di rahim ibumu!” jawab Birru dengan seringai licik.

Cakra hampir tak bisa berkata-kata. Dia tentu bahagia dengan kemunculan Birru yang mengaku sebagai saudara kembarnya. “Kamu beneran saudara kembar aku? Dari mana aja? Kenapa baru muncul sekarang?”

Selama ini, Cakra hanya tahu bahwa saudara kembarnya meninggal. Dia benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengannya lagi setelah sekian lama.

“Aku datang dari Jepang. Aku ke sini karena aku merindukan anak kandungku, Arka.” Birru benar-benar tersenyum licik. Tanpa segan dia mengungkapkan kebenaran yang akan membuat Cakra sakit hati.

Namun, Cakra menganggap itu hanya gurauan. Mungkin karena mereka saudara kembar, Birru jadi mengaku-ngaku kalau Arka adalah putranya. “Kamu bercandanya bikin aku syok. Ayo, masuk dulu!”

Birru tak bergerak sedikit pun. Dia benar-benar tak menyukai Cakra dan membenci nasib baik yang menimpa saudara kembarnya itu.

“Aku nggak bercanda. Arka itu anakku dan Aize!” balas Birru sembari mengeluarkan sebuah kertas dari dalam tasnya.

Surat itu berisi salinan hasil tes kesuburan yang dilakukan oleh Aize dan Cakra beberapa tahu lalu sebelum Aize mengandung Arka. Cakra bahkan tidak ingat tentang tes itu dan tidak pernah membahasnya dengan Aize karena Aize langsung hamil beberapa saat setelahnya.

Cakra membaca hasil tes yang diberikan oleh Birru. Tentu saja dia sangat syok saat membacanya. Dia tidak menyangka jika hasil tes saat itu mengatakan bahwa dirinya memiliki masalah dengan kesuburan yang membuat Aize tak kunjung hamil meski sudah tiga tahun pernikahan mereka.

Saat Cakra masih berperang dengan pikirannya, Birru kembali bersuara, “Saat kamu pergi malam itu, aku datang dan mengaku sebagai dirimu. Istrimu yang bodoh itu ternyata tidak bisa mengenaliku. Kami berciinta malam itu, dan aku paling suka buah daadanya yang pas dalam genggaman. Entah sekarang masih kencang atau tidak karena aku tahu Aize menyuusui putraku. Aize punya bekas luka bakar di paantat, dia juga punya tahi lalat yang cukup besar di bawah daadanya!”

Seketika itu hati Cakra terasa terbakar. Kepalanya terasa mendidih mendengar pengkhianatan yang Birru ungkapkan. Selama ini, Aize tidak pernah bercerita apa pun. Apalagi, akhir-akhir ini Aize juga terlihat cemas dan suka melamun.

Birru tersenyum penuh kemenangan melihat Cakra yang bersiap menghajarnya untuk melampiaskan amarah. Namun, dia masih terus ingin memprovokasi saudara kembarnya itu. Saat Cakra masih mengatur napas dan berpikir dengan logikanya, Birru kembali berulah.

“Kamu tahu, walaupun hanya sekali, tapi berciinta dengan Aize adalah pengalaman terbaik yang pernah aku lakukan.”

Cakra yang sudah tersulut emosi pun akhirnya meledak. Sebuah boogem mendarat sempurna di wajah Birru yang baru pertama kali dia temui. “Breengsek! Berani-beraninya kamu!”

***

Kembang kopinya jangan lupa.. Akan terus tegang yak 🤣 nanti pasti ada uwu uwunya kok, kalian berharap Aize sama siapa, tetep sama Cakra, atau malah sama Mas Psiko, Birru 😅😅