Pertemuannya dengan Yuni beberapa menit yang lalu membuat Naya menghela napas pelan, dirinya hanya bisa pasrah menerima permintaan Yuni.
Sahabatnya itu meminta tolong padanya untuk menggantikan dia, sebagai asisten rumah tangga di tempat ibu nya bekerja. Naya tidak enak jika harus menolak permintaan sahabatnya itu, jadi dengan pasrah ia terima saja permintaan itu, anggap saja sebagai tanda terima kasih.
Bermodal kan alamat yang di tuliskan oleh Yuni, Kanaya berjalan pelan menyusuri gang sempit untuk menuju perumahan elit yang tertera di dalam kertas kecil itu. Sesekali ia menyapu pilipisnya yang basah karna panas terik dan kelelahan.
Setelah beberapa menit berjalan tibalah Kanaya di depan Pagar hitam yang menjulang tinggi, dengan dominan cat berwarna putih rumah minimalis bergaya Eropa itu terlihat mewah meski tidak terlalu besar.
Naya kebingungan karena sudah berkali kali ia menekan bel tapi tidak ada seorang pun yang keluar dari rumah itu, ia mencoba lagi menekan bel itu sembari mengusap pilipisnya yang basah karna sore ini matahari masih menampakan wajah nya dengan gagah.
Naya menunggu d bawah pohon yang ada di dekat pagar, berharap si pemilik rumah keluar dan membukakan gerbang tinggi itu untuk akses ia masuk.
Tiba tiba tangan kokoh membekap mulutnya seraya memutar tangannya kebelakang, tangannya terasa sakit karena cengkraman cowok itu terlalu kuat.
Cowok yang membekap Kanaya ialah pemilik rumah tersebut, yang sedari tadi memperhatikan Naya dari dalam mobil, karena merasa curiga dengan gerak gerik Kanaya.
"Ngapain Lo liatin rumah gue?! "
"Aduh,,,,sakit baget tau, lepasin dulu! "
Cowo itu tak mengindahkan permintaan Kanaya, justru semakin mengeratkan cengkramannya. "jawab dulu!" bentaknya "Ngapain Lo di sini?!"
"Iiiihhh sabar dulu apa, kan bisa tanya baik baik" jelas Naya namun justru membuat Ray semakin kesal.
"Jawab!!".
Bentak Ray tepat di telinga Kanaya, sontak membuatnya berjengit kaget, dan samakin gugup.
"Eh,a...aku di suruh sa...sama Bu Imah kesini".
mendengar nama asistennya disebut, lantas Ray melepaskan cengkeramannya di tubuh gadis itu.
Dengan santainya Ray melenggang pergi meninggalkan Kanaya setelah apa yang sudah ia lakukan padanya. Ya ,siapa lagi yang bisa berbuat sesuka hatinya selain Ray.
"mau sampe kapan berdiri bmdi situ?" tanya Ray dengan wajah datarnya, begitu ia sudah berdiri di samping mobil hitam kesayangannya.
"Issh ngeselin banget sih tuh orang, padahalkan dia yang ga sabaran" gumam Naya lirih seraya melangkahkan kakinya menuju mobil Ray.
Naya membuka pintu belakang dan mulai melangkahkan kakinya masuk kedalam mobil itu, namun langkahnya terhenti ketika tangan kokoh Ray menarik kerah belakang nya.
"eeeehhh ehh" pekik Kanaya seraya mundur kebelakang.
"Siapa suruh lu duduk di belakang?!"
Ray menutup pintu belakang dengan keras, menarik gadis itu sembari membuka pintu depan, memaksa Kanaya untuk masuk dan duduk di kursi depan.
"Gue bukan supir!" Ray setelah menstater mobil nya melaju dengan pelan.
Naya hanya tertunduk pasrah sambil menggerutu, mengikuti perintah Ray.
'kenapa mesti ketemu cowok ini lagi sih,galak banget sumpah' gumam Naya lirih.
"Lu kira gue ga denger!" ujar Ray tanpa mengalihkan perhatiannya dari jalanan di depannya.
Reflek Kanaya menutup bibirnya dengan kedua telapak tangannya. 'haduh mati aku' gerutunya.
Pintu gerbang terbuka otomatis setelah Ray menekan benda kecil berwarna hitam dari saku jaket nya.
"Wah keren banget, gerbang nya kebuka sendiri" ucap Naya terkagum tanpa sadar.
"Dasar udik!"
Setelah mobil masuk ke dalam halaman rumah Ray membuka pintu mobil dan menutup nya dengan keras, Nayapun ikut turun dari mobil.
