Pagi ini gadis cantik di balik selimut merah mudanya itu sudah terbangun dari tidurnya, namun ia belum beranjak dari tempat itu malah menyandarkan tubuhnya pada punggung ranjang. Kejadian kemarin masih berputar dalam ingatannya, dimana saat dirinya menghabiskan waktu bersama Ray berdua lalu detik kemudian bibirnya tersenyum sembari memeluk boneka beruang yang ada di sampingnya. Sosok Ray yang dulu ia anggap menyebalkan kini dirinya sudah mulai menerima kehadiran Ray di sampingnya.
Kanaya beranjak dari kasur menurunkan kaki jenjangnya menyentuh lantai berjalan menuju jendela kaca dan membuka tirainya, membiarkan cahaya pagi menghangatkan ruangan dengan dominasi warna pink itu.
Kanaya berjalan menuju kamar mandi dengan senyum yang merekah di bibir tipisnya, sepertinya kejadian kemarin membawa dampak baik untuk Kanaya. Cukup 20 menit untuk Naya membersihkan diri dan memakai pakaiannya, Dress selutut dengan motif bunga mawar melekat di tubuh rampingnya, meski sederhana tapi membuat gadis itu terlihat cantik.
Kanaya berjalan menuruni anak tangga menuju pantry. Ia ingin memasak sesuatu untuk dirinya dan juga Ayrin, karena dari dulu ia sudah terbiasa memasak jadi bukan hal sulit baginya. Di tambah lagi ia menumpang tinggal di rumah Ayrin, jadi ia ingin melakukan sesuatu yang ia bisa untuk Ayrin sebagai balasan.
Ayrin baru saja keluar dari kamarnya sembari memainkan ponsel di tangannya. Namun, perhatiannya teralihkan ketika mencium aroma lezat dari arah pantry, ia melihat Naya sedang berkutat di set kitchen miliknya. " Lo masak apa? " Tanya Ayrin penasaran seraya mengintip dari balik punggung Naya.
" Aku lagi bikin omlete " gadis cantik itu menoleh sekilas kemudian kembali fokus pada masakannya di atas teflon. Setelah omletenya di rasa sudah matang sempurna Naya mematikan kompornya lalu menaruh omlete itu di atas piring yang sudah ia siapkan.
" Sini gue bantu bawain " tawar Ayrin sembari merebut piring yang Naya bawa, lalu berjalan membawa 2 piring omlete itu ke atas meja.
Sementara Naya mengikuti langkah Ayrin dengan membawa 2 gelas susu di tangannya.
" Hmm, gue boleh tanya sesuatu ga ? "
Tanya gadis itu setelah mereka berdua duduk di kursi meja makan.
" Boleh, mau tanya apa? "
Ujarnya menatap wajah Ayrin, sembari meminum susunya menuggu gadis itu bertanya selanjutnya.
" Lo pacarnya Ray? " Tanya Ayrin antusias.
" Hn " pertanyaan Ayrin sontak membuat Kanaya kaget hingga membuat tenggorokannya sulit menelan susu yang di minumnya dan nyaris tersedak. Belum lagi tatapan Ayrin yang mengintimidasi membuat Naya semakin gugup. " Ehh...bukan, aku bukan pacarnya ko " ucapnya gugup.
" Kalo bukan pacarnya kenapa Lo gugup gitu? " Celetuknya menggoda.
" Abis kamu nanya gitu, mana mungkin Ray pacar aku, dia kan anak orang kaya. " Jelasnya sembari menyuapkan omlete itu ke dalam mulutnya.
Ayrin meletakan sendoknya dan melipat kedua tangannya di atas meja " Aneh aja sih menurut gue, Ray ga mungkin sekalap itu mukulin Nino kalo lo bukan siapa-siapanya "
Kanaya mengingat kejadian malam itu, memang benar adanya Ray begitu bernafsu menghajar Nino tanpa jeda. Jika saja Edo dan teman lainnya tidak datang tepat waktu mungkin pria itu sudah tinggal nama. Tapi, akal warasnya menepis harapan lebih dari pria itu mengingat status mereka jauh berbeda bagai langit dan bumi. Ia tidak mau berharap lebih dari sekedar belas kasih Ray. Ya, mungkin Ray hanya kasihan padanya. " Mungkin Ray cuma kasian sama aku Ay "
Ayrin tersenyum tipis, mendengar perkataan gadis yang ada di hadapannya ini, sepertinya gadis itu belum mengenal jauh siapa Ray. " Hmm, mungkin juga sih "
Ayrin meminum susunya seraya melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. " Gue berangkat ke kempus dulu ya, jangan lupa kunci pintu! " Ayrin menyambar kunci mobil di atas bufet sembari berlari kecil karena hari ini ia ada janji temu dengan seseorang sebelum pergi ke kampus.
