Only You
Dari kejauhan pandangan tajam itu menangkap beberapa orang yang duduk di atas motor mereka. Mereka melintangkan motor di tengah jalanan yang terlihat sepi. Dalam diam Pria itu mulai mengurangi kecepatan mobilnya dan berhenti tepat di depan grombolan itu.
Dirinya terlihat santai ketika beberapa dari mereka mulai mendekati kaca mobilnya. Salah satu dari mereka mengetuk pintu itu dan mulai berteriak.
"Keluar!!!" kata kata itu terdengar bahkan sebelum pria itu menurunkan kaca mobilnya.
Pria itu menghela nafas pelan, malam ini sepertinya akan menjadi sedikit merepotkan pikirnya. Di tambah lagi dirinya harus berurusan dengan para pecundang di hadapannya. Semalam dirinya telah menghancurkan isi rumah dan berakhir dengan membuat wajah seseorang dihiasi rona merah. Sekarang dia harus bertemu dengan gerombolan kecoa yang berwajah jelek.
Ray membuka pintu dengan santai. Pria itu terlihat tenang dan reaksinya sangat berbeda dengan orang normal pada umumnya. Dari sorot matanya tidak terlihat sedikitpun rasa takut dan wajahnya masih tetap tanpa ekspresi. Pria itu menutup pintu mobil dengan keras dan bersandar di body mobil. Para preman di hadapannya tersenyum puas melihat stelan serta gaya berpakaian Rayhan, ya pria itu bernama Rayhan Febriano.
"Orang kaya bro" kata salah dari satu dari mereka. Senyum kemenangan tergambar jelas di wajah mereka. Seolah pria yang berada di hadapan mereka kali ini adalah target yang empuk. Ketiga preman itu berpikir pasti mudah merampok seorang Ray yang terlihat lemah dengan kaca mata bening di wajah tampannya. Saat salah satu dari mereka mulai menyodorkan tangannya seakan meminta barang-barang Ray.
Ray menarik tangannya dan membanting pria itu. Hal itu membuat dua orang lainnya ikut maju dan berakhir sama dengan yang sebelumnya. Ray menghajar mereka bertiga tanpa belas kasihan. Bagi Ray, hal ini hanya sekedar olahraga malam.
"Arhkkk"
Suara jeritan preman itu mengema saat Ray mendaratkan bogem mentah berkali-kali pada wajah salah satu dari mereka. Di sisi lain dua orang lainnya terlihat menahan sakit dan bahkan tidak sanggup berdiri.
Pukulan Ray benar-benar tidak bisa di hentikan. Hingga seorang gadis menahan lengannya ketika melihat Ray menghajar pria yang tergeletak di jalan.
"BERHENTI!!!"
Rayhan berhenti dan menghempaskan tubuh lawannya. Matanya menatap sinis pada gadis yang masih menahan lengannya. Gadis itu terlihat marah pada Ray yang mungkin terlihat seperti menghajar mereka tanpa sebab.
Ekspresi Ray terlihat tidak senang dengan tindakan gadis itu. Matanya menatap tajam pada sepasang bola mata yang berani memandangnya. Ray menarik lengannya dan membuat gadis itu terdorong hingga menjatuhkan sesuatu yang ada di tangan gadis itu.
"Pecah!"
Plastik yang berisi telur ayam itu jatuh dan memecahkan isinya. Gadis itu mendongak dan menatap ray dengan tatapan membunuh.
"Kamu!"
Ray tidak menggubris bentakan gadis itu dan melangkah pergi. Langkah Ray terhenti ketika lengannya lagi-lagi di tahan oleh gadis itu.
"Kamu kenapa sih jadi orang jahat banget, mukul orang sembarangan, jahatin aku, sekarang liat tu gara-gara kamu jadi pecah" ucap gadis itu bernada kesal sembari menunjuk pada kantung berisi telur yang berserakan.
Ray sangat membenci orang yang hanya bisa menyalahkan. Gadis itu sama sekali tidak tahu apa-apa dan seenaknya menyalahkan Ray. Jika saja gadis itu tidak menganggu urusannya, hal seperti sekarang tidak akan terjadi padanya.
Beruntung dia seorang gadis jika tidak, Ray pasti akan membuatnya mengalami nasib yang sama dengan preman-preman tadi. Tanpa banyak bicara Ray mengambil dompetnya dan melempar dua lembar uang seratus ribuan pada gadis itu. Ketika dirinya akan melangkah, gadis itu kembali menahan lengan Ray.