Pintu gerbang kembali tertutup setelah Ray menekan benda itu lagi, dan berjalan menuju pintu utama sembari mengeluarkan kunci dari saku celananya dan membuka pintu.
Pintu itu terbuka, suasana rumah itu yang sepi membuat Kanaya bergidik ngeri, pasalnya tidak ada siapapun disana selain mereka berdua disana. Fikiran liarnya entah kemana, membayangkan jika saja cowo rese ini berbuat yang tidak tidak padanya, siapa yang akan menolongnya nanti?
" Ga usah ngayal! " Ray mengusap wajah Kanaya kasar. "Gue ga selera ma cewe beg** kaya Lo! "
Ray berjalan santai dan melempar tas nya ke sofa single yang ada di ruang tamu. Dan menghempaskan tubuh tingginya seraya mengangkat kaki ke atas meja. Dipandanginya gadis itu yang diam membeku seperti patung.
Reflek Kanaya menutup tubuhnya dengan kedua tangannya, karena cowo rese itu memandangi dirinya dari atas hingga bawah, ia merasa seperti di telanjangi.
Wait? mesum?
Catat! Ray tidak pernah berbuat mesum kepada wanita mana pun, bahkan tidak ada gadis yang mampu membuat Ray bergairah.
"Ngapain bengong disitu? Beresin kamar gue!"
"Iya ,iya bawel banget ihh".
Kanaya berjalan gontai, merutuki nasibnya yang harus bertemu dengan cowo rese itu untuk setiap hari.
ya Tuhan mimpi apa gue ketemu sama cowok gila itu lagi'?
Kanaya mencari cari kamar yang di maksud oleh cowok rese itu, di lantai atas atau bawah?
"Kamar gue di atas, depan tangga! "
Suara bariton itu membuat Kanaya berjengit kaget.
tahan tahan.
🍁🍁🍁
Edo membuka pintu dengan sedikit keras seraya melemparkan tasnya ke atas meja, tepat mengenai kaki Ray.
"T** maen pergi aja lu ga bilang bilang! gue nyariin lu di kampus ga ada"
Ray tak bergeming, ia hanya menatap Edo sekilas lalu kembali memejam kan mata.
"kenapa Lo?"
" Ganggu… " ujar Ray tanpa mengubah posisinya sedikitpun.
"Baju kotor nya mau di taro mana ini mas?"
Edo dan Ray sontak menoleh ke arah sumber suara, Kanaya bergidik ngeri seraya mengeratkan pelukannya pada keranjang pakaian kotor di tangannya.
"B*ngs*t Lo bawa cewe kerumah? pantes gue di bilang ganggu". Edo tertawa sambil melempar bantal sofa mengenai wajah Ray.
Bagi Edo melihat Ray membawa seorang gadis kerumahnya itu suatu keajaiban.
"panggil gue Ray. Bukan mas!"
"mas Rayhan" ledek Edo dengan menirukan suara seperti wanita dan langsung mendapat tendangan di kaki dari Ray.
"aduh...sakit beg*!"
" Ga lucu anj*ng " seru Ray tak kalah kasar.
"tapi ini keajaiban bro, kapan lagi lu bawa cewe kerumah? iya kan?" Edo kembali tertawa, momen seperti ini sangat langka dan tidak boleh di lewat kan, kapan lagi dirinya bisa mengejek seorang Rayhan.
Jika gadis lain bertemu Ray mungkin akan jatuh dalam pesona seorang Rayhan febriano, pria tampan dengan segala kelebihan nya. Tapi, itu tidak berlaku untuk Kanaya, baginya Ray hanya cowo menyebalkan yang kasar dan arogan. titik!.
Pertemuan nya dengan Ray tidak membuat dirinya menganggumi sosok Ray. Di matanya Ray hanya lah cowo kasar yang suka berkelahi dan berandalan.
CK!! don't judge people by the cover .
kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari luarnya saja, penampilan bisa saja menipu.
🍁🍁🍁🍁🍁
siapa yg pernah punya cowo macam Ray, harap siap mental😂.
karna sekali jatuh cinta susah bangun nya😂
Dua makhluk gila yang tampan 😂 Ray , Edo
thanks yang udah mampir😌
jangan lupa tinggalin jejak ya kak,bantu like ,komen,vote dan rate 5,,
sampai jumpa di next chapter 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
di jalan aja ga nemu macam itu thor...di mana yah aq harus mencari apa harus ke ujung dunia?🤔😁
2023-08-20
0
Etik Widarwati Dtt Wtda
bahasanya y
2022-12-17
0
zee
smoga d dunia nyata mereka g bneran gay. bright n Win
2022-09-06
0