Pagi ini menjadi sedikit merepotkan bagi Edo setelah kejadian malam itu, ia harus menghubungi seseorang untuk menyelesaikan masalah yang di lakukan oleh Ray. Dan disini lah ia sekarang, menunggu seseorang itu di sebuah bandara internasional.
Duapuluh menit sudah Edo menunggu di pintu keluar bandara. Namun orang yang ia tunggu belum menampakkan batang hidungnya. Tidak lama dari kejauhan terlihat pria dengan setelan jas dan kaca mata hitam sedang berjalan menghampirinya.
Pria tampan dengan aura sedingin es itu adalah Raka febriano kaka kandung Ray. Pria yang baru saja datang dari new York, Amerika serikat.
" weeh...Apa kabar bro "
Sapa Edo dengan senyum lebarnya ketika pria itu sudah berada di hadapannya seraya mengangkat kedua tangannya untuk memeluk pria itu, namun di balas dengan telapak tangan yang mendarat di kening Edo agar tidak mendekat. " Sialan! " umpatnya dengan sedikit tertawa, lalu berbalik berjalan menuju tempat dirinya memarkirkan mobilnya.
" Bikin masalah apa lagi si Ray? "
Tanya Raka sembari berjalan dengan menarik koper hitam di tangan kirinya.
" Gue gak tau! Cape gue nunggu dia waras "
Ujarnya sedikit malas dengan berjalan cepat mengimbangi langkah lebar Raka. Hingga setibanya di mobil pria itu masih sibuk dengan ponselnya tanpa berbicara.
" Berapa lama Lo bakal tinggal disini ? "
Tanya Edo setelah masuk kedalam mobil sembari tangan kanannya menstater mobil silvernya.
" Belom tau, tapi kayanya gue bakal lama "
Ucap Raka santai tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel. Meskipun Raka terlihat dingin tapi dia begitu menyayangi adiknya. Terbukti sekarang pria itu ada di negara ini untuk menemui Ray.
Edo kembali berucap karena pria sedingin es di sebelahnya ini paling irit mengeluarkan kata-kata jika tidak di ajak bicara. " Kemaren yang gue denger sih, Ray mukulin orang demi belain cewe "
Perkataan Edo membuat Raka menoleh dan mengangkat sebelah alisnya. " Cewe mana ? " Tanya Raka penasaran.
Karena setau Raka, Ray itu paling benci berurusan dengan wanita Karena menurutnya wanita itu hanya merepotkan.
" Anak kampung sebelah, dia kerja di rumah Ray! " Ujarnya menjelaskan sembari melirik sekilas ke arah Raka.
" Cantik? " Tanya Raka singkat.
" Ya, gue akuin tuh cewe lumayan cantik sih, tapi... udik hahaha "
Ucapnya lagi dengan tertawa hingga mendapat toyoran di kepalanya oleh Raka.
" Apes gue Deket Lo! "
Masih tertawa kencang sembari merubah posisinya, lalu Edo kembali memfokuskan pandangannya kedepan karena jalanan sedikit macet akibat ada perbaikan jalan. Edo sedikit geram karena lampu merah tak kunjung berubah warna, padahal ia sedang ingin bermalas-malasan.
Setelah beberapa menit perjalanan terlihat gerbang besar dimana Edo sudah memasuki area perumahan elit tempat tinggal Ray.
Sepanjang perjalanan menuju kediaman Ray tidak ada pembicaraan antara Edo dengan Raka, hanya terdengar suara dari ponsel Raka yang sedang berbalas chat dengan seseorang.
Raka kembali meletakan ponselnya di saku jas miliknya, Ketika mobil Edo sudah memasuki pagar hitam dengan rumah minimalis bergaya Eropa itu. Raka membuka pintu mobil itu dan berjalan menuju pintu utama dengan Edo mengekor di belakangnya. Tapi, langkahnya terhenti ketika dirinya melihat ada yang berbeda dari terakhir dia datang ke rumah ini, ia mengerutkan dahinya melihat taman kecil penuh dengan bermacam bunga tumbuh subur disana, sedetik kemudian sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk sebuah senyuman.
Raka melangkahkan kakinya memasuki rumah adiknya itu, ia berjalan pelan menaiki setiap anak tangga hingga sampai ke lantai atas menuju kamar Ray. Begitu membuka pintu kamar Ray, ia terkejut terlihat beberapa baju dan barang barang lainnya berserakan, membuat Raka menggelengkan kepalanya pelan.
