Di saat orang orang tengah terlelap dalam buai mimpi indahnya, menikmati malam yang teduh di iringi suara gemercik air hujan yang mengalun bak musik pengantar tidur.
Namun tidak bagi pria yang tengah terduduk di sofa panjang di sebrang ranjangnya. Padahal waktu menunjukan jam 2 dini hari tetapi pria itu masih setia pada posisinya menatap keluar jendela. Seseorang telah mengganggu fikiranya hingga membuat pria itu sulit memejamkan mata. Bahkan sudah berkali kali pria itu menutup wajahnya dengan bantal namun hasilnya tetap sama seakan ada yang mengganjal di fikiranya.
Kata kata gadis itu masih menguasai telinganya, saat itu dirinya tidak sepenuhnya terlelap. Dimana saat jemari lentik itu mengusap rambutnya penuh ketulusan membuat hatinya berdesir. Gadis itu benar-benar mengambil alih seluruh otaknya untuk berpusat padanya.
Perasaan asing yang aneh, seperti sihir gadis itu mampu membuat seorang Ray terpengaruh dalam kata katanya.
Pria dengan kaos putih polos itu memilih menatap rintik rintik hujan dari balik jendela kaca kamarnya sembari tangan kanannya menarik sebatang rokok dan mematiknya. Menghirup asap kadungan nikotin itu dan mengembuskan lewat hidung sembari mengingat ingat perkataan gadis itu di sofa siang tadi.
harusnya kamu bersyukur masih punya ayah. di luar sana masih ada orang yang ga seberuntung kamu, salah satunya aku. Di saat terpuruk aku ga punya tempat bersandar bahkan untuk sekedar mengadu. S**ayangi ayah kamu sebelum kamu menyesal ketika orang yang kamu anggap membencimu justru menyayangi kamu lebih dari yang kamu tau tetapi kamu telat menyadari orang itu dan ternyata udah ga ada di dunia ini. Terkadang sebagian orang menyampaikan sayangnya dengan cara yang berbeda.
berfikirlah positif . karena kita tidak pernah tahu kapan tuhan menjemput mereka.
Setelah memutar ingatan kata kata gadis itu Ray mematikan api rokok itu ke dalam asbak lalu beranjak naik ke atas kasur king size miliknya. Ia mencoba untuk memejamkan matanya sembari bersembunyi di balik selimut tebalnya.
Baru beberapa kali tarikan napas pria itu sudah memasuki alam mimpinya di iringi suara gemercik air hujan yang tak kunjung berhenti sejak sore tadi.
🍁🍁🍁
Matahari malu malu menampakan sinarnya. Bekas hujan semalam rupanya masih menyisakan awan mendung pagi ini.
Tapi pria di balik selimut tebalnya itu masih setia memejamkan matanya, sepertinya kegelisahan semalam menyita waktu tidurnya. Tiba-tiba ponselnya berdering mengganggu tidur lelapnya, dengan mata masih terpejam Ray meraih ponselnya di atas nakas dan menggeser tombol hijau tanpa melihat siapa penelpon sialan yang mengganggu tidurnya.
Ray
Teriak seseorang di balik line telepon dengan sedikit tertawa.
" Berisik beg*! "
Umpat Ray dengan sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya dan berusaha membuka matanya. Namun pria di balik line telpon rupanya belum puas untuk memancing emosinya.
hahahah bangun woy, udah siang! kaya gadis aja lo jam segini belum bangun.
Terdengar kekehan dari balik line telepon dengan nada mengejek.
Mata hitam Ray melirik jam di atas yang berada di atas nakas, benar saja jarum jam menunjukan pukul 10.
" ***, Ada apa! "
Ada yang mau gue omongin. gue tunggu di kafe biasa sekarang!.
nada serius terdengar dari pria itu.
Yaps, Ray bukan tipe orang suka bertele-tele " Ga penting, Lo abis! " Dengusnya dengan nada mengancam seraya memutus panggilan dari sahabat sialannya itu lalu melepar ponselnya asal.
Dengan rasa kantuk yang mendominasi Ray beranjak dari tempat ternyamannya, Lalu berjalan malas menuju kamar mandi, cukup 20 menit untuk Ray membersihkan diri dan berganti pakaian.
Ray berjalan menuruni tangga dan menyabar kunci mobilnya di atas bufet TV, kemudian ia berjalan ke arah pintu utama namun ia berpapasan dengan Naya yang baru saja datang.
" Kamu mau kemana ?" kanay menatap Ray dengan raut heran melihat pria di depannya ini sudah berpakaian rapih, dengan aroma maskulin yang menusuk Indra penciumannya.
