Kini Ray tengah duduk di kursi pesakitan. Akibat perbuatannya tempo hari, Nino Bastian menuntutnya dengan tuduhan penganiayaan.
Dengan raut wajah malas dominan tak peduli Ray mendengarkan hakim berbicara membacakan tuntutan dan hukuman yang akan dia dapatkan.
Belum lagi deretan kursi saksi. Nino dan pengacaranya duduk dengan wajah yang semakin jelek karena bekas lebam, seharusnya Ray mematahkan leher pria itu saja malam itu. karena apa yang dia alami hari ini sangat tidak stimpal dengan apa yang Ray dapatkan sekarang. Ray membuang wajahnya seraya berdecih melihat ekspresi nino yang terlihat sangat yakin menang dan memasukkannya dalam jeruji besi. hell...save in your dream jerk! Dia harus berkaca dengan siapa dia berhadapan.
Ray menarik bibirnya untuk tersenyum meremeh melihat wajah murka Nino ketika menerima putusan hakim, mengatakan jika Ray bebas bersarat. Tak perlu dijelaskan bukan, bagaimana kuasa martin dan Raka, kucing takkan seharusnya tak perlu berfikir untuk melawan si rimba hutan.
" Apa lagi setelah ini? "
Martin mulai bersuara setelah tadi ia hanya diam mendengar hakim membaca tuntutan.
Mendengar perkataan Martin Ray menghela napas pelan lalu menoleh " Ga mungkin aku mukulin orang tanpa sebab ayah? "
Ujarnya dengan nada malas, ia sangat tidak bisa jika harus berpura-pura baik di hadapan orang lain.
" Kamu bukan remaja lagi Ray, ga bisa semua masalah kamu selesaikan pake kekerasan " intonasi suara Martin mulai meninggi.
" Aku ga bisa! " Ucapnya singkat seraya berjalan keluar ruangan. Pria tampan itu sangat malas berdebat dengan Martin ia tau kemana arah selanjutnya jika Martin sudah mulai emosi.
" Dasar anak itu " ucapnya geram dengan mengepalkan tangannya.
Raka berjalan mendekat setelah selesai berbicara dengan beberapa pengacaranya mengenai kasus Ray.
Dirinya merapikan beberapa berkas dan memasukannya ke dalam map. " Ray kemana ayah? " Tanya Raka pada Martin karena dirinya tidak melihat keberadaan Ray disana.
" Sudahlah kita pulang saja, harusnya biarkan saja anak itu di hukum " ucapnya dengan sorot mata tajam, pria dengan stelan serba hitam itu berjalan meninggalkan ruang sidang di ikuti pengacara pribadinya.
Mendengar perkataan Martin Raka tau pasti terjadi sesuatu dia antara mereka, hingga membuat Martin murka. Sudah menjadi hal lumrah melihat Martin seperti itu, namun Raka tau pasti Martin menyayangi Ray. Raka berjalan mengikuti Martin menuju loby.
" Weehhh, selamat bro gue yakin Lo pasti bebas! "
Edo yang baru saja datang langsung berjalan menghampiri Ray ketika bertemu di loby seraya memeluk sahabatnya itu.
" Pasti " ujar Ray dengan tersenyum lebar seraya membalas pelukan Edo.
" Sorry gue telat, macet banget anj*ng " Umpatnya kesal karena terlambat menghadiri sidang sahabatnya itu. Ia menyesal tidak melihat ekspresi pria yang sudah berani menuntut seorang Rayhan febriano.
" Bilang aja Lo kesiangan ny*t"
Hahaha
Edo tergelak mendengar perkataan Ray, ini lah yang Edo sukai dari sikap sahabatnya yang tanpa kepura puraan. kini mereka berjalan menuju area parkiran sembari tertawa saat Ray menceritakan dimana ekspresi Nino ketika mendengar putusan jika Ray bebas.
" Lo boleh ketawa sekarang, tapi nanti Lo bakal ngemis di kaki gue! "
Suara bariton dari area parkiran membuat mereka menghentikan tawanya dan menoleh secara bersamaan. Pria tinggi dengan wajah jeleknya itu tersenyum sinis memandang Ray dan Edo sembari bersandar pada bodi mobilnya.
Ray dan Edo hanya tersenyum lebar melihat kehadiran Nino, pria yang sedang mereka bicarakan ternyata muncul dihadapan mereka. " Wehhh panjang umur si kambing! baru di omongin " sindir Edo dengan ekspresi terkejut yang di buat buat.
Dengan jelas terlihat saat ini wajah Nino merah padam menahan emosi dan menatap mereka berdua Dengan sorot mata membunuh.
" coba aja! " Ucap Ray santai membalas ancaman Nino.
Hahahaha
Tawa Edo menggema di area parkir yang membuat Nino semakin murka. Selesai membalas telak perkataan Nino, Ray dan Edo masuk ke dalam mobil lalu menutup pintu itu dengan keras dan melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh keluar area parkiran.
