Ray meracau dengan masih memejamkan matanya sambil menggenggam jemari Naya, hingga membuat Naya memekik kaget setelah kulitnya bersentuhan.
" Panas! "
Kata pertama yang terucap ketika Naya merasakan hawa panas dari kulit Ray. Ia mendekat dan meletakkan telapak tangannya di kening Ray. demam batinya.
Naya mengambil alat pengukur suhu dan meletakkannya di tubuh Ray. Benar saja, suhunya mencapai 40 derajat. Naya menyiapkan handuk kecil dan air hangat untuk mengompres kening Ray. Dengan telaten ia mengganti kompres itu sampai sampai sampai Ia terjaga sepanjang malam untuk menjaga suhu tubuh Ray. Belum lagi ketika Ray menginggau, terlihat jelas guratan ketakutan di wajahnya. Ternyata di balik sikap kasar dan arogannya ada ketakutan yang begitu kental yang ia sembunyikan.
Terbesit rasa penasaran di kepalanya tentang kehidupan pria di hadapannya ini, kemana orang tua nya ? Apakah Ray sebarangkara juga seperti dirinya.
Segala fikiranya tentang Ray membuat Naya perlahan menutup matanya, ia tidak sanggup lagi menahan kantuknya hingga akhirnya tertidur.
🍁🍁🍁
Matahari dengan gagahnya menampilkan sinarnya pagi ini, terbukti banyaknya orang orang yang berlalu lalang di taman komplek untuk sekedar berolahraga. Namun tidak bagi dua insan di balik kamar lantai atas yang masih setia memejamkan matanya. Naya tertidur di samping Ray dalam posisi duduk dengan tangan saling bertaut.
Merasa terganggu dengan silaunya matahari yang menyelinap masuk melalui celah gorden kamarnya, membuat pria tampan itu mengerjap pelan. Tangan menyentuh kepalanya yang terasa pusing, namun ia di kagetkan dengan pemandangan yang tidak biasanya, tangannya bertaut dengan jari mungil milik siapa? Ray menoleh kesamping, terlihat oleh pandangannya seorang gadis tengah tertidur pulas. Ia tidak pernah menyangka dirinya berada satu ranjang dengan seorang gadis.
Namun ada sedikit perasaan aneh yang menggangu hatinya. Ketika Ray mencoba menyelipkan anak rambut yang menutupi wajah polos itu, mata lentiknya tiba tiba mengerjap pelan, Ray seketika reflek memejamkan kembali matanya, dirinya tidak ingin gadis itu berfikir yang macam macam.
" Eh...aku ketiduran? Ya ampun, kenapa aku bisa sampe ketiduran sih! " gerutunya sembari melepaskan jemarinya dari genggaman Ray.
" Alhamdulillah panasnya udah turun "
ucapnya bersyukur setelah menyentuh kening Ray, karena demam di tubuhnya sudah turun. Naya memperhatikan wajah damai Ray dengan seksama terlihat begitu lelapnya pria itu tertidur. Terlihat jelas dari napasnya yang naik turun teratur. Tapi, ketika kakinya memijak lantai dirinya merasa hilang keseimbangan akibat kurang tidur, hingga membuat dirinya terjatuh menimpa tubuh Ray.
" Aaww "
Naya dan Ray memekik sakit bersamaan. hingga membuat Ray mengumpat kasar karena dadanya terbentur kepala Naya.
" Sakit beg*! "
umpatan manis lolos dari bibir sensual Ray, bukan Ray namanya jika ia tidak berkata kasar.
" Lo sengaja! ? "
" Eh eng...engga ko, enak aja! Siapa yang sengaja! "
balasnya tak kalah sengit, kemudian Naya bangkit dari posisinya dengan menggerutu tak jelas membuat Ray menarik bibirnya tersenyum melihat Naya membereskan alat bekas mengompresnya dengan gerakan kasar.
Melihat Naya melangkahkan kakinya keluar meninggalkan kamarnya Ray mengubah posisinya bersandar pada punggung ranjang. Ray menyambar ponselnya di atas nakas terlihat di layar ponselnya beberapa panggilan dan pesan masuk dari seseorang.