" Keluar sebentar, jangan lupa kunci pintu! " Titahnya sambil berjalan menuju garasi. Ray membuka pintu mobilnya lalu memasang safety beltnya dan mulai melajukan mobil hitamnya keluar pelataran rumah. Sementara Naya masuk kedalam rumah dan mengunci pintu sesuai perintah Ray.
Dengan kecepatan sedang Ray membelah jalanan kota yang sedikit lengang karena hari ini weekend, di tambah cuaca yang mendung membuat orang lebih memilih bergelung di balik selimut tebalnya.
Sesampainya di Cafe Ray membuka pintu kaca itu lalu melangkah masuk seraya mengedarkan pandangannya mencari sahabat sialannya itu yang mengajaknya bertemu.
Edo melambaikan tangannya dan berteriak ketika melihat sosok yang ia tunggu menampakan wujudnya.
" Woyyy "
Ray berjalan mendekat ke arah pria yang melambaikan tangan padannya.
" Lama banget lu kaya cewek " Ejek Edo ketika pria dengan kaca mata bening yang bertengger di hidung mancungnya itu duduk di hadapannya.
" Sialan! " Umpatnya Seraya mendorong meja ke arah Edo.
Edo hanya terkekeh melihat sahabatnya yang datang dengan aura mengancam. Ray menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi dan menatap lurus ke arah Edo, seakan ingin memakan sahabatnya itu hidup hidup kerena telah berani mengganggunya.
Namun dari kejauhan sepasang mata memperhatikan Ray dengan tatapan memuja. Gadis itu mengahampiri meja Ray dengan membawa makanan yang telah Edo pesan sebelum Ray datang. Satu porsi omelette dan jus jeruk.
Gadis itu terus menatap Ray hingga membuat Ray risih.
Edo yang menyadari tatapan gadis itu lantas mengejeknya " liatnya biasa aja mbak,tar copot matanya! "
Yuni yang merasa malu karena tingkahnya lantas ia berjalan cepat meninggalkan meja mereka dan kembali ke tempatnya.
cowo yang waktu itu! asli ga salah gue, ganteng banget njiirr! Gumamnya lirih.
Setelah Yuni pergi dari dari tempat mereka Ray langsung bertanya pada Edo. " Ada apa! "
Ketus Ray sembari memakan omelette yang sudah di pesan oleh Edo.
" Ayrin minta tolong gue buat nyampein undangan ini ".
Melempar kertas undangan ke meja. Undangan bertuliskan birthday party di kelab malam yang cukup terkenal.
" Ga bisa! "
Jawabnya singkat.
" hayolah Ray, ga da Lo ga seru! Masa gue sendirian! " Dengan tatapan memelas.
" Ga tertarik gue acara begituan " Jawabnya acuh, sembari meminum jus jeruknya hingga tandas.
Lalu hening sesaat sampai Edo mendapat ide agar Ray mau ikut.
" Lo ajak cewe udik itu aja, gimana? "
Jawabnya penuh harap agar Ray mau mengikuti acar itu.
" Kanaya!, bukan cewe udik! "
Ketusnya dengan nada menginterupsi, Seraya melempar tisu ke arah Edo, membuat Edo tertawa.
Edo tertawa melihat reaksi Ray yang mengoreksi ucapannya " hahahah santai men! Gue liat si Naya lumayan cantik, tinggal lo poles dikit, gue jamin ayrin pasti minder dan ngejauhin Lo. "
Ray berfikir sejenak tentang kata kata Edo barusan. Terbesit di fikiranya untuk mengikuti saran sahabat gilanya itu. Ia juga ingin ayrin si cewe manja itu agar menjauhinya. Tapi, come on! ini bukan gayanya. Ray tidak pernah suka tempat berisik seperti kelab malam.
Setelah selesai membahas Ayrin, Ray langsung pergi meninggalkan Edo, ia berjalan menuju parkiran dan menaiki mobilnya.
Tiba-tiba di tengah jalan ia memutar stir mobilnya dan berhenti tepat di depan bangunan berlantai tiga. Entah setan apa yang merasukinya hingga ia melakukan itu.
🍁🍁🍁
maaf lama, jangan bosen nemenin aku ya 😂
Jangan lupa tinggalin jejaknya kak,,biar aku semangat , terimakasih.
sampai jumpa di next chapter.😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Etik Widarwati Dtt Wtda
ke bapaknya
2022-12-17
0
VS
kaya gadis aja lo jam segini belom bangun, kok Edo bilang gitu
Bang, gak salah, kalo gadis bangunnya pagi dong
2021-12-17
1
salsa audy
ntar Yuni tau klo Rey majikan kanaya,Yuni minta Kanaya keluar lagi dr kerjaan yg sekarang gantiin ibunya Yuni😏..
2021-04-13
1