"Aku bukan pengemis!"
"Lepas!!!" Bentak Ray dan menarik lengannya. Namun gadis itu sepertinya tidak mau menyerah dan menghadang Ray sambil merentangkan kedua tangannya.
"Mingir!" Bentak Ray dengan Nada kesal. Namun gadis itu seakan tuli dan tetap kokoh menghadang jalan Ray.
"Lo cari mati?"
"E..engak" gadis itu mengeleng. "kamu harus minta maaf," ucapnya lirih.
"Harus?"
Gadis itu mengangguk. "Iya minta maaf sama abang abang it--"
Kalimat gadis itu terhenti ketika sadar bahwa hanya mereka berdua yang ada di jalanan itu.
"Udah?" Ucap Ray dan berniat meninggalkan gadis itu.
"Kamu juga harus minta maaf sama aku" balas gadis itu dan kembali menutup jalan Ray.
Bukannya meminta maaf Ray malah mendorong kening gadis itu dengan telapak tangannya.
"Kamu jahat!!!"
"Bawel! Jangan cari masalah sama gue ngerti!"
"Apa susahnya sih minta maaf?"
"Gak!"
"Kenapa kamu jahat sih? Kamu ga cocok jadi preman tau, Kalo kamu baik pasti banyak cewek naksir sama kamu"
Tanpa sadar gadis yang bernama Kanaya itu memuji wajah tampan Ray. Namun semua itu seakan sindiran bagi Ray dan pria itu memilih melangkah pergi. Melawan seorang wanita tidak ada dalam kamus Ray. Pria itu berjalan menuju mobilnya dan menahan semua emosi yang bisa saja meletus tanpa aba-aba.
"Oh ... jadi selain jahat kamu pecundang ya? Udah jahat gak mau minta maaf lagi"
Kalimat gadis itu seakan genderang perang bagi Ray. Emosi pria itu meletus dan dirinya berbalik menuju gadis itu. Ray menarik tangan gadis itu dengan kasar dan membuatnya merintih kesakitan.
"Lo kalau cari mati jangan sama gue! Ga minat gue ngurusin cewek tol*l kaya lo!"
"Ih lepas ... kamu pasti merasa hebatkan? Udah nyakitin cewek kaya pecundang, cuma pecundang yang kasar sama perempuan."
Kanaya sepertinya memang berniat memancing emosi pria itu dan usahanya sukses. Ray kini berada di puncak emosinya dan menatap mata gadis itu seperti seekor harimau.
"Siapa nama lo?"
Gadis itu hanya diam dan berusaha melepaskan cengkraman Ray mulai menyakitinya.
"Nama lo!?"
"Ka......Kanaya"
"Ini terakhir kalinya lo jumpa gue! Jangan pernah muncul di hadapan gue lagi sebelum lo gue habisi ngerti!?"
Ray melepas lengan gadis itu dengan kasar dan berjalan masuk ke dalam mobilnya. Pria itu membanting pintu mobilnya dan menyalakan mesin sambil menggeber knalpot mobilnya. Pria itu berlalu meninggalkan Kanaya yang tersungkur di tanah dengan lengan yang memerah karena cengkeraman tangan Ray.
Gadis itu hanya bisa mengusap memar yang ada di lengannya dan menatap mobil Ray yang menjauh dan menghilang ditelan gelapnya malam. Malam itu adalah malam yang aneh bagi mereka berdua dan Kanaya cukup sial karena harus kehilangan telur ayam yang dia beli. Sementara Ray, pria itu harus menghabiskan malam dengan penuh kekesalan dan emosi yang memuncak.
Kanaya berjalan meninggalkan tempat itu dengan langkah lemah sambil menyimpan kesal dalam hatinya. Jika suatu saat mereka kembali bertemu, entah apa yang akan terjadi di antara mereka.
Rayhan Febriano
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
sampai jumpa di chapter selanjut nya😌
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
MandaNya Boy Arbeto❤️
mulai lg de awal deh
2023-09-04
0
Cicih Sophiana
mampir thor
2023-08-20
0
Nuranita
wah abang ray bright......love you....pas bnget bang lakonx jdi cowok galak...keren
2023-02-01
0