Ray berjalan menelusuri koridor kampus menuju taman. Pria berkacamata bening itu duduk di kursi besi di bawah pohon rindang, hari ini ia akan mengajak Kanaya ke tempat dimana ia akan memperkenalkan gadis itu dengan seseorang. Mata hitam itu melirik jam di tangannya, terukir senyum tipis di bibirnya, jelas saja pria itu sudah tidak sabar menunggu waktu untuk bertemu dengan gadisnya. Tunggu! Gadisnya? Ray sedikit geli mendengar kata gadisnya. Sejak kapan ia melekatkan status pada gadis itu. Dan memangnya gadis itu setuju untuk menjadi kekasihnya. Tapi, siapa yang bisa menolak pesonanya, pria yang hampir mendekati sempurna dengan status dan wajah tampannya.
" Ray "
Seorang gadis cantik langsung duduk di samping Ray tanpa menunggu ijin dari Ray.
Kehadiran gadis di sampingnya membuat Ray bersuara, karena sudah mengganggu dirinya." Ngapain Lo kesini? " Ketusnya tanpa menoleh ke arah Ayrin. Ya, gadis cantik itu adalah Ayrin.
" Gue mau ngasih tau soal Kana..."
" Gue udah tau, dia tinggal di Apartemen lo! " Ujarnya menyela perkataan Ayrin, sebelum gadis cantik itu selesai menyebutkan nama Kanaya.
" Lo tau darimana? "
Tanya Ayrin penasaran, pasalnya ia tidak pernah melihat Ray berada di sana. Tunggu, Edo! Ya, cowo gaje itu pasti yang memberitahu Ray.
" Gue harap Lo ga ada niat jahat di balik kebaikan Lo ngasih dia tempat tinggal di apartemen Lo. " Ucapnya memperingati gadis cantik yang duduk manis di sampingnya.
" Hahahah, gila aja gue macem-macem sama Lo. Ya, meskipun gue masih cinta sama lo. Tapi bukan berarti gue ****. " Celetuknya mencairkan suasana agar Ray tidak salah paham dengan perbuatannya membawa Kanaya tinggal bersamanya.
" Bagus lah, karena Lo bakal tau akibatnya! " Ancamnya tegas hingga membuat gadis dengan rambut bergelombang itu bergidik ngeri. Mengingat siapapun yang menjadi lawan Ray tidak di beri jeda untuk sekedar bernafas.
Ray bangkit dari posisinya, beranjak pergi meninggalkan Ayrin. Ia tau setelah ini gadis itu akan membuat drama, dan itu membuat Ray malas.
" Ray " Ayrin menjeda kalimatnya seraya menarik lengan Ray menahan kepergian pria tampan tersebut. Ayrin mengigit bibir bawahnya merasa ragu untuk mengutarakan maksudnya.
" Jangan anggep gue musuh, Manis dikit aja sama gue. Please! " Sambungnya memberanikan diri dengan tatapan memohon.
Benar saja, sudah Ray duga ini pasti akan terjadi. Ray menolehkan wajahnya menghadap gadis itu. " Gue ga bisa lebih dari ini! " Ketusnya dengan wajah datar dan tatapan tajam menusuk. Ray kembali menoleh setelah ia hampir melangkah. " Satu lagi! Seberapa keraspun Lo mencoba, perasaan gue tetep sama, karena cinta ga bisa di paksain Ay! coba buka hati Lo buat orang lain " Intonasi suara Ray, mulai merendah, memberi tahukan gadis itu agar berhenti mengharapkannya.
Ray melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda, meninggalkan area taman dan Ayrin.
Sementara Ayrin hanya bisa menangis dalam diam meremas dress merah maroonnya di atas paha. Sakit! Memang sakit rasanya, tapi itu lebih baik. Apa yang Ray katakan memang benar adanya. Dari pada ia harus terjebak dalam cinta sepihak, dalam batas waktu yang lama.
Gadis itu bangkit dari posisinya seraya menghapus bulir bening di pipinya, ia tidak ingin ada yang melihatnya dalam ke adaan kacau seperti ini.
Ray berjalan menuju kantin melewati koridor, ia melihat dengan ekor matanya, beberapa mahasiswa menatap dirinya. Berita tentang dirinya masuk jeruji besi akibat memukuli Nino sudah beredar di kampus. Ck! ternyata masih ada orang bodoh yang berani melawan Ray.
" Woy! " Edo merangkul bahu Ray dengan senyum khas di wajahnya.
Ray hanya menoleh sekilas lalu kembali fokus ke depan.
Melihat ekspresi sahabatnya ia tau sudah terjadi sesuatu" Lo kenapa? " Tanya Edo memastikan.
" Ayrin " jawab Ray singkat.
" Kenapa lagi dia? " Tanya Edo penasaran.
" Dia masih ngarepin gue " ujarnya sembari menarik kursi dan mendudukkan dirinya disana.
