DKS ^ Bab 6

Sore ini, Aize datang ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan rutin kandungannya. Perutnya yang besar tak mengurungkan niat Aize datang sendirian ke rumah sakit karena Cakra masih di kantor atau mungkin sudah dalam perjalanan kenrumah sakit. Mereka memang janjian untuk jumpa di tempat praktik dokter kandungan.

Wanita itu tampak bahagia dengan sesekali tersenyum sembari menyentuh perutnya yang besar. Sementara di tangan kanannya menenteng tas berisi buku pemeriksaan kehamilan yang tak pernah lupa Aize bawa.

“Sayang, hari ini kita pemeriksaan lagi. Sehat-sehat terus ya, Sayang!” ucap Aize saat hampir sampai di ruang dokter obgyn.

Tiba-tiba saja, seseorang muncul dari lorong samping dan mengejutkan Aize. “Halo, Aize!”

Sontak saja Aize yang kaget langsung memasang wajah cemberut pada laki-laki yang dengan iseng mengejutkannnya itu. “Mas Cakra! Bikin kaget aja!”

Laki-laki itu tersenyum menyeringai. “Apa aku benar-benar mirip dengan Cakra, sampai kamu begitu sulit membedakan antara aku dan suamimu itu?”

Wajah Aize yang tadinya cerah, mendadak jadi datar. Dia mundur beberapa langkah dan memperhatikan dalam-dalam lelaki yang memiliki rupa yang sama persis dengan suaminya. Aize bisa melihat sedikit perbedaan mereka, suaminya Cakra memiliki mata bulat dengan alis yang datar, sedangkan laki-laki di hadapannya ini memiliki bentuk mata yang lebih sipit dengan alis yang melengkung di ujungnya.

Aize benar-benar syok hingga tak bisa berkata-kata. Baginya, ini adalah kali pertama dia bertemu dengan laki-laki yang sangat mirip dengan Cakra, tapi dia bukan Cakra dan bahkan Aize sudah tiga kali bertemu dengannya.

“Namaku, Birru. Saudara kembar suamimu!” ucap laki-laki itu seraya mengulurkan tangan dan meraih paksa tangan Aize untuk berkenalan. “Aku adalah ayah dari bayi yang kamu kandung!”

Kepala Aize mendadak pening mendengar pengakuan jahat dari laki-laki yang tengah tersenyum padanya itu. Suaranya tercekat di tenggorakan untuk sekedar membantah omongan orang asing yang mendadak muncul yang akan membuat hidupnya serasa di neraka.

Tubuh Aize bergetar. Dia berusaha keras melawan rasa takut dan juga syok yang melandanya. Bibirnya yang ikut bergetar itu perlahan-lahan terbuka. “Ayah dari anakku? Apa maksudmu?”

Birru semakin suka dengan ekspresi takut yang muncul dari wajah cantik istri kembarannya. Dia mendekatkan wajahnya pada Aize dan berkata, “Seharusnya malam itu kamu tahu. Cakra tidak biasa bermain kasar saat menyentuhmu. Tapi, aku bisa merasakan kenikmatan tubuhmu dengan caraku yang kasar dan membuatmu terkapar.”

Wajah Aize terasa panas saat mendengar pengakuan caabul yang keluar dari mulut kembaran sang suami. Dia menyipitkan mata dan hendak menyerang balik kata-kata Birru, tapi laki-laki itu berhasil menyelanya.

“Oh iya, aku harap kamu tidak lupa dengan hasil tes kesuburan Cakra. Seharusnya kamu sudah bisa berpikir siapa lagi yang berhasil menghamilimu selain aku, kembaran suamimu!”

“Kamu cuma bicara omong kosong, ‘kan? Kamu pasti lagi mengada-ngada. Kamu ngerjain aku?” tanya Aize tak bisa menerima kenyataan. Dia mengatur napas yang tersengal dan berusaha menjaga kewarasan demi bayi yang dikandungnya saat ini.

Birru memundurkan wajahnya dan tertawa renyah. Rupanya, membuat wanita hamil yang tengah mengandung benihnya itu ketakutan adalah hal yang cukup menyenangkan. Dia bisa membayangkan bagaimana ekspresi Cakra nanti saat mengetahui bahwa anak Aize bukanlah anak kandungnya.

“Aize, aku tahu kamu tidak bodoh! Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa tanyakan pada suamimu itu. Apakah waktu dia pergi ke luar kota malam itu, dia kembali pulang dengan alasan pesawatnya tertunda?” Senyum licik kembali menghiasi wajah tampan itu. Dia berbalik badan saat menyadari Cakra akan datang tidak lama lagi.