Raka berjalan santai memasuki kamar Ray dengan dominan warna gelap itu. Ia membuka jasnya dan melemparkannya ke sofa, Lalu menjatuhkan dirinya di atas kasur tepat di samping Ray, hingga membuat Ray membuka matanya.
Tanpa melihat pun Ray sudah hafal siapa yang berani berbuat seperti itu padanya selain Raka.
" Cewe mana yang bisa bikin Lo kayak gini! " Tanya Raka sembari melipat kedua tangannya ke belakang kepala sebagai bantalan. Hening tidak ada jawaban dari Ray yang tengah tertidur dengan posisi tengkurap itu. Raka tau Ray tidak sepenuhnya tertidur.
" tau dari mana Lo? " Ray mulai merespon kemudian merubah posisinya menghadap Raka.
Tidak ada jawaban dari Raka, pria itu hanya tersenyum sembari memejamkan matanya. Tanpa Raka menjawabpun Ray sudah tau dari mana berita itu bisa sampai ke telinga Raka.
" Gue mau liat sampe sejauh mana kegilaan Lo, seandainya itu cewe suka sama gue " Raka sengaja memancing reaksi adiknya itu, agar dia tau seberapa berartinya gadis itu di mata Ray.
Mendengar perkataan Raka membuat Ray bangkit dari posisinya lalu melemparkan bantal dan beranjak turun dari kasur king size miliknya berjalan menuju kamar mandi meninggalkan Raka yang menertawakan dirinya.
Sementara Edo lebih memilih memainkan game di ponselnya di sofa ruang tengah, ia tidak ingin menjadi pelampiasan dari obrolan Kaka beradik itu di lantai atas.
🍁🍁🍁
Suara tangis terdengar pilu dari bibir tipis Naya, ia tidak menyangka tuhan akan secepat itu menjemput orang yang selama ini ia anggap sebagai ibunya.
Ia melepaskan pelukannya dari nisan itu dengan begitu berat, berjalan gontai meninggalkan area pemakaman, Yuni dan beberapa pelayat sudah pulang lebih dulu hanya menyisakan Naya seorang diri disana.
Malam itu Yuni melihat kejadian yang menimpa Naya karena dia ada disana saat itu, ia bekerja sampingan sebagai pelayan di kelab itu. Tapi, Yuni membalikan fakta tentang kejadian yang di alami oleh Naya pada ibunya, dengan maksud membuat sang ibu membenci Naya dan mengusirnya.
Dan Sepertinya keberuntungan sedang berpihak pada Yuni, setelah ibunya melihat Naya pulang dengan pakaian terbuka, sehingga membuat sang ibu berfikir seperti apa yang Yuni katakan. Melihat kenyataan yang di lihatnya itu membuat sang ibu mengalami sesak napas, hingga membuatnya mengalami serangan jantung mendadak dan mengembuskan nafasnya untuk yang terakhir kalinya.
Sepulang dari pemakaman barang-barang Naya sudah ada di teras dengan Yuni yang berdiri di pintu menunggunya. Sorot mata penuh kebencian itu terlihat jelas dari wajah Yuni meskipun terhalang air mata.
" Ibu udah ga ada, Lo pergi dari sini! "
Ujarnya sambil berlalu masuk ke dalam rumah.
" Yun, tunggu dulu, aku gak mau pergi dari rumah ibu " Isaknya dari balik pintu.
" Ibu gue!, bukan ibu lo! Inget! " Teriaknya dari dalam dengan nada penuh penekanan.
Naya menghela napas pelan, ia hanya pasrah menerima perlakuan Yuni, ia membereskan semua barang-barangnya dan berlalu dari rumah itu, rumah yang selama ini menjadi tempatnya berlindung dan orang yang selama ini menjaganya hanya menyisakan kenangan di rumah itu.
Ia berjalan pelan menyusuri setiap jalan yang ia lewati mencari rumah sewa untuk ia tempati, hingga di pertengahan jalan seseorang menegurnya.
" Heii...tunggu! "
🍁🍁🍁
Raka febriano
siapa yang manggil ya,🤔 ganggu aja lagi nyari kontrakan 😂
jangan lupa like, komen, dan vote nya yaps,
tambahin ya kak, yang banyak 😉 bhahahah
makasih yang udah setia nemenin aku, aku padamu😌😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Etik Widarwati Dtt Wtda
waduhh
2022-12-17
0
Sri Widjiastuti
udah tahu aslinya yuni, g usah nangis deh kanaya... biar aja si yuni bakalan apes tuhh
2022-09-01
0
VS
visual Raka bikin bingung
ikut kubu Ray, atoo pindah kubu Raka ya
kak Oby ada saran ?
2021-12-17
0