Edo hanya mengangguk lemah lalu duduk di samping Ray. " Oh ya, tadi gue ketemu Kanaya di lift, dia lagi nyari kerja " ucap Edo antusias, mengalihkan topik tentang Ayrin.
" Kerja? " Tanya Ray bingung, sebenarnya bisa saja Kanaya kembali bekerja di rumahnya, dan akan membayar berapapun yang gadis itu minta.
" Iya, kerja yang deket sama Apartemen katanya " Edo menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, menatap raut bingung sahabatnya.
" Kalo menurut gue sih, dia itu gak mau nyusahin orang, cewe mandiri. Idaman bro! " Celetuknya dengan senyum mengembang.
Ray menatap tajam Edo seraya menendang kursi yang di duduki Edo.
" Wohhh, biasa aja kambing! gue cuma ngomong doang ya elah. " Ujarnya dengan tertawa.
" Gue abisin Lo ! " Ancam Ray dengan tersenyum miring.
" Hahaha, gue belom kawin, sayang nyawa gue " timpal Edo seraya mengambil benda pipih di saku celananya yang berdering.
Ray merubah posisinya memperhatikan raut wajah Edo yang tersenyum. Melihat ekspresi Edo yang sedikit aneh menurutnya, membuat Ray penasaran siapa yang meneleponnya.
Edo mematikan ponselnya lalu menoleh ke arah Ray. " Gue lupa mau ngasih tau Lo, Kanaya kerja di restoran bokap gue " ujarnya seraya meletakan ponselnya di atas meja.
Ray mengangkat sebelah alisnya bingung " Lo tempatin di bagian apa? " Tanya Ray dengan nada mengintimidasi. Seakan, jika Edo salah menempatkan maka habislah dia.
" Di kasir. Tapi, tadi menager restoran telpon gue, katanya Kanaya lebih suka di bagian pelayan. " Jelasnya dengan tersenyum. " Cewe unik " Timpalnya lagi.
Mendengar perkataan Edo, Ray menarik bibirnya untuk tersenyum. Ternyata Kanaya gadis yang mandiri tidak seperti wanita kebanyakan yang manja, dan merepotkan. Dan hal itu membuat Ray semakin tertarik dengan gadis itu.
Edo merasa aneh melihat raut wajah Ray, pria yang sangat pelit bicara dan kaku ini bisa tersenyum sendiri. " Kenapa Lo senyum-senyum? " Tanya Edo penasaran.
Bukannya menjawab Ray malah bangkit dari posisinya dan berjalan keluar meninggalkan Edo.
" Woii... tunggu, mau kemana Lo buru buru? " Tanya Edo sambil berjalan cepat mengikuti langkah Ray yang sudah berjalan terlebih dulu.
" Gue mau jemput Kanaya " jawab Ray Setelah sampai di parkiran mobil.
" Weehh...udah kencan aja nih, jangan lupa bawa pengaman! " Celetuknya dengan tergelak.
Ray mendekati Edo untuk memberi sedikit pelajaran namun pria tinggi itu sudah lebih dulu berlari masuk ke dalam mobilnya. Ray menaiki mobil hitam miliknya dan melajukannya menuju restoran untuk menjemput Kanaya.
Setelah tiba di restoran Ray langsung memarkirkan mobilnya dan langsung masuk mencari keberadaan Kanaya. Manik mata hitamnya yang terhalang kaca bening langsung menangkap sosok gadis yang ia cari sedang membawa nampan berisi makanan ke arah meja yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Kanaya tidak melihat keberadaan Ray yang menatapnya tanpa berkedip. Hingga Ray berdiri mengahalangi jalannya, sontak membuat gadis itu kaget.
" Ishh...kamu ngagetin tau ga, kalo nampanya jatoh gimana? Tar aku bisa di marahin. " Gerutunya pada pria tampan yang berdiri di depannya sambil tersenyum tanpa dosa.
" Siapa yang berani marahin kamu? "
Ucapnya santai.
" Ya...ya atasan akulah, siapa lagi ? "
Ucap Kanaya gugup dan bergeser ke samping mencari celah untuk dirinya lewat mengantarkan pesanan.
" Kalo dia berani marahin lo, gue ancurin tempat ini " ucapnya dengan tersenyum miring. " Gue tunggu di depan! " Ray berbalik meninggalkan Kanaya yang masih terdengar olehnya ocehan dari bibir tipis gadis cantik itu, yang membuat Ray semakin gemas.
🍁🍁🍁
Ayrin
tiati Ray kalo udah gemas bisa jadi bucin 😂😂
makasih Kaka yang udah mampir ,makasih like komen votenya. Banyakin ya 😂biar Ray makin bucin
sampai jumpa di next chapter 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Etik Widarwati Dtt Wtda
kasian ayrin
2022-12-20
0
MandaNya Boy Arbeto❤️
ayrin buat Edo si jahil aja 🤭
2021-11-21
1
salsa audy
ayrin cantik banget☺️
2021-04-13
1