Setelah Ayrin pergi Naya beranjak dari posisinya membereskan sisa makannya tadi bersama Ayrin. Terlintas di fikiranya untuk bekerja, karena ia merasa tidak enak jika terus menumpang di tempat Ayrin. Belum lagi sekarang ia menjadi seorang pengangguran. Tapi, fikiran gadis itu teralihkan ketika ponselnya berdering, segera ia mengehentikan aktivitasnya. Nomor tidak di kenal tertera di layar ponselnya membuat gadis itu mengerutkan dahinya, ia ragu mengangkat panggilan itu. Detik kemudian sebuah pesan masuk dari nomor tersebut membuat Kanaya melongo.
0813********
Gue Ray, angkat telfon gue.
" Ishh...kirain siapa! " gerutunya menatap layar ponselnya. Baru saja jari lentik itu mengetik, Ray menelfonnya kembali. Jari lentiknya reflek dengan cepat menggeser tombol hijau lalu menempelkan benda pipih itu ke telinganya.
" Halo Ray " sapanya begitu panggilan tersambung.
gue mau ngajak Lo ke suatu tempat, gue tunggu di loby jam 3 sore. Ajakan tersebut terdengar mutlak dari suara di sebrang line telepon.
" Iya. Tapi, kit..."
Belum selesai gadis itu berucap, Ray sudah memutuskan sambungan telefonnya membuat gadis itu menggerutu. " Ih... Ngeselin banget, tadi minta di angkat, tapi matiin duluan, awas aja kalo nelfon lagi gak aku angkat! "
Kanaya meletakan benda pipih itu di dalam tas kecilnya kemudian bersiap siap untuk mencari lowongan pekerjaan, sekiranya yang tidak jauh dari tempat tinggalnya saat ini. Gadis itu berjalan keluar dengan merapalkan doa dalam hatinya agar hari ini adalah keberuntungan untuk dirinya segera mendapatkan pekerjaan.
Kanaya menyandarkan tubuhnya pada dinding sembari menunggu pintu besi itu terbuka, detik kemudian lift itu terbuka Kanaya segera masuk dan mengambil posisi paling belakang, namun sialnya gadis itu malah menyenggol seorang wanita cantik yang terlihat dari kalangan berada. Jelas disini apartemen kelas atas pasti penghuninya manusia berduit.
" Aduh.." pekik gadis cantik itu.
" Maaf mbak ga sengaja "
Kanaya mengatupkan kedua tangannya dengan wajah menyesal.
Gadis itu menatap tajam Kanaya dengan melipat kedua tangannya di depan dada. " Mbak? Lo pikir gue mbak mbak jamu, hah! "
" Wehh, masih pagi Tante, ga usah marah marah, tar cepet tua! " timpal Seorang pria seraya menurunkan buku yang sedari tadi menutupi wajahnya dan menatap gadis cantik itu dengan senyum konyolnya.
" Edo! " Naya memekik kaget melihat Edo.
Melihat gadis kumuh itu mendapat pembelaan, membuat gadis cantik itu memilih keluar dari dalam lift.
" Lo mau kemana? " Edo mendekati Kanaya sembari memasukan buku itu ke dalam tasnya.
" Aku mau cari kerjaan, yang ga jauh dari sini " jelasnya pada Edo.
" Lo mau kerja? Ok! Lo ikut gue. "
Begitu Lift terbuka Edo segera melangkahkan kakinya setelah menoleh ke belakang agar Naya mengikutinya.
Kanaya mengikuti langkah Edo dalam diam, semoga saja pria di hadapannya ini baik seperti Ray. Sampai di dalam mobil yang melaju pelan akhirnya Naya membuka suara untuk bertanya pada pria di sampingnya ini. " Kita mau kemana? "
" Katanya Lo mau kerja? " jawab Pria itu tanpa mengalihkan pandangannya . Mata hitam itu masih fokus pada jalanan di depannya, tidak berapa lama kemudian Edo memutar setirnya ketika memasuki parkiran restoran elit dan memarkirkan mobilnya disana. Kanaya turun dari mobil itu lalu berjalan di belakang mengikuti langkah lebar Edo dengan payah.
Seseorang tersenyum menyeringai dari balik kemudinya melihat sosok yang ia cari ternyata muncul di hadapannya. Tangannya mengahantam stir mobil itu dengan bersorak penuh kemenangan. Karena kali ini ia tidak akan gagal.
🍁🍁🍁
ada yang pernah dapet perhatian dari cowo kayak Ray. selamat! kalian tidak akan mampu berkata kata😂😂
cuma mampu ngasih 2 chapter, semoga terobati rindunya😌.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Etik Widarwati Dtt Wtda
ya mending cari kerja naya jgn numpang di ayrin takut
2022-12-20
0
MandaNya Boy Arbeto❤️
belum😌😌
pengeeeennn 🤣🤣🤣🙈
2021-11-21
1
Rania Wardani
🤔pernah thor dalam mimpi
2021-04-16
1