**
Sementara Naya sedang memasak bubur dan membuat teh hangat untuk Ray dan bersiap membawanya ke kamar. Tapi, baru saja ia keluar dari pintu dapur, terlihat olehnya pria tampan itu sedang duduk di ruang tengah dengan memainkan ponselnya.
Naya menaruh bubur dan teh hangat itu ke dalam nampan lalu membawanya ke ruang tengah dimana Ray berada.
" Kamu ngapain turun, kan lagi sakit? "
Tanyanya cemas sembari meletakan nampan di atas meja.
" Gue cuma demam, bukan lumpuh! "
" Tapi kamu harus banyak istirahat. "
" Bosen! " Jawabnya singkat tanpa menoleh sedikitpun dari layar ponselnya.
" ih kamu tuh di bilangin susah ba…
Tiba-tiba kecupan singkat mendarat di bibir Naya membuat tubuhnya mematung, seketika pipinya memanas dan rona merah terlihat di pipih mulusnya.
" Lo tuh berisik banget tau ga! Gue ga tau cara bikin Lo berenti ngomong. Badan Lo kecil tapi banyak ngmong! "
Tanpa rasa bersalah pria tampan yang sudah mencuri cium kembali memainkan ponselnya setelah apa yang dia lakukan.
" Gue tuh ga suka Lo atur! "
Ray melirik gadis itu dari ekor matanya, sembari meletakan ponselnya di atas meja, dan mengambil mangkok yang berisi bubur dan menyuapnya perlahan.
" Kenapa bengong? Mau nambah lagi?"
Godanya sambil mendekatkan wajahnya ke arah Naya, membuat Naya reflek bangkit dari duduknya dan berlari kecil ke dapur.
Ray tersenyum tipis seraya menggeleg pelan melihat tingkah Naya. Kanaya gadis yang sudah mengganggunya malam itu ternyata berhasil mengusik fikiranya.
kanaya, sekali Lo masuk dalam kehidupan gue gak akan pernah gue lepasin.
🍁🍁🍁
*Di rumah Martin*
Bangunan mewah begaya Eropa modern, dengan pilar pilar yang kokoh menyangga di setiap sisinya dengan warna putih yang mendominasi serta halaman yang luas menambah semakin megahnya rumah itu.
Terdengar suara hells beradu dengan lantai, seorang wanita cantik berjalan menuruni anak tangga menuju ruang tengah menghampiri Martin yang tengah sibuk dengan notebook di tangan nya. Martin ayah kandung Ray. Pria paruh baya yang masih terlihat gagah meski rambut putih mulia menghiasi rambutnya.
Jemari lentik dengan kuku yang terawat menyentuh pundak Martin mengusapnya pelan.
" Gimana sayang, apa Ray mau pulang ke rumah? "
Martin hanya menggeleng pelan sembari meletakan notebook itu ke atas meja. Martin sudah bosan membahas anak bungsunya itu. Anak bungsunya itu sama keras kepalanya dengan dirinya. See... ternyata benar kata pepatah, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
" Ayah udah ngirim orang orang suruhan ayah untuk mengawasi rumah Ray. "
Wanita cantik itu hanya mengangguk pelan. Marisa wanita cantik dengan tubuh tinggi dan seksinya berjalan memutar sofa dan mendudukkan Dirinya di sebelah Martin.
" sabar sayang pelan pelan aja, jangan terlalu di paksain, Ray bukan remaja lagi! "
Ucap Marisa sembari merebahkan kepalanya di bahu Martin dengan manja.
Martin ingin Ray kembali ke rumah untuk menjalankan bisnisnya, namun sayangnya Ray menolak Karena ia membenci Martin yang menikah lagi dengan wanita seperti Marisa.
" ayah akan coba bicara baik baik dengan anak itu "
ucapnya dengan mengecup pelan jemari Marisa yang merangkul lengannya. Dirinya mulai mencari cara untuk membuat anak bungsunya itu mau berdamai dengan dirinya.
🍁🍁🍁
makasih buat yang udah baca,jangan bosen ya😁 jangan lupa tinggalin jejaknya buat nemenin aku😂
samai jumpa di next chapter 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
hmmm dapat kecupan terasa melayang jg yah...😁
2023-08-26
0
Etik Widarwati Dtt Wtda
punya ibu tiri
2022-12-17
0
VS
maen nyosor aja bikin kaget ayang Naya
2021-12-17
0