" *******! Liat aja nanti, Gue bakal bikin perhitungan! "
Umpatnya dengan sumpah serapah sembari mengepalkan kedua tangannya dan menghantam bodi mobilnya.
🍁🍁🍁
*Apartemen Ayrin
Ayrin dan Naya sedang makan bersama di meja makan dengan hanya menu sederhana, nasi goreng buatan Naya, dirinya merasa tidak enak jika hanya menumpang tinggal tanpa melakukan apa-apa.
" Masakan Lo enak juga "
Ucapnya memuji masakan Naya ketika dirinya menyuapkan beberapa suapan nasi goreng itu ke dalam mulutnya.
" Mama yang ngajarin aku masak "
Naya melirik sekilas sembari menuangkan air putih ke dalam gelas, untuknya dan Ayrin. Kemudian Naya menarik kursi meja makan dan mendudukkan dirinya di sana.
" kamu enak ya, punya mama yang bisa ngajarin masak " timpal Ayrin dengan raut wajah sendu, mengingat dirinya jauh dari sang ibu yang terlalu sibuk dengan dunia bisnisnya.
" Tapi itu dulu, sebelum tuhan menjemput kedua orang tua aku! "
Naya tersenyum getir mengucapkan kalimat itu.
" Sorry! " Ayrin meminta maaf.
" Ga papa ko, itu udah lama juga "
Naya tersenyum membalas permintaan maaf Ayrin. tapi, ketika Naya mau menyuapkan nasi goreng itu tiba-tiba ponselnya berdering. Naya meletakan sendoknya dan menyambar ponselnya di atas meja tertera nama seseorang yang sudah lama ia nanti kedatangan. Naya berjalan menjauh untuk mengangkat panggilan telepon itu seraya berpamitan pada Ayrin.
" Assalamualaikum "
Ucap naya memberi salam pada seseorang di sebrang line telepon ketika panggilan itu tersambung.
Wa'alaikumsalam, kamu dimana?
Tanya seseorang itu dengan nada khawatir.
" Aku di tempat temen kak "
Jelasnya memberi tahu.
Dimana?
" Apartemen pearl garden "
Ucapnya setelah bertanya pada Ayrin.
Aku kesana sekarang.
Belum sempat Naya menjawab sambungan telepon itu sudah terputus. Naya hanya menghela napas pelan, memang belum terbilang lama Naya mengenal sosok pria itu namun dirinya sudah hapal dengan kebiasaan pria itu yang suka mematikan telepon sepihak.
Naya kembali berjalan ke meja makan mendudukkan dirinya di kursi meja makan dan melanjutkan makannya yang tertunda.
" Siapa ? "
Tanya Ayrin ketika Naya sudah berada di hadapannya.
" Temen aku "
Ucapnya singkat dengan tersenyum.
" Temen apa temen "
Goda Ayrin pada Naya.
" Ihh... apa sih, orang temen ko beneran " ujar Naya menjelaskan, namun wajahnya memerah ketika mengingat orang itu akan menemui dirinya sekarang.
Baru kali ini Ayrin merasa nyaman berteman dengan seseorang, apa lagi orang yang baru di kenalnya. Melihat sifat polos Naya dan tampilannya yang sederhana membuat Ayrin tertarik dengan gadis di hadapannya itu. Ia merasa sedikit penasaran dengan Naya setelah melihat kejadian di kelab tempo hari. Gadis polos yang biasa saja bisa membuat Ray kalang kabut ketika gadis itu di usik.
Ponsel Naya kembali berdering, seketika Naya menghentikan aktivitasnya dan mengangkat panggilan itu segera.
Aku tunggu di bawah, sekarang.
Ucap pria itu singkat dan langsung mematikan panggilannya.
" Ishh kebiasaan deh, belum juga ngomong udah di matiin "
Gerutunya seraya memasukan benda pipih itu ke dalam saku celananya.
" Aku turun dulu ya Ay "
Pamitnya pada Ayrin.
" Ciee, yang di apelin "
Naya hanya tersenyum sekilas pada Ayrin sebelum dirinya menutup pintu itu. Naya berjalan menuju lift, Hanya beberapa menit saja Naya sudah sampai di lantai bawah, begitu pintu lift terbuka Naya melihat pria bertubuh tinggi dengan stelan jas yang melekat di tubuh kekarnya tersenyum padanya.
🍁🍁🍁
wah ko lama up nya 😂
teminin aku terus ya jangan bosen nunggu aku😂 tinggalkan jejaknya kak, biar aku ga demam mikirin kamu, hahahah
sampai jumpa di next chapter😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
PeQueena
rakaaa nihh...raka..yaqin inyong ..sumpah dach 🤣
2021-11-04
0
Yanti Agejul
OMG Raka yg jd temennya..
2021-08-31
0
suci lestari
ternyata aq mkin cinta...cinta sm kmu
2021-04-14
2