Ray melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, melewati pohon-pohon yang berjajar di sisi kanan kiri di sepanjang jalan. Minimnya pencahayaan dan aspal yang licin akibat hujan membuat Ray sedikit kesulitan.
Ray hanya melirik sekilas ketika benda pipih di atas dasboard mobilnya berdering, lalu kembali fokus ke depan mengabaikan panggilan itu. Saat ini ingin cepat sampai dan bertemu Kanaya, gadis yang sudah menjungkirbalikkan dunianya.
" Shit!! Licin banget! "
Ray menghantam stir mobilnya keras, karena dirinya hampir saja terpelosok ke jurang. Medan yang sulit dan tikungan curam membuat Ray lebih waspada dan berhati-hati. Karen saat ini kanaya sedang menunggu dirinya.
Ia bersumpah akan mematahkan tangan Nino jika saja ia berani menyakiti gadisnya. Ray mencoba menepis semua bayangan menyeramkan tentang Kanaya. Saat ini ia hanya ingin segera menghabisi Nino.
Sempat terfikir oleh Ray untuk memberitahu Raka. Tapi, kali ini Ray tidak boleh salah mengambil keputusan karena nyawa Kanaya jadi taruhannya. Pria brengsek itu pasti sudah menyusun rencana licik untuk menjebaknya.
" Kanaya gue bakal nyelametin Lo. "
Gumam Ray seraya meremas stir mobilnya.
🍁🍁🍁
Kanaya mengerjapkan matanya pelan menyesuaikan pandangannya dari cahaya lampu yang sedikit remang remang. Ruangan ini begitu asing baginya. Dimana dia sekarang? Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Segala pertanyaan berputar di kepalanya. Hingga suara bariton mengalihkan perhatiannya.
" Akhirnya Lo bangun juga "
Pria itu melirik dari ekor matanya sembari menyesap rokok dan menghembuskan asap nikotin itu dari mulutnya.
Kanaya menoleh ke arah sumber suara, nemun kepalanyaa sedikit pusing akibat obat bius yang terhirup olehnya, membuat pandangannya sedikit mengabur. Terlihat samar-samar oleh pandangannya seseorang tengah duduk di sofa single dengan memegang sesuatu di tangannya.
" Ka..kamu s...siapa? "
Ucap Kanaya dengan bibir bergetar, ia merasakan seluruh tubuhnya sakit. Kanaya menggerakkan tubuhnya berusaha bangkit, tapi sayangnya tangan dan kakinya terikat kuat. Hingga membuat Kanaya kesulitan bergerak.
Meta merah itu menatap Kanaya bagai harimau yang siap menerkam mangsanya. Senyum menyeringai tercetak disana, wajahnya terlihat semakin jelek dengan beberapa jahitan di wajahnya. " Lo lupa sama gue sayang? "
Pria itu berjalan pelan mendekati Kanaya sembari memainkan pisau lipat di tangannya dengan tersenyum lebar. Senyum yang sangat menakutkan bagi Kanaya.
Nino mendudukan dirinya di bibir ranjang, lalu mendekatkan wajahnya ke arah Kanaya dengan tangan kanan yang menumpu kepalanya, memandangi wajah Kanaya yang mulai mengeluarkan keringat dingin.
" Pantes aja Ray kesetanan mukulin gue, lo cantik banget "
Bau alkohol dari mulut pria itu menusuk Indra penciuman Kanaya hingga membuat gadis itu mual. Kanaya mengerutkan dahinya ketika pria di hadapannya ini menyebutkan nama Ray. " Ka...kamu k... "
" Yups, gue cowo yang Lo tolak di kelab tempo hari, Lo liat bekas jahitan ini? " Nino menunjukan bekas luka dengan telunjuknya di beberapa bagian wajahnya. " Ini semua gara gara Ray! " Ucapnya dengan menggertakan giginya.
Melihat gadis itu bergetar ketakutan semakin membuat Nino bergairah untuk menakuti gadis itu. Tapi, Ia harus menunggu Ray datang terlebih dulu. Karena Ray sudah mempermalukan dirinya di kelab waktu itu, ia bahkan kalah telak tanpa bisa membalas pukulan Ray sama sekali. Hingga sekarang menyisakan beberapa jahitan di wajahnya.
" Sebentar lagi Lo bakal liat Ray mati di tangan gue. " ucap Nino dengan senyum menyeringai.
" Ja..jangan s..sakitin Ray "
Kanaya memohon dengan isak tangis yang terdengar memilukan.
" Hahahah! Lo minta gue buat maafin Ray gitu aja, dan ngelupain semuanya? "
Mendengar permohonan Kanaya membuat Nino tertawa kencang, dan semakin bernafsu untuk menyakiti Ray di depan gadis itu. Sungguh ia merasa Tuhan tidak adil, Ray memiliki segala yang tidak ia miliki. Dari sahabat, Kaka yang peduli. CK! Bahkan gadis yang ada dihadapannya ini.
