DKS ^ Bab 12

Setelah melahirkan bayi laki-laki yang sehat, Aize akhirnya diizinkan pulang dengan bayinya. Aize tampak bahagia menggendong bayinya turun dari mobil. Sementara Cakra menurunkan barang-barang mereka dari bagasi.

“Sayang, kita sudah pulang!” kata Aize sembari mengecup pipi putranya.

Melihat mata bayinya terbuka, Aize kembali teringat dengan Birru. Tiba-tiba dia kembali dilanda rasa takut. Dia benar-benar tidak rela kalau Birru datang merebut putranya.

Setelah Cakra menurunkan semua barang di mobil, dan Aize menidurkan bayinya, wanita itu lalu menghampiri sang suami dengan membawakan segelas air dingin untuknya.

Cakra menerimanya dengan senang hati dan tersenyum bangga dengan istrinya itu. “Makasih ya, Sayang. Kamu harusnya istirahat aja sama Arka. Kamu pasti lelah banget!”

Aize menyandarkan kepalanya di pundak sang suami yang baru selesai minum. “Mas, aku ingin pindah dari kota ini, Mas!” kata Aize yang membuat Cakra terkejut mendengarnya.

“Pindah? Kamu serius, Sayang?” tanya Cakra, bingung.

“Iya, Mas. Bukannya kamu juga udah buka kafe di kota sebelah? Gimana kalau kita pindah ke sana buat cari suasana baru.”

Cakra menghela napas berat. Dia merasa ada yang aneh dengan keinginan istrinya itu, tapi karena Aize terus mendesak, laki-laki itu pun akhirnya setuju untuk pindah.

Cakra akhirnya memboyong anak istrinya untuk pindah ke luar kota. Di kota baru yang masih satu wilayah dengan orang tuanya. Aize tidak keberatan walau berdekatan dengan mertuanya yang menyebalkan itu, tapi demi menjauh dari Birru ia pun rela melakukan apa pun.

*

*

*

Tanpa terasa, empat tahun berlalu dengan sangat cepat. Anak Aize yang diberi nama Arka itu sekarang sudah berusia empat tahun. Dia berhasil melewati empat tahun ini tanpa gangguan dari Birru. Aize sangat bersyukur karena keluarga kecilnya bisa hidup tenang tanpa gangguan dari Birru.

“Mama, Papa belum pulang ya?” tanya Arka yang kini tengah tidak sabar menanti kehadiran sang ayah karena dia ingin segera meniup lilin ulang tahunnya.

“belum, Sayang. Arka sabar dulu ya!” jawab Aize sembari memeluk sang putra dan kembali mengirim pesan singkat pada suaminya.

Arka tampak cemberut. Bocah itu terlihat sangat mirip dengan Cakra, tapi matanya mengingatkan Aize pada Birru. Meski tahu fakta itu, Aize memilih bungkam dan merahasiakannya dari Cakra karena tidak mau membuat suaminya itu kecewa.

‘Arka itu anakku dan Mas Cakra. Mungkin matanya mirip dengan laki-laki breengsek itu karena waktu hamil aku sangat membencinya. Malam itu bukan salah aku, dan Arka tetaplah anak Mas Cakra.’

Akhirnya, mobil Cakra pun terdengar memasuki halaman rumah. Arka berlari penuh semangat keluar dari rumah untuk menyambut kedatangan sang ayah. Bocah itu sepertinya benar-benar sudah tidak sabar ingin segera merayakan ulang tahunnya.

“Papa, ayo cepat!” seru Arka yang benar-benar sudah tidak sabar.

Bocah itu bahkan menarik tangan sang ayah agar segera masuk ke rumah. Aize tertawa melihat tingkah Arka yang menarik tangan Cakra seolah menyeret ayahnya itu untuk segera masuk.

“Iya, sabar, Sayang. Nanti kalau kamu jatuh gimana?” Cakra terlihat khawatir dengan kelakuan sang putra yang membuatnya gemas.

Akhirnya, Arka bisa merayakan ulang tahunnya. Selayaknya anak kecil pada umumnya, Arka sangat antusias saat meniup lilin dan juga memotong kue ulang tahunnya. Sampai akhirnya, Cakra meminta bocah tampan itu menyebutkan hadiah yang diinginkannya.

“Papa, boleh nggak kalau hadiahnya, Arka minta adik?” tanya Arka yang tampaknya mulai kesepian menjadi anak tunggal di rumah itu.

“Boleh dong! Iya, ‘kan, Ma?” Cakra melirik sang istri yang tampak syok dengan permintaan Arka barusan.

Aize takut kalau tidak bisa mewujudkan keinginan putra semata wayangnya itu. Dia ingat, hasil tes Cakra dan Aize benar-benar merasa takut sekarang. Namun, bukankah Aize sudah terjebak dan tidak bisa mengungkapkan kebenaran mengenai hasil tes itu pada Cakra?

***

Komennya ramaikan yuk 😘😘😘

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***