" Tapi sayang, gue ga bisa penuhin permohonan Lo. " Nino menjeda kalimatnya seraya merubah posisinya berjalan menuju jendela kaca yang menghadap langsung dengan pintu gerbang bangunan ini di bawah sana. " Tujuan gue bawa Lo kesini, supaya Ray datang dan gue mau buat perhitungan. "
Suatu pemandangan yang menarik bagi Nino melihat ekspresi Ray jika dirinya bisa menyakiti Ray fisik dan psikisnya sekaligus. Memang pemikiran yang jenius, 2 nyamuk mati dengan sekali tepuk. Nino berbalik menatap Kanaya di atas ranjangnya yang sedang ketakutan dengan beruraian air mata.
" Sebenernya gue pengen nunjukin sesuatu sama Lo . Tapi..." Nino menjeda kalimatnya seakan sedang berfikir seraya mengusap janggutnya dengan gerakan pelan. " Gimana kalo nunggu Ray dateng? sekalian gue ngajarin Ray, giamana caranya nyenengin cewe. " Hahahaha.
Tawa Nino menggema di ruangan itu hingga membuat Kanaya bergidik ngeri. Perkataan Nino barusan membuat Kanaya tidak bisa membayangkan bagaimana jika benar itu terjadi? Ia lebih baik memilih mati saja, daripada di sentuh oleh pria b*jing*n yang berwajah jelek itu.
Nino berjalan keluar kamar meninggalkan Kanaya seorang diri di dalam kamar itu. Nino sudah merasa tidak sabar menunggu kedatangan Ray di tempat ini. Karena ia sudah menyiapkan kejutan untuk Ray.
Terdengar suara mesin mobil yang menderu keras serta suara pintu gerbang yang di hantam kuat membuat Nino menyeringai, ia tau siapa pelakunya. Nino yang tengah duduk di kursipun bangkit seraya menyembunyikan pisau lipat itu di balik saku celananya.
" Bos, mangsa udah dateng! "
Ucap pria bertubuh gempal dengan tato menghiasi wajahnya.
Nino menepuk pundak pria itu dengan sorot mata tajam dan wajah datarnya. " Lo tau kan apa yang harus Lo lakuin? Jangan sampe dia mati! "
" Siap bos! "
Pria itu berjalan keluar menuju gerbang dimana Ray sudah membuat keributan disana.
Ray keluar dari dalam mobilnya dengan membawa kunci roda di tangannya, ia berjalan mendekati pintu seraya bersiap mengayunkan besi itu ketika seorang pria bertindik besar datang menyerangnya dengan sebilah parang di tangannya.
Ray langsung menangkis serangan pria bertindik besar itu dengan lihai, lalu bergantian Ray mengayunkan besi yang di pegangnya ke kepala pria itu hingga terkapar di tanah.
Ray hampir terjatuh ketika sebuah balok besar menghantam punggungnya, hingga pandangannya terasa mengabur ketika rasa sakit dengan bebas telah menjalar. Tapi, Ray mencoba fokus sembari mengabaikan rasa sakitnya. Lalu berjalan cepat kedepan untuk menendang pria bertubuh gempal yang memukulnya tadi, dan memberi bogeman mentah bertubi sebagai hadiah.
Baru saja Ray selesai dengan kegiatanya dengan kedua pria ini, beberapa pria lain sudah berdatangan dengan membawa senjata tajam. Ray hanya bisa menghela nafas pelan, ketika banci beralih menjadi penjahat mereka cenderung memakai cara licik. Seperti ini, Ray benar-benar muak. Apa lagi ia juga tak menemukan sosok Nino disana.
" Mana bos Lo? Pengecut! "
Ray berjalan maju sembari mengayunkan besi itu di tangannya menangkis setiap serangan dari anak buah Nino. Salah satu dari mereka berhasil melukai Ray di bagian lengannya menyisakan luka robek dan noda merah disana.
Ray tersenyum menyeringai dengan sorot mata membunuh melihat pria kurus itu melukai lengannya, dengan gerakan cepat Ray mengajar pria kurus itu dengan melompat ke atas dan menghantam besi itu ke kepalanya hingga mengeluarkan cairan merah disana.
Selesai mengalahkan para banci berkedok preman, Ray menerobos masuk kedalam mencari keberadaan Kanaya. " Kanaya Lo dimana! " Ray memanggil nama gadis itu dengan mengedarkan pandangannya.
Ray melangkah memasuki ruangan demi ruangan, namun langkahnya terhenti ketika terdengar Isak tangis dari salah satu ruangan, membuat Ray menoleh dan segera berlari mengahampiri ruangan itu dengan perasaan senang. Tapi ia tidak menyadari ada bahaya lain yang mengintai dari kejauhan. Betapa liciknya manusia satu itu yang memendam kebecian padanya.
🍁🍁🍁
maaf lama, chapter aku hapus dan up ulang karena lama ga lolos 😂
semoga chapter ini bisa bikin kalian makin setia nunggu lanjutannya
sampai jumpa di next chapter 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Etik Widarwati Dtt Wtda
kok serem jadinya
2022-12-22
0
Chodhyland
selalu menunggumu di ujung ranjang.
ngantuk.....tp masih pengin baca..
lanjutlah maraton
2021-09-02
1
Lina yuu
ya elah kenapa mesti pake kekerasaan sih gak duduk ngopi aja gitu sambil diskusi😂😂😂
2021-03-29
5